Bis Surat Dua Zaman yang Mulai Ditinggalkan Zaman

03 May 2014 Salah satu bis surat yang terbilang tua, yang masih menggunakan tulisan berbahasa Belanda di bodi kotak atau bis suratnya, terletak di depan Kantor Pos Pusat di Titik Nol.

Sosok bis surat/brievenbus gaya kolonial di Yogyakarta, difoto: Jumat, 25 April 2014, foto: a.sartono
Sosok bis surat/brievenbus 
gaya kolonial di Yogyakarta

Surat-menyurat, berkirim telegram, berkirim-kiriman kartu ucapan mungkin semakin tidak populer pada zaman ini. Membanjirnya handphone, teknologi internet, dan alat komunikasi sejenisnya telah mengeliminasi keberadaan surat yang ditulis tangan atau diketik.

Akibatnya banyak kotak surat menganggur, atau paling tidak kotak-kotak surat tersebut tidak lagi sesibuk zaman dulu. Volume surat yang dikirim-terimakan melalui kotak surat semakin sedikit. Petugas pos yang lalu lalang mengantarkan surat dan benda pos sejenisnya juga semakin sedikit. Banyak kotak surat atau bis surat akhirnya dicabut dari tempatnya untuk kemudian dipinggirkan.

2.	(Kepala brievenbus di Yogyakarta, difoto: Jumat, 25 April 2014, foto: a.sartono
Kepala brievenbus

Sekalipun demikian, kita masih dapat melihat bis atau kotak surat di berbagai tempat di Yogyakarta, khususnya di pinggir-pinggir jalan yang dianggap cukup strategis (waktu itu) bagi orang untuk memasukkan suratnya. Salah satu bis surat yang terbilang tua, yang masih menggunakan tulisan berbahasa Belanda di bodi kotak atau bis suratnya, terletak di depan Kantor Pos Pusat di Titik Nol.

Kotak atau bis surat setinggi sekitar 120 cm dan lebar per bidang kelilingnya sekitar 50 cm dan terbuat dari besi baja itu memiliki tulisan berbunyi “Brievenbus” di bagian paling atas (kepala) kotaknya. Sedangkan di bagian tengah kotak di kanan kiri lubang kunci tertera tulisan “de lichting no (nomer) is geschied”. Sementara kata di bagian kepala bis surat dapat diartikan sebagai bis surat.

Kepala bis surat gaya Indonesia di Yogyakarta, difoto: Jumat, 25 April 2014, foto: a.sartono
Kepala bis surat gaya Indonesia

Sosok bis surat dengan tulisan berbahasa Belanda itu menunjukkan bahwa bis surat itu dibuat pada masa kolonial atau memang dibuat di negeri Belanda. Kantor Pos Besar Yogyakarta yang dulu bernama Post en Telegraafkantoor ini dibangun pada tahun 1800-an. Jadi kotak atau bisa surat tersebut kemungkinan besar dibuat atau diletakkan di tempat tersebut pada kisaran tahun itu.

Sosok bis surat gaya Indonesia di depan Kantor Pos Besar Yogyakarta, difoto: Jumat, 25 April 2014, foto: a.sartono
Sosok bis surat gaya Indonesia di depan 
Kantor Pos Besar Yogyakarta

Tembi membidik dua buah bis surat di depan Kantor Pos Besar Yogyakarta. Satu bis surat bergaya ala kolonial dan satunya lagi bergaya Indonesia. Peneraan tulisan dan logo pada bodi kedua bis surat menunjukkan perbedaan. Namun, bis surat ala Indonesia-nya tidak bisa menutupi diri dari keterpengaruhan gaya kolonial (Belanda).

Ke Yogya yuk ..!

Naskah dan foto: A. Sartono

Artikel Terbaru

  • 23-11-15

    Telaah Tentang Desa

    Buku ini mengupas tentang masyarakat sejumlah desa di berbagai daerah di Indonesia dari Sumatera sampai Irian. Setiap desa tersebut mempunyai tata... more »
  • 23-11-15

    Wajah Baru Museum Pa

    Museum Pangeran Diponegoro yang berada di lokasi rumah Pangeran Diponegoro di wilayah Tegalrejo Yogyakarta saat ini semakin menarik untuk dikunjungi... more »
  • 21-11-15

    Ngayogjazz 2015 Mere

    Ngayogjazz diselenggarakan pada hari Sabtu Wage, 21 November 2015, di Desa Pendowoharjo, Sleman, Yogyakarta, mulai pukul 10.00 WIB hingga 22.00 WIB.... more »
  • 21-11-15

    Pentas Baca Godlob N

    SuguhanTeater STEMKA di Pendapa Tembi Rumah Budaya malam itu memukau penonton yang berjubel di seputaran pendapa hingga halaman depan, kanan, dan... more »
  • 20-11-15

    Kirab Merti Kali Boy

    Merti Kali Boyong ini juga merupakan bagian dari ungkapan kegelisahan masyarakat terhadap pembangunan di Kabupaten Sleman yang mulai merambah... more »
  • 20-11-15

    Mahasiswa Berlatih W

    Tema kegiatan ini ‘Witing Tresna Jalaran Saka Kuliner’, yang merupakan plesetan pepatah Jawa, 'Witing Tresna Jalaran Saka Kulina'. Mungkin maksud... more »
  • 20-11-15

    Bupati Wates Dirawat

    Jiwanya tidak tertolong, karena mungkin sakitnya sudah parah sebelum dibawa ke rumah sakit ini. Berita wafatnya bupati Adikarto tersebut terekam di... more »
  • 19-11-15

    Sardono’s Restrospec

    Tokoh tari kotemporer Indonesia ini memodernkan tari tradisi dan berhasil mengenalkannya ke dunia internasional. Melalui pagelaran budaya... more »
  • 19-11-15

    Membuka Peninggalan

    Buku ini membahas berbagai peninggalan abad VIII-X, perbedaan yang ada antara yang terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta lokasi ditemukan... more »
  • 19-11-15

    Cetakan Kue Carabika

    Cetakan kue carabikan termasuk alat dapur tradisional masyarakat Jawa yang dipakai terutama jika punya hajatan, seperti pernikahan (mantu), kelahiran... more »