Tembi

Temen»Silir Pujiwati Cita cita Polwan Sampai Jadi Sinden

17 Nov 2011 07:46:00

Silir Pujiwati Cita-cita Polwan Sampai Jadi SindenPesinden Silir Pujiwati menjadikan hobinya sebagai profesi yang akhirnya menjadi jalan hidup yang paling menyenangkan. Tidak perlu memikirkan beratnya rintangan, selama keinginan masih tetap kuat, Tuhan pasti akan membawa kita ke arah yang benar, meski awalnya seperti “salah jalan”. Hal inilah yang sempat dialami oleh Silir Pujiwati, Solist Sinden dalam album pertama Sa’Unine String Orchestra. “Waktu kecil aku kepingin jadi polwan supaya bisa pake sepatu bootnya. Kayanya keren gitu lho, katanya” . Namun cita-cita untuk jadi polwan memang tidak sekuat keinginannya yang sederhana, ingin bisa jadi penyanyi kampung supaya bisa jalan-jalan keliling kampung. Titik. ”Dari kecil aku memang suka nyaSilir Pujiwati Cita-cita Polwan Sampai Jadi Sindennyi. Lulus SMP aku ditanya bapakku, mau sekolah lagi apa jadi petani?”. Pertanyaan sang ayah bisa jadi terdengar aneh bagi kita, namun tidak bagi Silir. Saat itu, di kampungnya, sudah biasa jika anak perempuan cuma sekolah sampai SMP, setelah itu, menikah. “Aku bilang sama bapakku, aku mau sekolah” ujar Silir.

Guru SMPnya menyarankan Silir melanjutkan sekolah seni di Jogja. “Guruku itu tahu aku suka nyanyi, dia menyarankan aku sekolah di SMM (Sekolah Menengah Musik), tapi karena aku terlambat daftar aku coba ke SMKI (Sekolah Menengah Karawitan), dari semua jurusan yang ada, aku cuma ngerti jurusan tari, tapi ternyata juga sudah penuh terisi, daripada pulang aku mendaftar di jurusan karawitan” katanya.

Silir Pujiwati Cita-cita Polwan Sampai Jadi SindenSebagaimana umumnya perempuan desa, keinginan Silir selalu sederhana. Ia tetap menjalani semua yang harus ia pelajari di jurusan yang ia kira hanya belajar gamelan. Sampai akhirnya ia tahu bahwa di jurusan ini ternyata ada pelajaran yang pas betul dengan hobinya melantunkan langgam jawa, pelajaran nyinden. “Aku seneng banget, apalagi kakak-kakak seniornya ngemong (membimbing) semua. Aku sering diajak pentas, honornya nggak besar, tapi lumayan untuk beli buku pelajaran”.

Silir Pujiwati Cita-cita Polwan Sampai Jadi SindenLulus dari SMKI silir melanjutkan kuliah di ISI (Institut Seni Indonesia) di jurusan karawitan tahun 1997. Kuliah di jurusan yang sama membuat kemampuan nyinden anak bungsu dari lima bersaudara ini semakin matang. Lulus kuliah Silir tetap setia dengan kecintaannya pada dunia tarik suara. Ia memang tidak membatasi diri sebagai pesinden ataupun penyanyi keroncong seperti yang ia sering bawakan bersama Djaduk di kelompok Sinten remen maupun di kelompok Kua Etnika. “ Bukannya nggak pede membawakan lagu-lagu pop, aku cuma tau dan bisa mengukur kemampuanku aja, mau jadi penyanyi pop, udah banyak yang lebih bagus.” papar Silir yang selalu merendah.

Silir Pujiwati Cita-cita Polwan Sampai Jadi SindenDi luar nyinden dan keroncong, ternyata Silir sudah merilis album indie-nya yang berisi 6 lagu berirama pop dengan sentuhan bernuansa melayu dan jawa.” Album itu kuberi judul “Silir”, yang artinya sejuk, jadi aku berharap lagu-laguku itu bisa memberi kesejukan kepada orang yang mendengarnya.

Kecintaannya pada jalur musik tradisional telah membawa Silir melanglangbuana mengikuti berbagai festival musik di manca Negara seperti Australia, Thailand, Korea serta Polandia. “Di Polandia aku diiringi pemain gamelan yang semuanya orang bule, rasanya takut juga jangan-jangan suatu saat nanti nggak ada lagi orang kita yang bisa main gamelan.” Kekhawatiran Silir bisa jadi hal yang mungkin terjadi suatu saat nanti karena profesi pesinden-pun sepertinya sSilir Pujiwati Cita-cita Polwan Sampai Jadi Sindenudah dimudahkan oleh televisi yang dengan mudah memberi predikat sinden hanya karena bisa nyanyi dengan gaya pesinden.

Menurutnya butuh waktu yang cukup lama untuk belajar sampai pantas disebut pesinden. Bicara soal talentanya, tidak pernah sedikitpun terdengar nada yang menonjolkan dirinya. Bahkan ia tidak merasa bahwa cerita perjalanan hidupnya ketika melanjutkan sekolah ke SMKI telah menginspirasi perempuan-perempuan di desanya untuk melanjutkan sekolah kejuruan setelah lulus SMP. “Aku cuma perempuan dari kaki gunung yang tidak ingin perempuan di daerahku ketinggalan, menurutku dengan bersekolah di kejuruan kalau ndak selesai pun masih bisa menghasilkan ketimbang sekolah umum”. Ya, Silir memang tipikal perempuan desa kebanyakan. Yang selalu merendah, meski namanya sudah melanglangbuana ke mancanegara dan menjadi insipirasi bagi perempuan di desa asalnya untuk lanjut sekolah.

Temen nan yuk ..!

ypk



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta