Setiap Sore Sanggar Langlang Buana Banyuwangi Selalu Meriah dengan Tarian Gandrung

Author:editorTembi / Date:07-03-2014 / Banyak prestasi yang telah diraih sanggar ini baik di tingkat lokal maupun nasional. Terakhir kali, sanggar ini menjadi Juara Nasional melalui tari “Pret Kampretan” dalam lomba tari di Gedung Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur yang diselenggarakan pada Juni 2013.

Berkunjung ke Sanggar Tari Langlang Buana, Banyuwangi, 24 Februari 2014, foto: Gardika Gigih Pradipta
Anak-anak menari Gandrung

Dengan membawa sampur, puluhan anak-anak menari Gandrung dengan lincah diiringi tabuhan kendang, kluncing, ketuk, kempul, gong dan biola. Sementara sang guru sebagai juru alem terus memberikan aba-aba. Anak-anak memakai sampur merah dan terus menari sesuai aba-aba dari sang guru. Dengan luwes mereka mengoyangkan kepala, pinggul, tangan, dan kaki.

Itulah pemandangan tiap sore hari di Sanggar Tari Langlang Buana asuhan Sabar Hariyanto yang terletak di Jalan Trunojoyo Gang Kepundansari 48, Kebalenan, Banyuwangi, Jawa Timur. Awak foMbi berkesempatan mengunjungi sanggar ini pada hari Senin, 24 Februari 2014.

Banyak prestasi yang telah diraih sanggar ini baik di tingkat lokal maupun nasional. Terakhir kali, sanggar ini menjadi Juara Nasional melalui tari “Pret Kampretan” dalam lomba tari di Gedung Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur yang diselenggarakan pada Juni 2013. Tari “Pret Kampretan” adalah tari tentang dolanan anak di senja hari, karya Sabar Hariyanto.

Sanggar Tari Langlang Buana memang dikenal terus berkreasi dalam menciptakan tari-tarian yang berakar dari seni tradisi. Sabar Hariyanto dan asistennya, Dwi Agus sebagai guru sekaligus koreografer, terus berinovasi menciptakan tari seperti Tari Pret Kampretan, Sabuk Mangir, Kembang, Goyang, dan masih banyak lagi. Namun tidak hanya bertindak sebagai kreator searah, Sabar juga sering mengakomodasi ide-ide tari yang datang dari eksplorasi anak-anak sendiri.

Berkunjung ke Sanggar Tari Langlang Buana, Banyuwangi, 24 Februari 2014, foto: Gardika Gigih Pradipta
Sabar Hariyanto, sang guru, memberi aba dan memainkan kluncing

Sanggar tari ini berdiri sejak tahun 1991 dan telah mendidik banyak murid, guru, bahkan pembina seni tari. Setiap pembelajaran melalui berbagai tahapan yang terus berlanjut seiring perkembangan keahlian murid. Pada level pertama, anak-anak belajar teknik dasar beberapa tari termasuk Tari Gandrung Banyuwangi. Menginjak remaja mereka sudah mulai mahir.

Ketika kemampuan terus meningkat, Sabar dan para asistennya terus membimbing para murid untuk juga bisa menjadi guru, sehingga bisa membimbing orang lain belajar menari. Setelah menjadi guru yang berpengalaman, pembelajaran selanjutnya adalah menjadi pembina bagi para guru tari. Dengan demikian, regenerasi terus berjalan dengan sehat dan dinamis.

Sabar menceritakan tentang salah satu asistennya sekaligus keponakannya, Dwi Agus yang dulu belajar tari dari nol sejak masih kanak-kanak. Setelah belajar bertahun-tahun, Dwi kini menjadi penari yang sangat terampil. Selain itu, ia juga pemain musik dalam ansambel iringan Gandrung. Melalui kepiawaiannya, Dwi mewakili Indonesia untuk pentas Gandrung Banyuwangi di Kota Darwin, Australia, beberapa waktu lalu.

