Kali Ini, Kunjungn SD Kristen Kalam Kudus Solo
Di Tembi Rumah Budaya

Kali Ini, Kunjungn SD Kristen Kalam Kudus Solo Di Tembi Rumah BudayaDi Penghujung Februari 2012, Tembi Rumah Budaya (TRB) Yogyakarta juga dikunjungi oleh serombongan anak-anak SD Kristen Kalam Kudus Surakarta kelas V yang hendak belajar tentang budaya lokal. Mereka datang ke Tembi pada Jumat (24/2) lalu menjelang sholat Jumat dengan menaiki 3 bus besar. Setelah parkir di halaman depan, sekitar 170 anak dan pendamping, turun menuju pendopo Yudonegaran.

Acara pertama adalah makan siang, karena bertepatan dengan jam makan. Sambil makan, mereka ditemani oleh Bp. Alex Listyadi, penasihat Tembi untuk mengucapkan selamat datang sekaligus memberikan pengantar tentang sejarah Tembi. Beberapa saat kemudian, usai makan, mereka mendengarkanKali Ini, Kunjungn SD Kristen Kalam Kudus Solo Di Tembi Rumah Budayapenjelasan Bp. Basmara Pradipta, Kepala Rumah Tembi. Selain mengucapkan selamat datang dan ucapan terimakasih atas kunjungannya, beliau juga menjelaskan kegiatan-kegiatan dan fasilitas yang ada di Tembi, mulai dari museum, galeri, perpustakaan, rumah inap “pedesaan”, warung dhahar “Pulo Segaran”, angkringan, kolam renang, dan sebagainya. Tidak lupa beberapa kegiatan juga disampaikan, mulai dari macapatan, tari, mc Jawa, wayang kulit, karawitan, membatik, membajak sawah, musik, pameran museum, dan sebagainya. Tidak lupa, anak-anak mulai mencatat segalaKali Ini, Kunjungn SD Kristen Kalam Kudus Solo Di Tembi Rumah Budayainformasi yang disampaikan.

Menjelang setengah satu siang, anak-anak mulai diajak berkeliling. Mereka dibagi menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok ditemani seorang pemandu Tembi, antara lain Vincent, Pak Dono, Mbak Febri, dan Mbak Kusalamani. Setiap kelompok dibawa ke setiap lokasi yang ada di Tembi. Mereka berkeliling bebas diawali dari start mana. Ada yang diawali dari museum, galeri, penginapan, dan lainnya. Penulis sendiri mengawali dari sengkalan yang ada di kuncung pendopo.

Di temKali Ini, Kunjungn SD Kristen Kalam Kudus Solo Di Tembi Rumah Budayapat ini, anak-anak diberitahu bahwa awal mula bangunan berasal dari tahun 1995 dengan surya sengkalan “Wiku Kembar Songsonging Jagad”. Fasilitas terus bertambah setiap tahun. Juga dijelaskan fungsi lesung dan alu dalam pertanian. Kemudian mereka kita bawa ke museum. Di tempat ini, anak-anak bisa melihat dan mencatat koleksi etnografi masyarakat Jawa tempo dulu, seperti keris, tombak, pedang, cundrik (senjata tradisional), wayang kulit, wayang golek, sajen upacara manten, alat membatik, macam-macam celengan tradisional, aneka topeng, pakaian tradisional gaya Yogyakarta, dan ATM Budaya. Ketika ada anak yang bertanya tentang topeng, lalu kita jelaskan secara detail. Demikian pula ketika ada yang bertanya tentaKali Ini, Kunjungn SD Kristen Kalam Kudus Solo Di Tembi Rumah Budayang fungsi sentong, kita jelaskan panjang lebar.

Di sisi barat, anak-anak bisa melihat pameran lukisan yang digelar rutin setiap bulan. Para pelukis yang mengadakan pameran, secara bergantian, bisa pameran tunggal maupun kelompok. Pelukisnya pun bermacam-macam, bukan hanya pelukis Yogya saja, tetapi juga kota-kota sekitar Yogya, seperti Klaten, Magelang, Kulon Progo, dan lainnya. Lalu anak-anak diajak berkunjung mengelilingi museum, tempat “meeting” dua lantai. Dari atas, anak-anak bisa melihat hamparan padi menghijau berlatar belakang gunung Merapi yang mengepulkan asap tipis.

Kembali anak-anak diajak untuk melihat koleksi kuno, sepeKali Ini, Kunjungn SD Kristen Kalam Kudus Solo Di Tembi Rumah Budayarti motor kuno, sepeda kuno, radio kuno, telepon kuno, foto-foto iklan kuno, kulkas kuno, dan majalah Kajawen yang terbiat di sekitar tahun 1920-an di galeri timur. Lalu mereka diajak melihat ruang kursus, ruang latihan tari, dan amphiteater. Di tempat terakhir ini anak-anak banyak yang berfoto ria dengan latar persawahan dan gunung Merapi nan jauh di sana.

Usai berfoto ria, anak-anak mulai diajak melihat-lihat penginapan “desa” yang mempesona. Di sebelah utara ada kolam renang mungil jernih airnya. Di sela-sela penginapan terdapat parit kecil jernih airnya dan kolam yang dipenuhi ikan. Anak-anak bisa melihat-lihat ikan dan melihat-lihat isi penginapan. Sementara di halaman penginapan, anak-anak dikenalkan dengan jenis tumbuh-tumbuhan Jawa yang mempunyai filosofi, seperti sawo kecik, kembang kenanga, dadap srep, dan lainnya. Mereka sangat senang mendengarkan penjelasan pemandu.

Selepas dari rumah-rumah penginapan “desa” anak-anak diajak melihat warung dhahar “Pulo Segaran”. Di restoran ini banyak ditampilkan menu-menu makanan tradisional Jawa, salah satunya bersumber dari Serat Centhini, sebuah naskah yang dibuat di Surakarta pada tahun 1814 Masehi. Di pendopo front office ini juga dijual berbagai souvenir khas Tembi, seperti kaos, buku, tas pinggang, dan lainnya.

Mereka kembali ke pendopo usai berkeliling. Demikian dengan kelompok lainnya. Tampak sekali mereka puas melihat dan berkeliling di area Tembi. Tidak begitu lama, ada panggilan dari kru bus untuk segera kembali ke dalam bus. Terpaksa mereka meninggalkan Tembi, setelah sebelumnya berpamitan. Mereka meninggalkan Tembi dengan penuh kenangan. Itulah Tembi.

Suwandi
Foto: Sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta