Jembawan Menjadi Kera Karena Tugas Sang Guru

Author:editorTembi / Date:23-06-2014 / Ramawijaya mengetahui hal ini dan berniat menjatuhkan hukuman kepada adiknya karena telah melakukan perbuatan yang tidak pantas. Namun sebelum orang tak berdosa tersebut mendapat hukuman, Kapi Jembawan memulihkan wujudnya serta dengan tulus dan sungguh-sungguh mengakui kesalahannya serta memohon ampun.

Kapi Jembawan, dalam bentuk wayang kulit buatan Kaligesing Purworejo koleksi museum Tembi Rumah Budaya,

Sejak masih remaja, anak Resi Pulastya yang bernama Jembawan mohon pamit, pergi meninggalkan rumah untuk menuntut ilmu di Padepokan dan Pertapaan Grastina, berguru pada Begawan Gotama. Di Grastina, Jembawan bersama dengan cantrik (siswa laki-laki) mentrik (siswa perempuan) yang lain, merasakan hidup dalam semangat kebersamaan dan suasana kedamaian. Hal tersebut tidak lepas dari peran Resi Gotama yang telah meneladankan nilai-nilai luhur melalui ilmu yang diajarkan kepada siswa-siswanya.

Diantara para cantrik mentrik, Jembawan merupakan salah satu cantrik yang cerdas dan tekun, sehingga ia berhasil menimba ilmu yang cukup tinggi dari Resi Gotama. Karena prestasinya tersebut, ia mendapat tempat tersendiri di hati Sang Guru.

Pada waktu Sang Guru tak kuasa mengendalikan amarahnya, karena dikhianati Dewi Indradi istrinya, ia mengutus Jembawan dan Menda untuk meyusul dan melerai anak-anaknya yang bertengkar berebut Cupu Manik Astagina. Gara-gara benda pemberian Dewa Surya kepada Dewi Indradi tersebut, keluarga besar Gotama yang semula tenteram dan damai berubah panas dan bergejolak.

Kemarahan seorang sakti yang tak terkendali dapat menjelma menjadi kutukan kepada orang-orang terdekatnya. Karena ditanya oleh Resi Gotama, soal hubungannya dengan Dewa Surya, Dewi Indradi diam membisu, maka berubahlah ia menjadi tugu. Demikian juga ketiga anaknya, karena saling berebut, tidak ada yang mau mengalah, maka berubahlah Guwarsa, Guwarsi serta Dewi Anjani menjadi kera. Malang bagi Jembawan dan Menda yang diutus untuk melerai para putranya yang berebut Cupu Manik di telaga Sumala, mereka berdua ikut berubah wujud menjadi kera.

Dalam Perang Giriantara, Kapi Jembawan -sebutan setelah menjadi kera- berjasa besar dalam kemenangan Prabu Ramawijaya. Salah satu perannya yang dicatat ialah, ketika Kapi Jembawan berhasil membunuh Ditya Wilrupaksa, senapati sakti Alengka. Waktu itu Wilrupaksa membunuh pasukan kera dalam jumlah besar, dengan cara terbang tinggi-tinggi, kemudian menjatuhkan badannya ke dalam barisan prajurit kera. Siapa pun yang terhantam badan Wilrupaksa akan hancur lumat.

Mengetahui kejadian tersebut, Kapi Jembawan membawa pusaka andalannya tombak bambu kuning, bebaur dengan prajurit kera yang menjadi sasaran serangan Ditya Wilrupaksa. Pada saat Wilrupaksa menjatuhkan diri ke arah barisan kera, Jembawan memerintahkan anak buahnya tiarap, lalu ia mengarahkan tombak bambu kuningnya ke dada Ditya Wilrupaksa, sehingga ia tewas.

