Tembi

Yogyakarta-yogyamu»ATBM, ALAT TENUN BUKAN MESIN

04 Mar 2009 07:49:00

Yogyamu

ATBM: ALAT TENUN BUKAN MESIN

Rasanya orang mengenal produksi Tenun. Namun, mungkin, sudah lupa atau tidak lagi mengenali mesinnya yang bukan elektrik. Nama mesin yang digerakkan oleh manusia itu dikenal dengan sebutan ATBM, kependekan dari Alat Tenun Bukan Mesin. ATBM masih bisa ditemukan di beberapa tempat, setidaknya di daerah Pedan, Klaten masih ada produksi lurik yang menggunakan ATBM. Di Gamplong, wilayah Minggir Sleman, juga bisa ditemukan sentra kerajinan lurik yang menggunakan ATBM. Dalam kata lain, bahan dari produksi ATBM menggunakan katun.

Ringkas kata, usaha yang menggunakan ATBM seringkali ditemukan di pinggir-pinggir kota. Di pusat-pusat kota, usaha-usaha seperti itu sudah menggunakan mesin yang produksinya bisa jauh lebih banyak.

Rupanya, di tengah kota Yogya, masih bisa ditemukan ATBM dan bahan yang digunakan bukan katun, melainkan sutra. ATBM ini bisa dilihat di Taman Siswa, Endro Kuswardjo, yang mencoba mempertahankan ‘tradisi; di tengah kota. Ada tiga alat ATBM yang tiap hari beroperasi. Kapan melihat usaha tenunnya, suara ‘klothek..klothek, terdengar mengasyikan. Meski ATBM-nya berada di tengah perkampungan padat, namun tidak terasa bising. Berdiri tidak jauh dari rumah yang dipakai untuk mengoperasikan ATBM tidak terdengar suaranya. Namun, begitu masuk, suara asyik nan tradisoonal dari ATBM seperti mengajak kembali ke masa lalu.

Gusti Kanjeng Ratu Hemas, istri Sultan Hamengku Buwana X, pernah mengunjungi ATBM milik Endro Kuswardjo. GKR Hemas merasa heran, di tengah kota masih ada ATBM yang dipertahankan. Begitu mengunjugi lokasinya, GKR Hemas merasa heran, karena hasil produksinya bagus. Tidak urung, beliau membeli cukup banyak dari hasil ATBM.

Untuk memberikan tanda dari ATBM-nya, Endro Kuswardjo memberikan nama “Tugu Mas” –Pengrajin Tenun Sutra Alam--. Di rumahnya, sekitar 100 m dari ruang operasional ATBM, Endro Kuswadjo mendisplay karya-karyanya.

Hasil tenunan dari karya Endro Kuswarjo, supaya memberi keindahan artistik, tidak dibiarkan polos, melainkan diberi warna dengan menggunakan bahan-bahan lokal Jawa. Misalnya, Secang, Mahoni, Jelawe, Tingi dan Tegaran. Dari warna yang menggunakan bahan-bahan tumbuhan, memberikan impresi eksotik pada karya tenun Endro Kuswardjo, apalagi bahannya menggunakan sutra.

Memang, Endro tidak memelihara ulat sutra untuk kepentingan bahan benangnya. Namun ia mendatangkan dari Surabaya dan Ujung Pandang. Dalam sebulan, uhaha ATBM-nya bisa menghasilkan 900 meter. Jadi, masing-masing dari tiga mesin dengan tenaga satu orang setiap mesin menghasilkan 30 meter.

Pengrajin tenun, menghasilkan satu produk lokal, yang tidak kalah dengan produksi dari negeri lain. Namun seringkali, kita jarang sekali menengok produk lokal, karena telah dibebani gaya hidup. Produk tenun sutra dari ‘Tugu Mas’ ini merupakan jenis industri lokal yang menggunakan bahan-bahan lokal. Hasilnya, tidak kalah dari produk lain yang, katanya, dari manacanegara dan harganya mahal.

Kembali ke ATBM dengan hasil yang bagus dan harga tidak terlalu mahal, kiranya merupakan bentuk dari mencitai produksi dalam negeri. Dan Yogya masih memiliki ATBM itu.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta