Rini Widyastuti, Sang Bintang Panggung Ketoprak yang Terus Bersinar

23 Aug 2014 Wanita kelahiran Purworejo, 22 Desember 1974 ini seakan mewakili idealisasi kecantikan, keelokan, bahkan keseksian wanita Jawa. Kebaya, kain jarit, sanggul besar menjadi hal yang sepertinya melekat dalam identitas dirinya.

Rini Widyastuti, tokoh ketoprak yang terus bersinar, difoto: Senin, 18 Agustus 2014, foto: a.sartono
Rini Widyastuti, tokoh ketoprak yang terus bersinar

Salah satu tokoh yang memainkan peran utama wanita di hampir semua pertunjukan ketoprak di  Tembi Rumah Budaya adalah Rini Widyastuti. Wanita kelahiran Purworejo, 22 Desember 1974 ini seakan mewakili idealisasi kecantikan, keelokan, bahkan keseksian wanita Jawa. Kebaya, kain jarit, sanggul besar menjadi hal yang sepertinya melekat dalam identitas dirinya. Demikian juga lesung pipit dan gigi gingsulnya menjadi hiasan yang semakin menguatkan sisi kecantikan ibu berputra dua ini.

Awal mula Rini terjun ke dunia panggung ketoprak sesungguhnya tanpa kesengajaan. Ceritanya, waktu itu ia diminta untuk menemani temannya yang akan melakukan suting ketoprak di TVRI. Namun temannya ternyata berhalangan datang. Akhirnya Rini diminta membaca naskah, kebetulan cocok dengan tuntutan cerita. Jadilah Rini bermain ketoprak dan akhirnya menikmatinya hingga sekarang. Peristiwa itu terjadi ketika Rini masih duduk di bangku kelas 2 SMKI Yogyakarta pada jurusan Seni Tari.

Rini Widyastuti dalam sebuah adegan gandrung di panggung ketoprak, difoto: Senin, 18 Agustus 2014, foto: a.sartono
Rini Widyastuti dalam sebuah adegan gandrung di panggung ketoprak

Berangkat dari kejadian itu Rini mulai menyukai bermain ketoprak. Bakat dan talentanya terus terasah dengan baik. Kemampuannya dalam menari, nembang, dan berseni peran membuat perjalanan profesinya berkembang dengan baik. Mulailah Rini Widyastuti dikenal sebagai salah satu primadona panggung ketoprak di tengah-tengah kesibukannya melanjutkan studi di IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY- Universitas Negeri Yogyakarta).

Rini yang beralamatkan di Dusun Kalimundu, Gadingsari, Sanden, Bantul dan bersuamikan seorang guru ini tidak hanya terlibat di dunia panggung ketoprak saja. Ia pun kerap diminta menjadi bintang tamu untuk pertunjukan wayang orang. Selain itu, kemampuannya di bidang tarik suara, khususnya campursari, membuatnya sering diminta pentas campursari di berbagai tempat.

Rini Widyastuti berpasangan dengan tokoh ketoprak pria dalam lakon ketoprak Culika Temahan Cilaka, difoto: 27 Februari 2014, foto: a.sartono 
Rini Widyastuti berpasangan dengan Angger Sukisno 
dalam lakon ketoprak Culika Temahan Cilaka

Berkait dengan dunia panggung yang sering menuntut adegan percintaan, yang di panggung ketoprak populer dengan istilah gandrung, Rini merasa tidak canggung. Toh semuanya dilakukan dengan kontrol yang baik dan hanya sesuai tuntutan naskah pengadeganan di panggung.

Bagi awam, adegan gandrung di dunia ketoprak memang sering menimbulkan dugaan negatif mengingat adegan tersebut sering mempertunjukkan kemesraan antara pemain wanita dan pria. Beruntung pula bahwa seluruh anggota keluarga Rini Widyastuti mendukung hal tersebut. Intinya, seluruh anggota keluarga memahami semuanya itu.

Bagi Rini dunia panggung adalah dunia yang menyenangkan dan menguntungkan sekaligus mampu memberikan hiburan (kesenangan) bagi orang lain. Memang tidak lepas dari kendala. Salah satunya adalah godaan dari para pria. Namun dengan keteguhan hati Rini mampu menepis itu semua. Selain itu, medan yang jauh atau harus masuk ke pelosok dusun juga sering menjadi hambatan untuk menuju lokasi pentas. Lebih-lebih jika musim hujan.

Rini Widyastuti berpasangan dengan tokoh ketoprak pria lain dalam lakon Joko Bodho, difoto: Senin, 18 Agustus 2014, foto: a.sartono
Rini Widyastuti berpasangan dengan tokoh ketoprak 
pria lain dalam lakon Joko Bodho

Sampai sejauh ini Rini menyatakan bahwa soal honor tidak jadi masalah. Umumnya semua orang atau lembaga sudah cukup mengerti besaran honor yang harus diberikan. Rini tidak mau menyebutkan berapa tarif yang dipasang untuknya dalam satu kali pementasan.

“Semua bisa dinego to Mas. Pokoke luwes dan pantes,” ujarnya dalam perbincangannya dengan  Tembi saat akan pentas sekaligus bertindak sebagai sutradara dalam lakon Joko Bodho di  Tembi Rumah Budaya, Senin, 18 Agustus 2014.

Temen nan yuk ..!

Naskah dan foto: ASartono

 

Artikel Terbaru

  • 15-10-15

    Pohon Lontar Yang Mu

    Manfaat pohon lontar di samping dapat disadap niranya untuk bahan pembuatan gula dan tuak, buah mudanya pun enak disantap, campuran minuman, dan lain... more »
  • 15-10-15

    Pelajar Global Schoo

    Ada beberapa kegiatan budaya yang mereka praktekkan secara langsung, baik di lahan terbuka maupun di dalam ruangan. Praktek di lahan terbuka berupa “... more »
  • 13-10-15

    Buku Lawas Tentang K

    Ini tergolong naskah kuno, terbitan Kolf Buning, 1929. Buku yang menjadi koleksi Perpustakaan Tembi ini berisi tentang gugurnya raja Bukbis (salah... more »
  • 13-10-15

    Bebek Panggang denga

    Daging Bebek Obong Sambel Pelem ini diambil dari bebek muda yang diolah dengan cara diungkep dengan bumbu-bumbu rempah, antara lain bawang merah,... more »
  • 13-10-15

    Kartun Yang Gelisah

    Pameran kartun yang digelar di pelataran parkir FEB UGM pada 7-10 Oktober 2015 ini secara khusus memang menyoroti persoalan ekonomi dan bisnis yang... more »
  • 12-10-15

    Ki Bayu Gupito Aji N

    Setiap kali mendapat kesempatan mendalang, mahasiswa tingkat akhir di ISI ini mengajak anak-anak muda untuk bersama-sama, bahu membahu melestarikan... more »
  • 12-10-15

    Buku Tentang Asal-us

    Melalui buku ini penulis menjelaskan tentang asal-usul wayang, perkembangan serta fungsinya. Tampak jelas bahwa kebudayaan Hindu memberi pengaruh... more »
  • 12-10-15

    Candi Prambanan Yang

    Hingga tahun 1933, Candi Siwa sudah mulai nampak bersih. Namun kehancuran di bagian tubuh dan atap masih belum diperbaiki secara sempurna. Pepohonan... more »
  • 10-10-15

    Wayang Topeng, Seni

    Kelompok Wayang Topeng Sekar Kedaton ini merupakan kelanjutan dari wayang topeng yang pernah dirintis oleh tokoh yang beranama Eyang Mlayakusuma pada... more »
  • 10-10-15

    Kamis Paing Termasuk

    Menurut kitab Primbon Betaljemur Adammakna, pada bulan Besar dan Sura ‘naga tahun’ berada di utara. Naga Jatingarang pada bulan Besar berada di utara... more »