Persilangan Jalan dan Penjual Makanan

Kehadiran penjaja produk berskala kecil di persilangan jalan ini sering menjadi teman bagi para pekerja pelaju, sopir, sales, atau orang-orang yang sedang atau sedang melakukan perjalanan. Sebab orang-orang yang berprofesi demikian, nyaris minim teman dalam perjalanannya.

pertigaan di Dusun Tangkilan, Sidoarum, Godean, Sleman, foto: a.sartono
pertigaan, sering jadi tempat rendezvous

Secara faktual persilangan jalan, entah itu berwujud perempatan, pertigaan, perlimaan, dan seterusnya merupakan tempat yang ramai. Tentu saja, karena di situlah pertemuan orang-orang dari berbagai jurusan atau arah. Dalam konteks jalan-jalan besar hal ini menjadikannya perlu untuk dibuatkan aturan. Traffic light merupakan salah satu bentuk dari pelaksanaan aturan tersebut dengan kegunaan untuk mengatur arus lalu lintas agar tidak terjadi kesemrawutan.

Dalam skala lebih kecil, persilangan jalan sering menjadi tempat mangkalnya penjaja makanan/minuman. Bahkan tidak sedikit yang kemudian juga menjadi pasar tiban, yang umum terjadi di berbagai daerah, termasuk di Yogyakarta.

Bila dicermati, ada cukup banyak perempatan atau pertigaan yang di bagian tengah atau pinggirnya ditanami phon untuk perindang. Jenis tanaman beringin tampaknya sering menjadi pilihan untuk hal itu. Mungkin jenis tanaman ini dipilih karena relatif mudah tumbuh dalam musim apa pun pada lahan yang relatif kurang subur. Selain itu percabangan dari jenis tanaman ini dikenal lebat sehingga mampu memberikan keteduhan yang maksimal dibandingkan jenis tanaman lain.

Oleh karena itu banyak orang menjadikan perempatan atau persilangan jalan sebagai tempat untuk singgah atau istirahat. Hal ini terutama terjadi di wilayah-wilayah yang relatif jauh dari keramaian kota. Persilangan jalan dipilih sebagai tempat istirahat sejenak karena memang memiliki beberapa kelebihan seperti yang telah diungkapkan di atas (tempat bertemunya banyak orang, cukup teduh karena ditanami tanaman perindang, menjadi ruang yang relatif terbuka).

Pada masa lalu ketika jalan-jalan belum sebagus sekarang, persilangan jalan semacam itu hampir selalu dijadikan tempat untuk istirahat bagi bagi banyak orang. Selain itu, juga sering dijadikan sebagai titik temu (rendezvous). Pada sisi-sisi inilah penjaja makanan atau penjual barang apa pun sering menjadikan persilangan jalan sebagai tempat strategis untuk mengais rejeki. Bahkan pojok-pojok perempatan jalan-jalan besar menjadi incaran pemilik modal untuk membuka usaha, mulai dari warung nasi padang, warteg, hingga mini market dan mal, juga hotel.

perempatan di Dusun Gancahan, Sidoarum, Sidomulyo, Godean, Selaman
perempatan, strategis untuk transaksi

Dalam skala lebih kecil seperti persilangan jalan desa misalnya, biasa dijadikan sebagai tempat berjualan penjaja makanan/minuman bergerobak, sepeda ontel, sepeda motor, atau warung sangat sederhana. Kehadiran penjaja produk berskala kecil di persilangan jalan ini sering menjadi teman bagi para pekerja pelaju, sopir, sales, atau orang-orang yang sedang atau sedang melakukan perjalanan. Sebab orang-orang yang berprofesi demikian, nyaris minim teman dalam perjalanannya.

Dengan mampir di warung atau pada para penjaja makanan/minuman itu mereka seperti beroleh teman. Hubungan mereka bukan saja hubungan konsumen dan produsen. Akan tetapi lebih dari itu, sebagai teman yang merasa diri sama-sama jauh dari rumah. Sama-sama melakukan kegiatan di luar rumah. Sambil makan dan minum, umumnya mereka berbincang ala kadarnya dalam keakraban yang hadir begitu saja. Dalam perjalanan waktu mungkin saja antara penjaja makanan/minuman dengan konsumennya terjalin persahabatan yang akrab.

Ke Yogya yuk ..!

a.sartono

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta