Permainan Gamelan oleh Pemusik

Author:editorTembi / Date:21-06-2014 / Mereka datang ke Tembi selain karena ingin menikmati suasana di Tembi juga karena ingin belajar musik tradisional yang dalam hal ini adalah karawitan.

Antusiasme pemusik bermain musik tradisional di Tembi, difoto: Minggu, 15 Juni 2014, foto: a.sartono
Antusiasme pemusik bermain musik tradisional di Tembi

Pada Minggu, 15 Juni 2014 sore  Tembi Rumah Budaya kedatangan rombongan pemusik, atau lebih tepatnya guru-guru musik. Mereka datang ke  Tembi selain karena ingin menikmati suasana di  Tembi juga karena ingin belajar musik tradisional yang dalam hal ini adalah karawitan.

“Saya memang pemusik, namun sama sekali belum pernah bermain musik gamelan,” aku Vivi Embut, salah seorang dari rombongan tersebut. Vivi pun memilih bonang, yakni instrumen musik gamelan yang relatif sulit untuk dimainkan.

Pada awal latihan terdengar semua alat musik gamelan ditabuh dalam irama dan ketukan yang belum pas. Jadi masih terdengar semrawut. Namun tidak berapa lama kemudian terdengar irama yang mulai saling menyesuaikan dan kompak.

Dalam beberapa menit kemudian gending utuh “Sluku-sluku Bathok” dapat dimainkan dengan baik. Mereka pun mulai menampakkan kegembiraan sekaligus menikmatinya. Lebih-lebih setelah syair dari Sluku-sluku Bathok mulai dinyanyikan, kegembiraan mereka semakin bertambah.

Ibu Vivi Embut segera bisa menguasai instrument gamelan, bonang, difoto: Minggu, 15 Juni 2014, foto: a.sartono
Ibu Vivi Embut segera bisa menguasai instrumen gamelan, bonang

“Mau gending yang lain ?” demikian penawaran dari pemandu. 
“Mau ! Mau ! Ya, lagu yang lain Mas !” jawab mereka antusias.

Mereka pun mulai berlatih gending baru, “Menthok-menthok”, yang berbeda notasinya dengan Sluku-Sluku Bathok. Menthok-menthok adalah laras pelog, sementara Sluku-sluku Bathok adalah slendro. Untuk itu mereka harus memperhatikan kode-kodenya.

Berfoto bersama pemandu Tembi sebagai kenang-kenangan, difoto: Minggu, 15 Juni 2014, foto: a.sartono
Berfoto bersama pemandu Tembi sebagai kenang-kenangan

Ternyata perbedaan itu pun tidak menyulitkan mereka. Maklum saja, mereka pemusik, yang sudah punya bekal. Mereka dapat memainkannya dengan lancar. Bahkan mereka juga ikut menembangkan (menyanyikan) syair lagu-lagu tersebut dengan penuh semangat. Dengan demikian suasana di ruang museum, tempat gamelan memang berada, terlihat meriah sekalipun suasana di luar turun hujan deras disertai angin kencang.

Tidak terasa satu jam berlalu. Mereka tetap antusias dan jika waktunya tidak dibatasi mereka ingin terus bermain gamelan. Sayang waktu terbatas.

“Harusnya mainnya tiga jam mas,” kata Vivi sambil tersenyum kepada pemandu.

a.sartono

Kunjungan

Latest News

  • 26-06-14

    Vandalisme di Yogyak

    Upaya pembersihan dan pembenahan yang dilakukan pemerintah, pelajar, kelompok-kelompok tertentu, dan warga biasa sering terasa sia-sia karena begitu... more »
  • 26-06-14

    Didik Nini Thowok: L

    Kekhasan Didik adalah tari cross gender, artinya tarian yang dibawakan oleh penari yang jenis kelaminnya berlawanan. Tarian putri dibawakan oleh... more »
  • 26-06-14

    Teka Katon Raine Lun

    Pepatah ini secara lebih luas mengajarkan bahwa hendaknya orang bersikap ksatria, jujur, terbuka, sportif, dan bertanggung jawab. Atau tidak ada yang... more »
  • 25-06-14

    Gule Rakyat yang Ser

    Benar-benar harga rakyat karena untuk seporsi nasi gule hanya dibanderol Rp 4.000 dan secangkir teh Rp 1.000. Jadi untuk sekali makan dan minum di... more »
  • 25-06-14

    Sejarah Perkembangan

    Judul : Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten. Suatu Kajian Arsitektural Kota Lama Banten Menjelang Abad XVI sampai dengan Abad XX... more »
  • 25-06-14

    Jose Immanuel Bingun

    Malam itu ada banyak wisatawan asing dan wisatawan Nusantara yang secara khusus menyaksikan pergelaran wayang golek di Tembi. Sebagian dari wisatawan... more »
  • 24-06-14

    Olga Lydia Senang Be

    Artis bedarah oriental Olga Lydia mengaku sangat senang berkunjung ke museum. Tidak hanya museum di dalam negeri, jika ada kesempatan ke luar negeri... more »
  • 24-06-14

    Nisan Panglima Jogod

    Panglima Jogodolok menurut sumber setempat adalah keturunan Majapahit yang mengembara sampai di Cepor dan kemudian tinggal di tempat ini.... more »
  • 24-06-14

    Aroma Of Heaven, Seb

    Film ini menceritakan asal mula kopi yang berkembang di Desa Doro yang terletak di Pekalongan, Jawa Tengah, sampai mengulas tradisi mengunyah biji... more »
  • 23-06-14

    Jembawan Menjadi Ker

    Ramawijaya mengetahui hal ini dan berniat menjatuhkan hukuman kepada adiknya karena telah melakukan perbuatan yang tidak pantas. Namun sebelum orang... more »