Penyair dan Dosen Baca Puisi di Sukoharjo

Author:editortembi / Date:02-05-2014 / Pentas baca ini diselenggarakan di Auditorium Universitas Veteran Bangun Nusantara (Univet Bentara), Sukoharjo. Sejumlah penyair diundang untuk membacakan puisi karyanya, bersama beberapa dosen universitas tersebut.

Syam Chandra Mantiek Penyair dari Yogya membacakan puisi karyanya di Univet Bentara, Sukoharjo, foto: Umi Kulsum
Syam Chandra Mantiek

Tajuk acara “Pentas Baca Puisi: Penyair Nasional dan Dosen”, sesungguhnya lebih tepat disebut ‘ Dosen dan Penyair Empat Kota Baca Puisi’. Karena, 10 penyair yang diundang datang dari empat kota: Solo, Yogya, Sragen dan Magelang, sedangkan para dosen yang tampil membaca puisi dari Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.

Pentas baca ini diselenggarakan Senin malam 28 April 2014, di Auditorium Universitas Veteran Bangun Nusantara (Univet Bentara), Sukoharjo. Sejumlah penyair yang diundang untuk membacakan puisi karyanya adalah Sosiawan Leak (Solo), Daniel Tito (Sragen), Dedet Setiadi (Magelang) dan Tegoeh Ranusastro Asmara, Budhi Wiryawan, Syam Chandra Mantiek, Umi Kulsum, Sri Sulandari (Yogya).

Susiawan Leak, penyair dari Solo membacakan puisi karyanya di Univet Bentara, Sukoharjo, foto: Umi Kulsum
Sosiawan Leak

Para penyair tersebut membaca puisi bersama dengan beberapa dosen dari universitas itu, antara lain yakni Titik Sudiatmi Mpd.. Ia tampil pertama membaca dua puisi karyanya, salah satunya berjudul ‘Romeo Tanpa Yuliet’. Dengan sangat bersahaya tanpa mengurangi penjiwaan terhadap puisi yang dibacakan, terlihat Titik menikmati dalam membaca puisi.

“Ketika engkau mati Romeo 
Akan kujilati sisa racun disudut-sudut bibirmu? 
Dengarlah Romeo 
Aku ini Yulietmu 
Namun tak mampu aku mati bersamamu 
Nisankupun tak mampu sejajar dengan nisanmu 
Tapi aku tetap Yulietmu”

Panyair dari Yogya yang tampil dengan ciri khasnya, Syam Chandra Mantiek, tidak lupa menyebar ‘udik-udik’ berupa uang. Tetapi karena panggung cukup luas, sehingga antara penyair dan penonton berjarak, Syam tidak melempar ‘udik-udiknya’ melainkan meminta relawan untuk membagikan amplop kecil yang berisi uang dan pembersih telinga.

Dengan gaya khas, mengenakan topi dan rompi warna putih, Syam Chandra membacakan dua puisinya dengan suara khas, gerak tangan dan kaki serta mimik muka, memberikan tanda bahwa ia sedang mengekspresikan kata demi kata dalam puisi karyanya.

Dedet Setiadi, penyair dari Magelang membacakan puisi karyanya di Univet Bentara, Sukoharjo
Dedet Setiadi

Lain lagi penampilan Sosiawan Leak, penyair dari Solo. Dengan suara lantang, sambil memegang mikrofon, laiknya penyanyi musik rock, Susiawan Leak membacakan puisi karyanya. Susiwawan Leak membacakan puisi karyanya tanpa teks. Ia seperti sudah hafal, tapi ketika sampai beberapa bait, dia berhenti, seolah seperti mengingat-ingat bait-bait puisinya.

“Sampai dimana saya membaca puisi?” tanya Susiawan kepada hadirin. 
“ Uang...”, 
jawab hadirin
“Pejabat, dosen, penyair, buruh dan siapa pun selalu ingat akan uang,” 
kata Sosiawan.

Sosiawan lantas mengulangi lagi membaca puisinya dari awal, karena mungkin sudah ketemu bait-bait berikutnya. Pada puisi yang kedua, ia lancar membacakan puisinya.

“Sudah, dua puisi saja, yang ketiga dan selanjutnya nanti kalau ada yang nanggap,” katanya sambil menuruni tangga panggung.

Budhi Wiryawan, penyair dari Yogya, tampil sambil diiringi oleh kelompok musik yang menyanyikan lagu Bengawan Solo, Budhi Wiryawan membacakan puisinya, salah satunya berjudul “Sri’ yang diambil dari antologi puisi karyanya berjudul ‘Sripah’.

Titik Sudiatmi, M.Pd., pengajar dari Univet Bentara, Sukoharjo, membacakan puisi karyanya, foto: Umi Kulsum
Titik Sudiatmi MPd

Dedet Setiadi, penyair dari Magelang, mengenakan baju kotak-kotak, membacakan dua puisi karyanya. Dedet tampil dengan tenang, suaranya pelan tidak menghentak, tetapi mantap, sehingga kata-kata dalam puisinya terdengar jelas.

Rasanya, pembacaan puisi di Univet Bentara Sukoharjo, memberikan tanda bahwa kegiatan sastra tumbuh di kota-kota kecil. Hadirin yang sebagian besar mahasiswa, sekitar 400-an orang, setidaknya menunjukkan bahwa puisi dekat di hati kalangan muda.

Ons Untoro
foto: Umi Kulsum

Peristiwa budaya

Latest News

  • 03-05-14

    Pekan Ini Orang Wuku

    Orang Wuku Julungwangi mempunyai daya tarik khusus, dihormati bawahan dan disegani atasan, gampang memperoleh rezeki. Agar selamat, orang Wuku... more »
  • 03-05-14

    Shelter Busway yang

    Dulu waktu layanan busway masih baru, semua terlihat masih bersih dan terjaga termasuk shelternya. Namun, sekarang ini jangan ditanya, akan jarang... more »
  • 03-05-14

    Bis Surat Dua Zaman

    Salah satu bis surat yang terbilang tua, yang masih menggunakan tulisan berbahasa Belanda di bodi kotak atau bis suratnya, terletak di depan Kantor... more »
  • 03-05-14

    Para Belia SMP Tumbu

    Usai acara itu mereka pun dengan antusias mengemasi sisa makanan dari upacara wiwit untuk dibawa pulang. Itu memang hak mereka dan bagian dari... more »
  • 02-05-14

    Penyair dan Dosen Ba

    Pentas baca ini diselenggarakan di Auditorium Universitas Veteran Bangun Nusantara (Univet Bentara), Sukoharjo. Sejumlah penyair diundang untuk... more »
  • 02-05-14

    Denmas Bekel 2 Mei 2

    more »
  • 02-05-14

    JUDUL BUKU 91

      JUDUL BUKU 91      ... more »
  • 30-04-14

    Surabaya di Akhir Ta

    Judul : Surabaya di Akhir Tahun 1945  Penulis : H. Mohammad Moestadji, BA  Penerbit : CV. Agung Karya Perkasa, 2003, Yogyakarta... more »
  • 30-04-14

    Awas! Selfie Bisa Se

    Namun, wabah selfie tersebut membawa efek yang kurang baik, jika dilakukan secara berlebihan. Tercatat di beberapa negara di dunia, termasuk... more »
  • 30-04-14

    Antidot dari SMA Neg

    Pameran tersebut juga dimaksudkan untuk ajang belajar saling bersosialisasi dan berorganisasi. Tema Antidot diangkat dengan alasan untuk mencari... more »