Nisan Panglima Jogodolok di Bantul Sepanjang 4 meter

Author:editorTembi / Date:24-06-2014 / Panglima Jogodolok menurut sumber setempat adalah keturunan Majapahit yang mengembara sampai di Cepor dan kemudian tinggal di tempat ini. Kedatangannya ke Cepor dengan maksud menyebarkan agama Islam.

Nisan panjang Panglima/Mbah Jogodolok di Cepor, Palbapang, Bantul, difoto: Rabu, 18 Juni 2014, foto: a.sartono
Nisan panjang Panglima/Mbah Jogodolok

Makam Mbah Jogodolok atau Panglima Jogodolok terletak di Dusun Cepor Kidul, Kelurahan Palbapang, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini dapat dicapai melalui Pojok Beteng Kulon dan masuk ke Jl Bantul/Samas. Setelah sampai di perempatan Palbapang ambil arah ke timur (kiri). Pada jarak sekitar 150 meter akan ditemukan Masjid Al Mafaz Cepor.

Di sisi timur masjid terdapat pertigaan. Ambil arah ke kanan (selatan). Ikuti jalan tersebut hingga menemukan makam di sudut pertigaan jalan dusun. Pada sisi selatan makam terdapat pertigaan jalan. Ambil arah ke kiri (timur). Ikuti jalan tersebut hingga sampai lokasi. Jarak antara pertigaan tersebut dengan lokasi makam sekitar 150 meter.

Makam Mbah Jogodolok dulu bercungkup. Namun cungkup tersebut roboh karena peristiwa gempa yang terjadi di Yogyakarta dan Jateng pada 27 Mei 2006. Kini cungkup tersebut hanya berupa tembok keliling setinggi sekitar 70 cm dengan ukuran 4,5 m x 5 m. Pintu cungkup makam terletak di sudut selatan-barat makam.

Nisan Panglima/Mbah Jogodolok hampir sepanjang tembok cungkupnya, difoto: Rabu, 18 Juni 2014, foto: a.sartono
Nisan Panglima/Mbah Jogodolok hampir sepanjang tembok cungkupnya

Menurut Wardiyo (58) yang menjadi jurukunci sekaligus pemilik pekarangan tempat makam tersebut berada, dulu nisan dari Mbah Jogodolok memiliki panjang sekitar 25 meter. Namun pada tahun 1972 untuk lebih mengamankan dan memberi ruang bagi kepentingan lain, maka nisan tersebut kemudian dipendekkan menjadi sekitar 4 meter. Namun pada masa lalu nisan makam tersebut tidak terlalu tinggi dan hanya merupakan susunan batu bata kuno yang berjajar dengan ketinggian tidak lebih dari 30 cm dari permukaan tanah.

Sebagian sisa batu bata kuno dari kompleks makam Mbah Jogodolok ini sekarang masih dilestarikan. Ukuran panjang batu bata kuno tersebut 30 cm, lebar 15 cm, dan tebal 8 cm. Menurut Wardiyo dulu batu bata kuno di tempat itu ukuran panjangnya mencapai 40-46 cm, lebar 30 cm, dan tebalnya 13 cm.

Profil cungkup makam Panglima/Mbah Jogodolok di Cepor, Bantul, difoto: Rabu, 18 Juni 2014, foto: a.sartono
Cungkup makam Mbah Jogodolok, dan Wardiyo, juru kunci makam

Panglima Jogodolok menurut sumber setempat adalah keturunan Majapahit yang mengembara sampai di Cepor dan kemudian tinggal di tempat ini. Kedatangannya ke Cepor dengan maksud menyebarkan agama Islam. Namun ia kemudian meninggal karena berperang melawan Buto Ijo di wilayah Prenggan, Bambanglipuro, Bantul. Dalam perang itu keduanya meninggal berbarengan (sampyuh).

Tidak jelas benar mengapa keduanya berperang hingga tewas secara bersamaan. Hanya saja ada dugaan keduanya bersaing pengaruh. Kemungkinan lain ialah oleh karena keduanya berbeda pandangan dan ingin saling mengalahkan. Akhirnya Panglima Jogodolok dimakamkan di Cepor dengan batu nisan yang berukuran luar biasa panjang.

Naskah dan foto: ASartono

Ensiklopedi Situs

Latest News

  • 26-06-14

    Vandalisme di Yogyak

    Upaya pembersihan dan pembenahan yang dilakukan pemerintah, pelajar, kelompok-kelompok tertentu, dan warga biasa sering terasa sia-sia karena begitu... more »
  • 26-06-14

    Didik Nini Thowok: L

    Kekhasan Didik adalah tari cross gender, artinya tarian yang dibawakan oleh penari yang jenis kelaminnya berlawanan. Tarian putri dibawakan oleh... more »
  • 26-06-14

    Teka Katon Raine Lun

    Pepatah ini secara lebih luas mengajarkan bahwa hendaknya orang bersikap ksatria, jujur, terbuka, sportif, dan bertanggung jawab. Atau tidak ada yang... more »
  • 25-06-14

    Gule Rakyat yang Ser

    Benar-benar harga rakyat karena untuk seporsi nasi gule hanya dibanderol Rp 4.000 dan secangkir teh Rp 1.000. Jadi untuk sekali makan dan minum di... more »
  • 25-06-14

    Sejarah Perkembangan

    Judul : Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten. Suatu Kajian Arsitektural Kota Lama Banten Menjelang Abad XVI sampai dengan Abad XX... more »
  • 25-06-14

    Jose Immanuel Bingun

    Malam itu ada banyak wisatawan asing dan wisatawan Nusantara yang secara khusus menyaksikan pergelaran wayang golek di Tembi. Sebagian dari wisatawan... more »
  • 24-06-14

    Olga Lydia Senang Be

    Artis bedarah oriental Olga Lydia mengaku sangat senang berkunjung ke museum. Tidak hanya museum di dalam negeri, jika ada kesempatan ke luar negeri... more »
  • 24-06-14

    Nisan Panglima Jogod

    Panglima Jogodolok menurut sumber setempat adalah keturunan Majapahit yang mengembara sampai di Cepor dan kemudian tinggal di tempat ini.... more »
  • 24-06-14

    Aroma Of Heaven, Seb

    Film ini menceritakan asal mula kopi yang berkembang di Desa Doro yang terletak di Pekalongan, Jawa Tengah, sampai mengulas tradisi mengunyah biji... more »
  • 23-06-14

    Jembawan Menjadi Ker

    Ramawijaya mengetahui hal ini dan berniat menjatuhkan hukuman kepada adiknya karena telah melakukan perbuatan yang tidak pantas. Namun sebelum orang... more »