Antidot dari SMA Negeri 3 Padmanaba

Author:editortembi / Date:30-04-2014 / Pameran tersebut juga dimaksudkan untuk ajang belajar saling bersosialisasi dan berorganisasi. Tema Antidot diangkat dengan alasan untuk mencari penawar, jalan keluar, jalan terang, jalan lapang dari sebuah kebuntuan atau kesumpekan akan segala sesuatu.

Panitia Pameran Dedicart “Antidot” dan peserta pameran dari SMA Negeri 3 Padmanaba Yogyakarta, difoto: Jumat, 25 April 2014, foto: a.sartono
Panitia Pameran Dedicart “Antidot” dan peserta 
pameran dari SMA Negeri 3 Padmanaba Yogyakarta

Siswa sekolah seni kemudian berpameran atau berpentas seni tentu bukan hal yang luar biasa. Akan tetapi siswa sekolah umum kemudian berpameran seni mungkin cukup luar biasa. Ini dilakukan oleh SMA Negeri 3 Yogyakarta yang kondang dengan sebutan Padmanaba.

Siswa/i kelas X Padmanaba berpameran seni pada 25-27 April 2014. Pameran kesenian ini dilaksanakan di Gedung Bank Indonesia (Titik Nol) dengan mengambil tema Antidot. Kegiatan berkesenian siswa/i diwadahi dengan nama Dedicart (Dedication for art).

Bagi SMA Padmanaba Dedicart kali ini merupakan debut ketiganya. Untuk pameran kali ini tidak hanya lukisan yang dipamerkan, namun juga seni instalasi. Ada sekitar 80-an buah karya yang dipamerkan dan ada cukup banyak karya yang terpaksa tidak lolos seleksi karena berbagai alasan.

Karya seni instalasi kolaboratif yang berjudul Apa Kudu Dingenekke Sik Pa ?, difoto: Jumat, 25 April 2014, foto: a.sartono
Karya seni instalasi yang berjudul Apa Kudu Dingenekke Sik Pa ?

Dedicart sengaja dibentuk dengan alasan untuk mewadahi dan menyalurkan bakat seni siswa/i SMA Padmanaba. Bagaimanapun minat dan talenta semacam itu penting untuk dikelola dan disalurkan sebagai bagian dari proses “menjadi’ bagi siswa/i.

Menurut penuturan Almalia siswa kelas X IPA 1, selaku Seksi Acara, pameran tersebut juga dimaksudkan untuk ajang belajar saling bersosialisasi dan berorganisasi. Tema Antidot diangkat dengan alasan untuk mencari penawar, jalan keluar, jalan terang, jalan lapang dari sebuah kebuntuan atau kesumpekan akan segala sesuatu.

Fahreza, siswa kelas X IPA 5, selaku Seksi Keamanan, menambahkan bahwa mereka sengaja memilih gedung pameran yang bukan galeri dengan maksud agar semuanya bisa terlibat langsung untuk bekerja bersama. Bagaimana tidak mudahnya menyiapkan tempat pameran. Bagaimana tidak mudahnya melakukan persebaran publikasi. Bagaimana sulitnya men-display, dan sebagainya.

Beberapa karya memang menunjukkan talenta yang menonjol dari si pembuat. Namun tidak kurang pula karya yang tampaknya dibuat secara terburu-buru sehingga konsep dan penggarapan materinya kurang matang. Lepas dari semuanya itu tekad dan semangat anak-anak SMA Padmanaba ini patut diapresiasi.

Karya Mita Larasati yang berjudul Bias, difoto: Jumat, 25 April 2014, foto: a.sartono
Karya Mita Larasati yang berjudul Bias

Salah satu karya yang cukup menarik misalnya, karya Mita Larasati yang berjudul “Bias”. Judul dan karya ini menunjukkan sesuatu yang tidak mudah dipahami secara nalar lumrah. Boleh dikatakan karyanya mengarah pada gaya surealis. Lepas dari itu goresan, sapuan kanvas, bentuk, komposisi, harmoni, dan disharmoninya menunjukkan kelebihan talenta Mita.