Dalam usianya yang merambat tua, Kapi Jembawan jatuh cinta kepada Dewi Trijata, putri Gunawan Wibisana. Namun menyadari akan dirinya berwujud seekor kera, tidaklah mungkin wanita cantik itu menerima cintanya. Apalagi ia tahu bahwa Trijata jatuh hati kepada Laksmana adik dari Ramawijaya. Dikarenakan hasrat cintanya tak terbendung, Kapi Jembawan menggunakan ilmu sakti yang didapat dari Resi Gotama, dengan cara mengubah dirinya menjadi Laksmana dan menemui Trijata.

Kerinduan akan sosok Laksmana selama ini membuat Trijata tidak peka bahwa Laksmana yang ada di depannya bukanlah orang yang sesungguhnya. Oleh karenanya keduanya saling melampiaskan hasratnya, sepuasnya. Ramawijaya mengetahui hal ini dan berniat menjatuhkan hukuman kepada adiknya karena telah melakukan perbuatan yang tidak pantas. Namun sebelum orang tak berdosa tersebut mendapat hukuman, Kapi Jembawan memulihkan wujudnya serta dengan tulus dan sungguh-sungguh mengakui kesalahannya serta memohon ampun. Prabu Ramawijaya mengambil sikap arif, Kapi Jembawan dinikahkan dengan Trijata.

Sekuat apapun penolakan Dewi Trijata, ia tidak dapat mengelak atas buah dari perbuatannya. Seorang putri cantik lahir dari rahimnya dan diberi nama Jembawati. Anak tersebut setelah dewasa mampu menjunjung derajat kedua orangtuanya, karena ia menjadi istri Prabu Kresna raja Dwarawati, titisan Batara Wisnu. Dalam masa tuanya Jembawan hidup sebagai brahmana dan tinggal di pertapaan Gadamadana.

Herjaka HS

Ensiklopedi Figur Wayang

Latest News

  • 26-06-14

    Vandalisme di Yogyak

    Upaya pembersihan dan pembenahan yang dilakukan pemerintah, pelajar, kelompok-kelompok tertentu, dan warga biasa sering terasa sia-sia karena begitu... more »
  • 26-06-14

    Didik Nini Thowok: L

    Kekhasan Didik adalah tari cross gender, artinya tarian yang dibawakan oleh penari yang jenis kelaminnya berlawanan. Tarian putri dibawakan oleh... more »
  • 26-06-14

    Teka Katon Raine Lun

    Pepatah ini secara lebih luas mengajarkan bahwa hendaknya orang bersikap ksatria, jujur, terbuka, sportif, dan bertanggung jawab. Atau tidak ada yang... more »
  • 25-06-14

    Gule Rakyat yang Ser

    Benar-benar harga rakyat karena untuk seporsi nasi gule hanya dibanderol Rp 4.000 dan secangkir teh Rp 1.000. Jadi untuk sekali makan dan minum di... more »
  • 25-06-14

    Sejarah Perkembangan

    Judul : Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten. Suatu Kajian Arsitektural Kota Lama Banten Menjelang Abad XVI sampai dengan Abad XX... more »
  • 25-06-14

    Jose Immanuel Bingun

    Malam itu ada banyak wisatawan asing dan wisatawan Nusantara yang secara khusus menyaksikan pergelaran wayang golek di Tembi. Sebagian dari wisatawan... more »
  • 24-06-14

    Olga Lydia Senang Be

    Artis bedarah oriental Olga Lydia mengaku sangat senang berkunjung ke museum. Tidak hanya museum di dalam negeri, jika ada kesempatan ke luar negeri... more »
  • 24-06-14

    Nisan Panglima Jogod

    Panglima Jogodolok menurut sumber setempat adalah keturunan Majapahit yang mengembara sampai di Cepor dan kemudian tinggal di tempat ini.... more »
  • 24-06-14

    Aroma Of Heaven, Seb

    Film ini menceritakan asal mula kopi yang berkembang di Desa Doro yang terletak di Pekalongan, Jawa Tengah, sampai mengulas tradisi mengunyah biji... more »
  • 23-06-14

    Jembawan Menjadi Ker

    Ramawijaya mengetahui hal ini dan berniat menjatuhkan hukuman kepada adiknya karena telah melakukan perbuatan yang tidak pantas. Namun sebelum orang... more »