Jose Immanuel Bingung Nonton Wayang Golek

Author:editorTembi / Date:25-06-2014 / Malam itu ada banyak wisatawan asing dan wisatawan Nusantara yang secara khusus menyaksikan pergelaran wayang golek di Tembi. Sebagian dari wisatawan itu adalah anak-anak yang masih duduk di kelas 2-4 SD. Mereka dari SD International School Pontianak, Kalimantan Barat.

Jose Immanuel (paling kiri) siswa SD International School Kics menyaksikan pementasan Wayang Golek di Tembi Rumah Budaya, difoto: Kamis, 19 Juni 2014, foto: a.sartono
Jose Immanuel (paling kiri) siswa SD International School 
menyaksikan pementasan wayang golek di Tembi Rumah Budaya

Ada yang agak berbeda dengan pementasan kelompok dalang muda Sukra Kasih di  Tembi Rumah Budaya, Kamis malam, 19 Juni 2014. Bukan hanya karena yang dipergelarkan adalah wayang golek (biasanya wayang kulit). Akan tetapi karena malam itu ada banyak wisatawan asing dan wisatawan Nusantara yang secara khusus menyaksikannya. Dari sekian wisatawan itu ada sejumlah anak yang masih duduk di kelas 2-4 SD. Mereka dari SD International School Pontianak, Kalimantan Barat.

“Pak ini namanya apa ?” tanya salah satu dari mereka tentang pertunjukan wayang golek.

“Yang sebelah sini monster atau setan ya ?” tanya anak itu lagi sambil menunjuk deretan (simpingan) wayang golek di sebelah kanan panggung.

“Oh bukan. Ini deretan wayang raksasa.” 
“Wajahnya kok gitu. Orang Jawa zaman dulu wajahnya kayak gitu ya Pak ?” 
Pemandu  Tembi pun menjelaskan panjang lebar. 
“Pak nama saya Jose Immanuel. Teman saya namanya Nicholas Edison. Bapak namanya siapa ?”

Deretan boneka Wayang Golek yang dikira Jose Immanuel sebagai representasi wajah-wajah orang Jawa zaman dulu, difoto: Kamis, 19 Juni 2014, foto: a.sartono
Deretan boneka wayang golek yang dikira Jose Immanuel 
sebagai representasi wajah-wajah orang Jawa zaman dulu

Malam itu kami berkenalan dan terus terlibat percakapan di depan panggung pergelaran wayang golek oleh dalang Ki Gondo Suharno SSn. Anak-anak SD dari Pontianak begitu banyak memiliki pertanyaan sehingga membuat  Tembi hampir kewalahan menjawabnya.

“Mengapa ada gambar naga di wayang itu. Bukannya naga itu setan dan jahat ?” Jose semakin banyak bertanya begitu merasa mendapatkan teman ngobrol.

Tembi pun kemudian mendongeng tentang dunia naga di mana sosok naga di Eropa memang dikenal sebagai simbol kejahatan. Sementara di timur termasuk Nusantara, naga bisa menjadi simbol kebaikan atau juga kejahatan. Di Tiongkok sosok naga hampir selalu dimaknai sebagai baik, misterius, wibawa, keberanian, kebijaksanaan, kekuatan, dan penuh kelebihan.

“Pak silakan ini ada pisang rebus,” Jose menawarkan pisang rebus kepada  Tembi karena dalam pementasan wayang Sukra Kasih memang selalu disediakan camilan berupa pisang dan kacang rebus yang digratiskan untuk penonton. Sementara Jose dan Nicholas kebingungan tentang cara membuka atau mengupas kacang rebus. Setelah diberi tahu oleh  Tembi cara mengupas kacang rebus, mereka tertawa terkekeh. Ternyata sangat sederhana dan mudah !

Teman-teman Jose Immanuel ikut menonton pergelaran Wayang Golek di Tembi hingga larut malam, difoto: Kamis, 19 Juni 2014, foto: a.sartono
Para bocah ini ikut menonton pergelaran wayang golek di Tembi hingga larut malam

Malam itu menjadi malam yang sedikit berbeda dengan kehadiran anak-anak dari Kalimantan yang belum pernah sekali pun menonton pertunjukan wayang.

Naskah dan foto: ASartono

Kunjungan

Latest News

  • 28-06-14

    Hari Keberuntungan O

    Dewa yang menaungi Wuku Kuruwelut adalah Batara Wisnu yang menggambarkan terang pandangannya serta berwawasan luas dan bijaksana. Orang Kuruwelut... more »
  • 28-06-14

    Sajian Spesial Menu

    Paket menu ketiga dinamakan Takjil Kurma Ramadan, yang punya variasi isi lebih banyak. Paket ini berisi satu mangkuk jenang monte, dua butir kurma,... more »
  • 28-06-14

    Mas Cebolang Kaget I

    Setelah mengenal lebih dekat dengan para wanita yang ditinggal para lelakinya, Mas Cebolang ingin mengetahui seperti apa kehidupan para lelaki yang... more »
  • 28-06-14

    Dalang Muda Mainkan

    Malam itu Ki Gondo Suharno, yang sekaligus menjadi ketua Sukra Kasih, mementaskan lakon “Jayengrana Kalajaya”. Iringan gending dengan syair-syair... more »
  • 28-06-14

    Museum Penting tapi

    Dengan melihat museum, pengunjung dapat terkesan betapa hebatnya orang pada zaman dahulu yang dengan kreativitas dan daya inovasi dapat menciptakan... more »
  • 27-06-14

    Siswa Sekolah Kriste

    Anak-anak yang terlihat dalam foto tersebut merupakan muri sekolah di Kaliceret, Salatiga. Waktu itu sekolah yang dibuka oleh para misionaris ini... more »
  • 27-06-14

    Arsip seniman, Sudah

    Sastrawan Iman Budi Santosa menganjurkan agar seniman, sebagai langkah pertama, mengumpulkan arsip dari dirinya sendiri. Langkah berikutnya adalah... more »
  • 27-06-14

    Rumah Gempa di Sangk

    Melalui tajuk ‘Melankolia’ lima perupa dari Malang, Jawa Timur, masing-masing Antoe Budiono, Gatot Pujianto, Iwan Yusuf, Joni Ramlan dan Keo Budi... more »
  • 26-06-14

    Vandalisme di Yogyak

    Upaya pembersihan dan pembenahan yang dilakukan pemerintah, pelajar, kelompok-kelompok tertentu, dan warga biasa sering terasa sia-sia karena begitu... more »
  • 26-06-14

    Didik Nini Thowok: L

    Kekhasan Didik adalah tari cross gender, artinya tarian yang dibawakan oleh penari yang jenis kelaminnya berlawanan. Tarian putri dibawakan oleh... more »