Menarik pula karya instalasi yang berjudul “Kudu Dingenekke Sik Po ?” (Apa Harus Dibeginikan Dulu ?), yang merupakan karya kolaboratif dari Anisa Rig Asthin, Meyrinda Ayu H, Nathania Christi PH, Nathasya Kristianti, dan Ridha Nariswari.

Karya ini menggambarkan tentang betapa generasi sekarang sudah sedemikian tergantung pada handphone dan sejenisnya sehingga untuk dapat melakukan makan bersama HP terpaksa harus “dipenjara” dulu dalam kungkungan kawat berduri. Di sekitar kawat berduri itu pun ternyata ada darah berceceran yang menunjukkan betapa usaha atau nafsu untuk tetap bersatu dengan HP itu sungguh tidak bisa lagi ditinggalkan sehingga sekalipun harus menerobos kawat berduri (dengan risiko luka dan darah berceceran) tetap ditempuh.

Karya kolaboratif berjudul Memang Enak Jadi Caleg ? difoto: Jumat, 25 April 2014, foto: a.sartono
Karya kolaboratif berjudul Memang Enak Jadi Caleg ?

Karya yang berjudul “Memang Enak Jadi Caleg?” yang digarap bareng oleh Aghnia Rahmawati, Ajeng Renstra, Dea Rahmatya, Fatika Juliannsa, Putri Latifa, dan Ribka Azaria menunjukkan kekritisan anak muda menyikapi zamannya. Karya yang menggambarkan orang berakobrat menuju Gedung DPR sambil mengempit uang menunjukkan bahwa anak-anak muda pun paham apa yang terjadi pada sisi-sisi politik bangsanya.

Karya Sigit Kurniawan yang berjudul “Aku Ingin Air Putih” juga menunjukkan bahwa anak muda pun punya kepedulian yang besar pada kelestarian lingkungan. Lukisan ini menunjukkan betapa air putih (bersih) cepat atau lambat akan menjadi kebutuhan pokok yang semakin mahal dan sulit didapatkan karena kerusakan alam oleh tangan manusia itu sendiri.

Naskah dab foto: A. Sartono

Latest News

  • 03-05-14

    Pekan Ini Orang Wuku

    Orang Wuku Julungwangi mempunyai daya tarik khusus, dihormati bawahan dan disegani atasan, gampang memperoleh rezeki. Agar selamat, orang Wuku... more »
  • 03-05-14

    Shelter Busway yang

    Dulu waktu layanan busway masih baru, semua terlihat masih bersih dan terjaga termasuk shelternya. Namun, sekarang ini jangan ditanya, akan jarang... more »
  • 03-05-14

    Bis Surat Dua Zaman

    Salah satu bis surat yang terbilang tua, yang masih menggunakan tulisan berbahasa Belanda di bodi kotak atau bis suratnya, terletak di depan Kantor... more »
  • 03-05-14

    Para Belia SMP Tumbu

    Usai acara itu mereka pun dengan antusias mengemasi sisa makanan dari upacara wiwit untuk dibawa pulang. Itu memang hak mereka dan bagian dari... more »
  • 02-05-14

    Penyair dan Dosen Ba

    Pentas baca ini diselenggarakan di Auditorium Universitas Veteran Bangun Nusantara (Univet Bentara), Sukoharjo. Sejumlah penyair diundang untuk... more »
  • 02-05-14

    Denmas Bekel 2 Mei 2

    more »
  • 02-05-14

    JUDUL BUKU 91

      JUDUL BUKU 91      ... more »
  • 30-04-14

    Surabaya di Akhir Ta

    Judul : Surabaya di Akhir Tahun 1945  Penulis : H. Mohammad Moestadji, BA  Penerbit : CV. Agung Karya Perkasa, 2003, Yogyakarta... more »
  • 30-04-14

    Awas! Selfie Bisa Se

    Namun, wabah selfie tersebut membawa efek yang kurang baik, jika dilakukan secara berlebihan. Tercatat di beberapa negara di dunia, termasuk... more »
  • 30-04-14

    Antidot dari SMA Neg

    Pameran tersebut juga dimaksudkan untuk ajang belajar saling bersosialisasi dan berorganisasi. Tema Antidot diangkat dengan alasan untuk mencari... more »