Digitalisasi Manuskrip Warisan Ki Hadjar Dewantara Hampir Rampung

Mengingat usia naskah sudah tua, kondisinya pun semakin memprihatinkan. Artinya semakin tahun akan semakin rawan rusak, baik disebabkan oleh iklim dan temperatur maupun seringnya dibuka oleh manusia. Kertas naskah-naskah itu rapuh, mudah patah, dan tulisannya semakin memudar.

Digitalisasi Naskah Manuskrip 2012, Perpustakaan Museum DKG Yogyakarta, Sumber foto: Suwandi Tembi
Naskah-naskah manuskrip sebelum di-digitalisasi

Naskah-naskah manuskrip kuno atau sering juga disebut naskah yang ditulis dengan tangan milik mendiang Ki Hadjar Dewantara (KHD) itu sekarang masih tertata rapi di Perpustakaan Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa Yogyakarta. Ada sekitar 45 naskah manuskrip warisan KHD yang masih tersimpan rapi di tempat tersebut. Naskah-naskah itu sebenarnya warisan leluhur-leluhur KHD yang diberikan kepadanya sewaktu masih hidup. Salah satunya berasal dari ayahnya, yakni Kanjeng Pangeran Harya (KPH) Suryaningrat, putra Paku Alam III.

Umumnya, naskah manuskrip warisan KHD tersebut umurnya sudah di atas 100 tahun. Naskah-naskah itu bertuliskan aksara Jawa. Salah satu naskah tertua diketahui tertera 29 November 1800. Naskah itu berjudul ”Serat Purwakandha”. Bahkan pada naskah itu ada keterangan yang menunjukkan penulisannya, yakni pada hari Jumat Kliwon, 19 Dulkangidah, dengan sengkalan Panca Wika Sabda Tunggal. Naskah-naskah manuskrip ini hanyalah salah satu koleksi KHD yang ada di museum tersebut. Masih banyak koleksi milik KHD yang tersimpan di museum yang beralamat di Jalan Tamansiswa Yogyakarta ini, seperti alat tulis, meja kursi, baju, tempat tidur, dan sebagainya.

Digitalisasi Naskah Manuskrip 2012, Perpustakaan Museum DKG Yogyakarta, Sumber foto: Suwandi Tembi
Naskah-naskah manuskrip fotokopi hasil dari digitalisasi

Mengingat usia naskah sudah tua, kondisinya pun semakin memprihatinkan. Artinya semakin tahun akan semakin rawan rusak, baik disebabkan oleh iklim dan temperatur maupun seringnya dibuka oleh manusia. Kertas naskah-naskah itu rapuh, mudah patah, dan tulisannya semakin memudar. Maka untuk mengantisipasi kerusakan naskah-naskah manuskrip tersebut, Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DIY berinisiatif untuk menyelamatkan.

Penyelamatan naskah dari BPAD DIY yang bekerjasama dengan Museum Dewantara Kirti Griya (MDKG) Tamansiswa Yogyakarta tersebut berupa Digitalisasi Naskah. Penyelamatan itu sudah berlangsung sejak tahun 2011 dan akan berlanjut hingga tahun 2013 ini. Dengan digitalisasi ini, diharapkan dapat melindungi naskah asli agar tidak cepat rusak. Sebab dengan program digitalisasi, pengunjung tidak harus membuka naskah aslinya, tetapi cukup membuka hardcopy-nya yang berbentuk buku yang sudah dijilid. Naskah fotokopi itu sesuai dengan aslinya, termasuk ukuran tulisannya. Selain itu, pengunjung juga bisa membuka softcopy yang berbentuk CD yang bisa diakses di komputer.

Digitalisasi Naskah Manuskrip 2012, Perpustakaan Museum DKG Yogyakarta, Sumber foto: Suwandi Tembi
Naskah manuskrip fotokopi berjudul ”Serat Sepehi” dan ”Serat Ambiya” hasil digitalisasi

Menurut Nyi Muryani dan Agus Purwanto, pengelola Perpustakaan sekaligus Museum DKG Tamansiswa, pada tahun 2011 setidaknya ada 20 naskah manuskrip yang mengalami proses digitalisasi. Naskah-naskah itu antara lain berjudul: ”Bausastra”, ”Serat Cebolek”, ”Serat Babad Giyanti I, II, IV”, Serat Sepei”, ”Serat Cemporet”, dan ”Serat Harjunasasrabahu”. Total pen-digitalisasi-an sekitar 5.000 halaman untuk tahun 2011.

Pada tahun 2012 juga dilakukan digitalisasi naskah manuskrip dengan jumlah halaman juga sekitar 5.000 halaman. Naskah manuskrip yang bisa di-digitalisasi tahun 2012 ada 19, antara lain naskah-naskah berjudul: ”Serat Wiwahajarwa”, ”Bausastra”, ”Serat Pakubuwana V-VI”, ”Serat Dewaruci”, ”Serat Ambiya II, III, IV”, ”Serat Dewaruci”, dan ”Serat Kancil”. ”Sementara naskah manuskrip yang tersisa, mudah-mudahan bisa diselesaikan di tahun ini,” demikian harapan Nyi Muryani, saat ditemui Oleh: Tembi.

Digitalisasi Naskah Manuskrip 2012, Perpustakaan Museum DKG Yogyakarta, Sumber foto: Suwandi Tembi
Tulisan naskah manuskrip fotokopi sesuai dengan aslinya

Menurut Nyi Muryani, dengan digitalisasi ini, diharapkan naskah asli akan lebih awet, karena tidak sering dibuka oleh pengunjung. Pengunjung cukup membuka hardcopy-nya. Diharapkan pula pengunjung bisa mengetahui isi naskah-naskah tersebut, yang banyak mengandung pelajaran sejarah, ajaran budi pekerti dan nasihat-nasihat.

Suwandi

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta