Ada “Pohon Kehidupan” di Museum Puro Pakualaman Yogyakarta
Author:editorTembi / Date:18-06-2014 / Pada lukisan Pohon Kehidupan yang terbuat dari kain itu tertulis nama-nama dari Nabi Adam hingga raja-raja di Jawa, termasuk dari dinasti Mataram Islam. Nama-nama dalam silsilah itu ditulis dengan aksara Jawa dengan dasar lukisan pohon.
Lukisan “Pohon Kehidupan” dan Buchori,
pemandu Museum Puro Pakualaman Yogyakarta
Lukisan “Pohon Kehidupan” yang terpampang di salah satu ruang Museum Puro Pakualaman Yogyakarta itu termasuk salah satu koleksi yang istimewa. Pada lukisan Pohon Kehidupan yang terbuat dari kain itu tertulis nama-nama dari Nabi Adam hingga raja-raja di Jawa, termasuk dari dinasti Mataram Islam. Nama-nama dalam silsilah itu ditulis dengan aksara Jawa dengan dasar lukisan pohon. Panjang koleksi pohon kehidupan ini lebih dari 15 meter. Menurut Buchori (60), salah satu pemandu Museum Puro Pakualaman sejak 2008, koleksi ini telah dibuat sebelum Sri Paduka Paku Alam VII berkuasa.
Itulah salah satu koleksi Museum Puro Pakualaman yang banyak menarik perhatian para pengunjung. Karena begitu panjang, maka bagian ujung kain silsilah itu digulung pada bagian atas dekat plafon. Sementara bagian bawah direntangkan setinggi kurang lebih 3 meter. Koleksi ini terlihat begitu anggun dengan bagian bawah yang dilukis dengan alam pemandangan.
Ternyata lukisan pohon kehidupan di museum ini terinspirasi oleh sebuah naskah Jawa yang berjudul “Serat Paramayoga” atau “Kitab Paramayoga” karangan seorang pujangga Surakarta RNg Ranggawarsita. Naskah itu mengisahkan Adam dan Hawa hingga nabi-nabi. Lalu dilanjutkan dengan kisah para dewa hingga masuknya manusia pertama ke tanah Jawa dan raja-raja di Jawa.
Foto PA VIII dan istri semasa muda
Pada bagian pangkal batang pohon atau tepat di tengah lukisan kehidupan itu, tertera tulisan aksara Jawa, yang berbunyi, “Kangjeng nabi Adam Sa(p)iyullah jejuluk (P)irtratullah nama Abul Besar garwanipun nama Siti Khawa mijil saking iga, wekasanipun Kangjeng Nabi Adam ingkang salira Kangjeng Nabi Adam mancawarni.” Intinya, tulisan itu mengisahkan Nabi Adam dan Siti Hawa yang berasal dari tulang rusuknya. Kemudian di sebelah kanan kiri tulisan itu banyak sekali juluran dedaunan, yang semuanya ada tulisan nama-nama keturunan Adam dan Hawa. Begitu pula cabang batang-batang yang di atasnya juga terdapat banyak daun-daun yang semuanya ada tulisan-tulisan nama keturunan Nabi Adam dan Siti Hawa.
Selain koleksi pohon kehidupan, di ruangan ini juga ada silsilah raja-raja Jawa dinasti Mataram yang ditulis dengan huruf Latin. Mulai dari Panembahan Senapati hingga raja-raja dan adipati Mataram Islam, seperti Paku Buwana, Hamengkubuwana, Mangkunegara, dan Pakualam. Koleksi lain yang patut dilihat juga pada ruangan pertama ini, antara lain foto Paku Alam VIII bersama istri, foto-foto Paku Alam II-VIII, kursi yang dipakai Paku Alam saat menerima laporan abdi dalem, prajurit lombok abang (cabai merah), dan dua buah keris.
