Waskita Adi
Ditantang Main Biola
Biola pernah menjadi alat musik yang sangat asing baginya. Bahkan ketika di suruh seorang guru di Sekolah Menengah Musik di Jogjakarta, ia bertanya “Yang mana pak alatnya”. Lucu katanya kalau mengingat masa-masa itu, saat ia sedang senang-senangnya bermain gitar dan menjadi anak band, ia seperti terpaksa bermain biola. Sekarang, Waskito Adi malah tenggelam dalam pesona dan buaian alat musik gesek biolanya. Selain pernah bergabung dengan beberapa kelompok orkestra tanah air, ia juga sempat mencoba bermain di Negara lain.
Dibesarkan oleh keluarga, yang ayahnya seorang pendeta, kakeknya tentara dan ibunya hanya ibu rumah tangga, Waskita memang tidak pernah menyangka bakat seni dalam dirinya begitu besar hingga membawa ia seperti sekarang. Sejak masuk SMP, ia sudah dengan tekun mempelajari alat musik gitar bersama seorang temannya. “Belajar gitar dari teman, akhirnya sempat bikin band, tapi band kita nggak pernah sampai manggung dimana-mana, hanya sampai tingkat RT atau acara 17 Agustusan,” paparnya.
Begitu lulus SMP, Waskita tentu sadar kalau cita-citanya ingin menjadi musisi bisa terwujud dengan masuk sekolah musik. Di SMM (Sekolah Menengah Musik) ia lantas bertekad mempelajari gitar dengan lebih gigih. “Waktu ujian masuk, saya sama Pak Sapto, guru disana malah diarahkan main biola. Kalau kamu mau diterima disini, harus ambil biola. Akhirnya dengan berat hati saya mengiyakan kata-kata pak Sapto,”. Kata-kata Pak Sapto saat itu tak dijalankan begitu saja olehnya, waskito malah sering bolos sekolah dan nekat nge-band bersama teman-temannya, sampai pada suatu hari ketahuan. “Saya masih ingat jelas, Pak Sapto bilang kalau kamu masih main gitar akan merusak penjarian waktu main biola. Kalau masih ngeyel aku nggak mau ngajar kamu lagi. Sejak saat itu aku berhenti main gitar,”.
Mungkin kejelian melihat bakat terpendam yang dilihat guru musik Waskita saat itu, buktinya, walaupun dulu baru pertama kali tahu alat musik biola, namun akhirnya sekarang kemahirannya bermain biola dan menciptakan karya-karya musik tak perlu diragukan. Berbekal ketekunan belajar dan tak sengaja menemukan kaset klasik milik ayahnya, kemampuan Waskito pun semakin berkembang. Lulus SMM, ia kemudian melanjutkan studinya setelah mendapat beasiswa di Yayasan Musik Amadeus, Jakarta. Kurang lebih 4 tahun belajar disana, Waskito kemudian bermain untuk beberapa orkestra, antara lain menjadi anggota Sa’Unine String Orchestra, pernah bermain bersama Erwin Gutawa, Andy Rianto, Rossa, dan masih banyak lagi musisi lainnya.
Untuk saat ini Waskita mengaku masih fokus mengembangkan diri, katanya terkadang dia dan teman-temannya lupa kalau selama sekolah sudah memiliki skill bermusik yang tinggi, namun ketika masuk dalam dunia industri justru bermain musik dengan berbagai kemudahan, yang akhirnya mengurangi skill yang sudah ada. “Jangka panjang, saya ingin menjadi pengajar, biar ilmu saya bisa diturunkan kepada generasi selanjutnya,”.
Temen nan yuk ..!
Natalia S.
Artikel Lainnya :
- HUNIAN DI BANTARAN SUNGAI DI WILAYAH YOGYAKARTA(01/01)
- ATBM, ALAT TENUN BUKAN MESIN(04/03)
- Bondan Prakoso, Sang Penyebar Virus(05/01)
- Catatan Hari Baik untuk Berpergian(09/02)
- Poenarbawa. Djilid 1(16/11)
- ULAM CEMENG DI Tembi(21/06)
- 17 Mei 2010, Kabar Anyar - KETOPRAK JOGJA HENDAK KEMANA ?(17/05)
- Kali Ini, Kunjungn SD Kristen Kalam Kudus Solo Di Tembi Rumah Budaya(07/03)
- 29 April 2010, Kabar Anyar - SUJUD, PENGAMEN LEGENDARIS DARI JOGJA(29/04)
- Javaansche Meisjesspelen en Kinderliedjes. Beschrijving der Spelen Javaansche Liederteksten Vertaling (25/04)