Ngayogjazz 2015 Merepresentasikan Makna Sebuah Keberagaman

21 Nov 2015

Ngayogjazz diselenggarakan pada hari Sabtu Wage, 21 November 2015, di Desa Pendowoharjo, Sleman, Yogyakarta, mulai pukul 10.00 WIB hingga 22.00 WIB. Tema acara ini “Bhinneka Tunggal Jazznya,” yang dimaknai walaupun berbeda-beda tapi tetap disatukan oleh jazz.

Banyak orang berfikir bahwa pertunjukan musik jazz merupakan sebuah tontonan yang mahal. Sebuah logika yang masuk akal tatkala ‘tontonan’ tersebut berubah menjadi sebuah ‘pertunjukan’ yang berlangsung di tempat khusus, penuh hingar-bingar dan lampu sorot warna-warni, para penonton berpenampilan modis nan menawan dan bahkan tiket masuk yang harus ditukar dengan jumlah rupiah yang besar. Gambaran tersebut seakan-akan menguatkan alasan bahwa musik jazz hanya dapat dinikmati oleh kalangan atas saja.

Namun kali ini kesan tersebut mulai memudar. Perhelatan Ngayogjazz yang telah berlangsung 9 tahun terakhir ini adalah bukti bahwa musik jazz dapat menjadi tontonan yang akrab bagi masyarakat tanpa memandang latar belakang sosial.

Ngayogjazz bersifat terbuka, menyerap kehidupan seni budaya yang berasal dari masyarakat di temoat acara ini diselenggarakan. Ngayogjazz selalu memilih tempat penyelenggaraan di pedesaan. Selain dapat melibatkan masyarakat desa tersebut, diharapkan kegiatan ini juga menjadi milik masyarakat setempat. Kali ini Ngayogjazz diselenggarakan pada hari Sabtu Wage, 21 November 2015, di Desa Pendowoharjo, Sleman, Yogyakarta, mulai pukul 10.00 WIB hingga 22.00 WIB.

“Acara ini akan selalu diadakan secara rutin setiap tahun. Dalam perkembangannya Ngayogjazz mengajak para musisinya agar merasakan dan mendekatkan diri pada sebuah realita kehidupan sosial masyarakat sekitar. Dari situlah keragaman itu akan terasa, baik itu kebiasaan masyarakat maupun ragam musik yang berkembang di tempat tersebut,” terang Djaduk Ferianto, penggerak acara tersebut, saat temu media Ngayogjazz, Kamis, 19 November 2015 di Yogyakarta. Dalam kesempatan yang sama, penyanyi senior Trie Utami menyampaikan bahwa spirit yang dibawa oleh Ngayogjazz merupakan sesuatu yang dapat dinikmati semua kalangan, terbentuknya ‘ruang improvisasi’ dan aksi reaksi musikal penonton menambah semarak dan keragaman arti sebuah pertunjukan.

Ngayogjazz tahun ini mengambil tema menarik yaitu “Bhinneka Tunggal Jazznya,” berasal dari pemahaman filosofi “Bhinneka Tunggal Ika”. Tema tahun 2015 ini ditafsirkan walaupun berbeda-beda tapi tetap disatukan oleh jazz. Spirit jazz yang bebas benar-benar diserukan dalam pengertian ruang terbuka bagi para musisi, penyelenggara, masyarakat desa, pengunjung, panggung, rumah-rumah di desa Pandowoharjo, jajanan, pertunjukan kesenian tradisional, bahkan keadaan alam selama berjalannya acara. Pergelaran yang berlangsung di Desa Pandowoharjo ini dibagi menjadi beberapa panggung yaitu Puntadewa, Janaka, Werkudara, Nakula, Sadewa, Lokananta.

