Rainforest World Music Festival 2014 di Sarawak: Hari Pertama nan Seru

Author:editorTembi / Date:23-06-2014 / Pada tahun ini, RWMF yang rutin diadakan setiap tahun sejak 1997 telah memasuki episode ke-17. Sebuah perjalanan yang panjang hingga festival ini masuk dalam 25 festival musik terbaik di seluruh dunia versi majalah Songlines, Inggris, pada tahun lalu.

Serunya Hari Pertama Rainforest World Music Festival 2014
Saat workshop instrumen frame drum 
dari berbagai negara di Dewan Lagenda

Gelaran akbar Rainforest World Music Festival (RWMF) kembali dihelat di Sarawak Cultural Village Malaysia pada tanggal 20-22 Juni 2014. Pada tahun ini, RWMF yang rutin diadakan setiap tahun sejak 1997 telah memasuki episode ke-17. Sebuah perjalanan yang panjang hingga festival ini masuk dalam 25 festival musik terbaik di seluruh dunia versi majalah Songlines, Inggris, pada tahun lalu.

RWMF pertama kali digagas oleh Randy-Reine Reusch, seorang musisi dari Kanada bekerja sama dengan kementrian pariwisata Sarawak. Pada tahun lalu, tercatat lebih dari 22.000 audien memadati tiga hari festival yang diadakan pada tanggal 28-30 Juni, juga di Sarawak Cultural Village.

Hari pertama festival, 20 Juni 2014 diawali dengan rangkaian workshop dan pertunjukan yang dimulai pada pukul 14.00, yang dibagi di beberapa titik di area Sarawak Cultural Village. Ada tiga panggung pertunjukan, yakni Theatre Stage (indoor), Jungle Stage dan Tree Stage (outdoor). Sedangkan workshop berlangsung di tiga ruangan besar di Dewan Lagenda, Iban Longhouse, dan Malay House.

Talago Buni dari Padangpanjang, Sumatra Barat mengawali pertunjukan di Theatre Stage pada pukul 14.00. Sebagai satu-satunya grup dari Indonesia yang ikut serta dalam RWMF, Talago Buni menyajikan komposisi-komposisi musik yang berdasarkan tradisi di tanah Minang. Selepas penampilan Talago Buni di Theatre Stage, Horomona Horo dari Selandia baru menyajikan musik dan tarian tradisional negaranya.

Hari semakin sore di Sarawak Cultural Village. Audien terus berdatangan dan memadati venue. Semua menantikan pertunjukan di malam pertama RWMF 2014.

Serunya Hari Pertama Rainforest World Music Festival 2014
Kalakan dari Basque. Tampil dengan vokal yang prima dan 
permainan perkusi yang atraktif

Akhirnya jam menunjukan pukul 19.30. Tepat sesuai jadwal, pertunjukan pun dimulai. Sape Warrior dari komunitas Dayak Kenyah, Malaysia membuka festival dengan alunan merdu instrumen petik Sape di Tree Stage. Penampilan pembuka ini disambut sorakan antusias audien yang akhirnya bisa menikmati kembali suasana malam hari di RWMF.

Selepas Sape Warrior, giliran Bisayah Gong Orchestra dari Kampung Pengkala Madang, Sarawak, menampilkan musik yang didominasi oleh instrumen gong dengan berbagai ukuran. Ada beberapa komposisi yang ditampilkan yang semuanya bernafaskan tradisi dari Kampung Pengakala Madang. Di antaranya musik untuk ritual penyembuhan, lalu komposisi berjudul Pay Bayu untuk mengundang roh-roh.

Penampil ketiga, Kalakan datang dari Basque, sebuah negara kecil di antara Spanyol dan Perancis. Kalakan tampil bertiga menyajikan komposisi musik yang unik, sebuah gabungan antara vokal berbahasa Euskara (bahasa Basque) dan perkusi. Thierry, Xan dan Jamixel, ketiga personil Kalakan mempunyai kemampuan vokal yang prima dan teknik permainan perkusi yang memesona. Ketiga personil ini membagi jalur melodi vokal dalam tiga suara. Harmoni vokal berpadu dengan hentakan perkusi yang dinamis hingga mampu membuat audien yang memadati venue terus bergoyang. Di beberapa bagian yang tanpa perkusi, paduan vokal acapella Kalakan terasa magis. Kalakan pandai mengatur porsi sajian musik mereka.