Berkunjung ke Sanggar Tari Langlang Buana, Banyuwangi, 24 Februari 2014, foto: Gardika Gigih Pradipta
Berfoto bersama seusai menari

Selain cerita Tari ‘Pret Kampretan’ sebagai Juara Nasional dan cerita Dwi ke Australia, masih banyak cerita membanggakan yang lahir dari Sanggar Tari Langlang Buana. Tentu ini semua dibangun bukan dalam waktu singkat. Butuh ketekunan, kerja keras, dan kedisiplinan bertahun-tahun.

Salah satu contoh aspek adalah kedisiplinan. Saat latihan tari dimulai pukul 14.30, Sabar Hariyanto memberi arahan agar anak-anak membentuk tiga barisan yang rapi. Anak-anak yang sudah siap mengenakan sampur langsung menempatkan diri mereka dengan tertib. Canda tawa beganti menjadi semangat keseriusan berlatih tari.

Hariyanto memegang kluncing (triangle) sambil bertindak sebagai juru alem. Ia memberi aba untuk memulai dengan gaya khas tukang ngalem Banyuwangi:

Hei, hurmatono dik tamu seko Jogja yo dik yo
Yo, Berangkaaat!

Musik iringan yang rancak pun dimulai. Pengendang sangat bersemangat memberi denyut dalam musik. Anak-anak menari Gandrung dengan lincah, sungguh sebuah pemandangan yang menawan hati.

Sanggar Tari Langlang Buana yang pada siang hari terasa sepi berubah menjadi semarak. Dari sinilah banyak cerita dimulai. Hampir setiap sore denyut tari dan musik menghiasi sanggar ini dan turut melestarikan denyut kesenian tradisi Banyuwangi.

Naskah dan foto:Gardika Gigih Pradipta

Berita budaya

Latest News

  • 27-06-14

    Siswa Sekolah Kriste

    Anak-anak yang terlihat dalam foto tersebut merupakan muri sekolah di Kaliceret, Salatiga. Waktu itu sekolah yang dibuka oleh para misionaris ini... more »
  • 27-06-14

    Arsip seniman, Sudah

    Sastrawan Iman Budi Santosa menganjurkan agar seniman, sebagai langkah pertama, mengumpulkan arsip dari dirinya sendiri. Langkah berikutnya adalah... more »
  • 27-06-14

    Rumah Gempa di Sangk

    Melalui tajuk ‘Melankolia’ lima perupa dari Malang, Jawa Timur, masing-masing Antoe Budiono, Gatot Pujianto, Iwan Yusuf, Joni Ramlan dan Keo Budi... more »
  • 26-06-14

    Vandalisme di Yogyak

    Upaya pembersihan dan pembenahan yang dilakukan pemerintah, pelajar, kelompok-kelompok tertentu, dan warga biasa sering terasa sia-sia karena begitu... more »
  • 26-06-14

    Didik Nini Thowok: L

    Kekhasan Didik adalah tari cross gender, artinya tarian yang dibawakan oleh penari yang jenis kelaminnya berlawanan. Tarian putri dibawakan oleh... more »
  • 26-06-14

    Teka Katon Raine Lun

    Pepatah ini secara lebih luas mengajarkan bahwa hendaknya orang bersikap ksatria, jujur, terbuka, sportif, dan bertanggung jawab. Atau tidak ada yang... more »
  • 25-06-14

    Gule Rakyat yang Ser

    Benar-benar harga rakyat karena untuk seporsi nasi gule hanya dibanderol Rp 4.000 dan secangkir teh Rp 1.000. Jadi untuk sekali makan dan minum di... more »
  • 25-06-14

    Sejarah Perkembangan

    Judul : Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten. Suatu Kajian Arsitektural Kota Lama Banten Menjelang Abad XVI sampai dengan Abad XX... more »
  • 25-06-14

    Jose Immanuel Bingun

    Malam itu ada banyak wisatawan asing dan wisatawan Nusantara yang secara khusus menyaksikan pergelaran wayang golek di Tembi. Sebagian dari wisatawan... more »
  • 24-06-14

    Olga Lydia Senang Be

    Artis bedarah oriental Olga Lydia mengaku sangat senang berkunjung ke museum. Tidak hanya museum di dalam negeri, jika ada kesempatan ke luar negeri... more »