Selain pertunjukan musik, terdapat beberapa aktivitas dan kegiatan menarik antara lain : panggung permainan musik jazz, pasar jazz, festival foto dan permainan tradisional. Serta didukung penampilan musisi-musisi ternama negeri ini seperti Trie Utami & Kua Etnika, Shyaharani and Queenfireworks, Indro Harjodikoro and Friends, Nita Artsen, Komunitas Jazz Mben Senen, Etawa Jazz Club, Solo Jazz Society, Subkultur Artifisial dan masih banyak lagi lainnya.

Nuansa keragaman itu semakin terasa ketika menemui sebuah fakta bahwa ternyata hubungan masyarakat di desa tersebut berjalan baik. Terdapat lebih dari satu tempat ibadah dalam satu desa yang membuktikan toleransi tinggi antarumat beragama. Di desa itu pula terjadi sinkronisasi antara nama desa dan nama panggung yang mengangkat nama-nama tokoh pewayangan, yang membuktikan bahwa nama tokoh maupun cerita legenda tersebut selalu aktual.

“Kehidupan di desa itu sangat beragam, tidak ada kompleks perumahan dokter, seniman, pengusaha, dll. Semua sama dan semua itu menjadi satu, peristiwa seperti ini yang membuat hidup lebih terasa jazzy,” tambah Eko Prawoto, desainer artistik Ngayogjazz yang seorang arsitek.

Naskah dan Foto: Indra Waskito

Suasana temu media Ngayogjazz 2015, foto: indra waskito Desain logo dan publikasi Ngayogjazz 2015 Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 28-11-15

    Ngayogjazz 2015, Nge

    Satu hari penuh mulai dari pembukaan hingga penutupan Ngayogjazz 2015 desa ini terus-menerus didatangi pengunjung. Hingga saat malam tiba, penonton... more »
  • 28-11-15

    Topeng Kuno Cerita P

    Pameran topeng tersebut berlangsung di auditorium Museum Sonobudoyo lantai 1 dan 2, berlangsung selama 20—29 November 2015, dengan tema “The Power of... more »
  • 28-11-15

    Jumat Paing Hari Bai

    Jumat Paing, 4 Desember 2015, kalender Jawa tanggal 21, bulan Sapar, tahun 1949 Jimawal, hari baik untuk berbagai macam keperluan. Dan baik pula... more »
  • 27-11-15

    Buku Mardi Kawi, Acu

    Buku ini sering menjadi acuan bagi para arkeolog untuk membaca tulisan Jawa Kuna yang ada di relief candi-candi atau di lempeng-lempeng prasasti,... more »
  • 27-11-15

    Nita Artsen: Disipli

    Nita menekankan kedisiplinan dalam segala hal, baik dalam bermusik maupun dalam kehidupan sehari-hari. Main musik itu harus rendah hati, saling... more »
  • 27-11-15

    Perumahan PJKA Winon

    Bangunan gaya Jengki memiliki ciri-ciri antara lain beratap pelana dengan dua sisi miring. Kemiringan atap umumnya lebih dari 35 derajat. Selain itu... more »
  • 26-11-15

    Kompilasi Catatan da

    Tampilan buku kuno ini memang sudah tak begitu menarik. Ada banyak kerusakan di sana-sini. Maklum, buku koleksi Perpustakaan Tembi ini terbitan tahun... more »
  • 26-11-15

    Sisi-sisi Lain dari

    Ada banyak banyak person, lembaga, institusi, kelompok, grup, dan lain-lain yang terlibat dalam perhelatan besar itu. Tidak urung rezeki pun mengalir... more »
  • 25-11-15

    Lagu Puisi Di Bulan

    Sastra Bulan Purnama edisi ke-50 akan menampilkan lagu puisi, yang dimainkan oleh kelompok musik, yang memang sudah terbiasa menggarap puisi menjadi... more »
  • 25-11-15

    Rabu Pon Ini Hari Ba

    Rabu Pon, 25 November 2015, kalender Jawa tanggal 12, bulan Sapar tahun 1949 Jimawal, hari baik untuk berbagai macam keperluan. Namun tidak baik jika... more »