Selepas dihentak oleh musik Kalakan yang dinamis, audien seakan tidak diizinkan untuk duduk tenang. Son Yambu dari Kuba tampil di Jungle Stage. Musik tradisional Kuba yang padat dengan nuansa perkusif membuat suasana semakin meriah. Alunan dua trumpet yang berpadu dengan gitar akustik serta bass menjadi semacam jalinan kuat untuk memikat pinggul bergoyang. Yuri sang vokalis, tampil energik. Di saat jeda antarlagu, ia mendapati ada audien yang masih enggan untuk berdiri dan bergoyang. “Come on, you don’t have to pay for dancing!”.

Serunya Hari Pertama Rainforest World Music Festival 2014
Penampilan Son Yambu, Kuba

Hari pertama RWMF terasa sebagai hari yang penuh hentakan. Usai penampilan Son Yambu yang atraktif, audien diajak bergoyang kembali oleh Karinthalakotam, sebuah ansambel drum tradisi dari India Selatan. Sebanyak 8 personil Karinthalakotam bernyanyi dan memainkan pola tabuhan tradisional India yang begitu adiktif dan memikat. Penampilan mereka juga diisi dengan berbagai aksi tarian tradisional India.

Tibalah ke penghujung hari pertama festival. Blackbeard’s Tea Party dari Inggris menjadi penampil penutup. ‘Gutsy folk rock, brought kicking and screaming into the 21st Century’, begitulah jargon dari anak-anak muda personil Blackbeard’s Tea Party. Grup ini memang menggabungkan musik folk Inggris Raya dengan nuansa musik rock. Sebuah cara yang benar-benar segar.

Menu di hari pertama RWMF terasa sedap dan berkesan. Saatnya kembali ke Sarawak Cultural Village esok hari.

Naskah dan foto: Gardika Gigih Pradipta

Peristiwa budaya

Latest News

  • 26-06-14

    Vandalisme di Yogyak

    Upaya pembersihan dan pembenahan yang dilakukan pemerintah, pelajar, kelompok-kelompok tertentu, dan warga biasa sering terasa sia-sia karena begitu... more »
  • 26-06-14

    Didik Nini Thowok: L

    Kekhasan Didik adalah tari cross gender, artinya tarian yang dibawakan oleh penari yang jenis kelaminnya berlawanan. Tarian putri dibawakan oleh... more »
  • 26-06-14

    Teka Katon Raine Lun

    Pepatah ini secara lebih luas mengajarkan bahwa hendaknya orang bersikap ksatria, jujur, terbuka, sportif, dan bertanggung jawab. Atau tidak ada yang... more »
  • 25-06-14

    Gule Rakyat yang Ser

    Benar-benar harga rakyat karena untuk seporsi nasi gule hanya dibanderol Rp 4.000 dan secangkir teh Rp 1.000. Jadi untuk sekali makan dan minum di... more »
  • 25-06-14

    Sejarah Perkembangan

    Judul : Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten. Suatu Kajian Arsitektural Kota Lama Banten Menjelang Abad XVI sampai dengan Abad XX... more »
  • 25-06-14

    Jose Immanuel Bingun

    Malam itu ada banyak wisatawan asing dan wisatawan Nusantara yang secara khusus menyaksikan pergelaran wayang golek di Tembi. Sebagian dari wisatawan... more »
  • 24-06-14

    Olga Lydia Senang Be

    Artis bedarah oriental Olga Lydia mengaku sangat senang berkunjung ke museum. Tidak hanya museum di dalam negeri, jika ada kesempatan ke luar negeri... more »
  • 24-06-14

    Nisan Panglima Jogod

    Panglima Jogodolok menurut sumber setempat adalah keturunan Majapahit yang mengembara sampai di Cepor dan kemudian tinggal di tempat ini.... more »
  • 24-06-14

    Aroma Of Heaven, Seb

    Film ini menceritakan asal mula kopi yang berkembang di Desa Doro yang terletak di Pekalongan, Jawa Tengah, sampai mengulas tradisi mengunyah biji... more »
  • 23-06-14

    Jembawan Menjadi Ker

    Ramawijaya mengetahui hal ini dan berniat menjatuhkan hukuman kepada adiknya karena telah melakukan perbuatan yang tidak pantas. Namun sebelum orang... more »