Prajurit Lombok Abang
Buchori menjelaskan bahwa prajurit lombok abang adalah salah satu pasukan bersenjata yang dimiliki oleh Kadipaten Paku Alaman. Selain prajurit lombok abang, ada prajurit lombok ireng. Prajurit lombok abang dan ireng adalah prajurit pengawal adipati atau penguasa Pakualaman, serta sentana dalem. Saat ini prajurit itu masih sering muncul dalam upacara kirab, seperti kirab Gunungan atau Jumenengan. Sementara prajurit lombok putih identik dengan kaum ulama yang bertugas menjadi juru doa pada upacara-upacara yag diselenggarakan di kalangan Kadipaten Pakualaman.
Sementara mengenai koleksi keris, Buchori menjelaskan bahwa dua buah keris yang dipajang di museum ini adalah pemberian orang Belanda kepada Adipati Paku Alam. Keris itu panjangnya lebih dari 80 cm, mempunyai luk. Keris itu diberi nama Dasamuka (sebelah kiri) dan Kombakarna (sebelah kanan), Pembuatnya adalah orang Jawa, tetapi arsiteknya, menurut Buchori, adalah orang Belanda tersebut.
Keris Dasamuka dan Kombakarna, Koleksi Museum Puro Pakualaman Yogyakarta
Koleksi lain yang pantas untuk dilihat di ruangan pertama adalah meja kerja yang pernah dipakai oleh Adipati Paku Alam V. Modelnya tanpa alas kaki, yang dilengkapi dengan manekin yang memakai pakaian adat Jawa.
Itulah koleksi-koleksi istimewa yang berada di ruangan pertama Museum Puro Pakualaman Yogyakarta. Museum itu bisa dikunjungi umum setiap hari Senin—Sabtu, pukul 09.00—14.00 WIB. Hari Minggu dan Hari Besar tutup. Selain ruangan pertama, sebenarnya masih ada dua ruangan lain yang juga banyak menyimpan koleksi unik dan istimewa.
Ke museum yuk ..!
Naskah dan foto: Suwandi
Jaringan MuseumLatest News
- 23-08-14
Rini Widyastuti, San
Wanita kelahiran Purworejo, 22 Desember 1974 ini seakan mewakili idealisasi kecantikan, keelokan, bahkan keseksian wanita Jawa. Kebaya, kain jarit,... more » - 23-08-14
Hari Keberuntungan O
Orang Wuku Bala punya watak pemberani, tak ada yang ditakuti, senang berada di tempat yang sepi, tetapi cenderung sombong, senang pamer, senang... more » - 23-08-14
Masdjid dan Makam Do
Judul : Masdjid dan Makam Doenia Islam Penulis : Penerbit : Balai Poestaka, 1932, Batavia-Centrum Bahasa : Indonesia dan... more » - 23-08-14
Di Museum Sandi Yogy
Lembaga itu diberi nama Lembaga Sandi Negara (awalnya bernama Dinas Kode). Personil yang diberi tugas untuk mendirikan sekaligus sebagai pemimpin... more » - 21-08-14
Hendrawan Nadesul In
Selain dikenal sebagai dokter, ia juga penyair. Sejak tahun 1970-an dia sudah menulis puisi. Dalam ‘peta penyair’ di Indonesia, Hendrawan tercatat... more » - 21-08-14
Ukir Perak Kotagede
Judul : Ukir Perak Kotagede. Penulis : Dr. Widya Nayati, M.A., dkk Penerbit : Balai Pelestarian Nilai Budaya + Pusat Sudi... more » - 21-08-14
Ayam Goreng Sentolo
Ayam yang diungkeb ini kemudian digoreng dengan waktu yang cepat sehingga tekstur daging dan kulit ayam tidak mengeras seperti ayam goreng pada... more » - 21-08-14
Raya Indonesia Menga
Raya Indonesia merupakan pertunjukan yang mengajak generasi muda untuk bangun dan meninggalkan ketidakpedulian akan bangsa dan Tanah Air-nya yang... more » - 21-08-14
Faces Of Java, Puisi
Faces of Java merupakan judul antologi puisi dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris karya Iman Budhi Santosa. Ia penyair yang aktif menulis puisi... more » - 21-08-14
Sinta Ilang, Menghar
Ki Faizal Noor Singgih menyampaikan pesan pada cerita ‘Sinta Ilang’ bahwa Sinta adalah manusia lemah, namun begitu berharga dan bernilai tinggi di... more »