Dante Black, Memanusiakan Manusia Dengan Sulapnya

Dante Black, Memanusiakan Manusia Dengan Sulapnya

From Zero to Hero. Tanpa bermaksud menyebutnya sebagai pahlawan, tapi begitulah perjalanan seorang Dante, Hypnollusionist yang mengawali hidupnya dalam keadaan susah. Susah karena untuk tempat tinggalpun ia bersama keluarganya terpaksa menjadi traveller, istilah keren yang Dante gunakan untuk menggambarkan bagaimana keluarganya harus pindah dari satu rumah kontrakan ke rumah kontrakan lainnya. Maklum ayah Dante yang pernah jadi musisi di era ’70-an tidak cukup mampu untuk memiliki rumah sendiri.

Ayah dari 2 anak kelahiran 24 Februari 1980 ini sampai lupa berapa kali pindah rumah kontrakan. Kepindahan hampir selalu diikuti dengan kepindahan sekolah Dante. Selesai sekolah TK di daerah Kampung Melayu, Jakarta Timur Dante pindah ke daerah Bekasi. Di kota inipun seingat Dante sampai 3 kali pindah sekolah.

Kekurangan bukan untuk diterima tapi disadari. Sadar bahwa kekurangan biaya bisa diatasi hanya dengan satu kata : kerja!!. Itu yang ia lakukan sejak SMP. Otak dagangnya jalan, Ia melihat ada market di sekolah. Setiap subuh ia pergi ke agen koran. Ia berpikir, daripada kepanasan jual di jalanan, ia dekati guru untuk langganan koran. Apapun ia dagangkan, pernah setelah menikmati bakpau buatan mamanya, ia langsung minta dibuatkan banyak untuk ia jual di sekolah. Semula ia tawarkan ke smua kelas, lalu ia berpikir, daripada capek keluar masuk kelas, ia titipkan semuanya di kantin. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Sekolah tetap jalan, bayar sekolah dari jualan.

Sampai masa SMA, Dante tetap jualan, kali ini yang ia jual bertambah, ia juga jualan musik. Bersama teman-temannya ngamen dan tampil di beberapa café. Profesi ini ia lakoni sampai setelah Dante lulus tahun 1996 di SMA YPKP yang sekarang jadi sekolah Islamic Center School di daerah Condet Jakarta Timur.

Suramnya dunia politik 1998 berimbas pada band-nya. Banyak café-café tutup karena dibakar atau bangkrut akibat krismon (krisis moneter). Beruntung dari luasnya pergaulan di café-café tempat ia biasa main, Dante ditawari pekerjaan di sebuah perusahaan manajemen artis.

Keinginannya untuk terus berkembang membuatnya memutuskan untuk kursus desain grafis pada tahun 2000 sebagai persiapan kuliah periklanan, sesuai saran teman-temannya. Tahun 2002, ia diajak Gugun Gondrong dan Uya Kuya untuk jadi penyiar di Radio “S” milik Sys NS.

Baru satu tahun berjalan, di tahun 2003 Dante berhenti siaran di Radio S karena radio itu seluruh assetnya dijual. Beruntung ia masih bisa lanjut di Radio Ramako Magic dan berlanjut terus selama 7 tahun. Merasa tidak dapat mendayagunakan ilmu grafis untuk pekerjaannya, Dante kuliah di Sekolah Tinggi Bahasa Asing.

Tahun 2005 menjadi tahun yang bersejarah bagi dirinya. Saat itu Dante mengasuh satu program. Dalam program ini tugasnya adalah mengupas profesi seseorang. Nara sumbernya Paul Matapuz, seorang pesulap senior. Disaat jeda iklan ia menikmati sulapan-sulapan nara sumbernya. Dante jadi teringat masa kecilnya yang suka memperhatikan pesulap di sekitar pasar Mester, jatinegara.

Timbul pikiran jail Dante untuk menantang Mister Paul main sulap dengan pendengar. Di luar dugaannya pesulap menerima. Melalui corong suaranya, Dante mengundang pendengar untuk menelpon ke studio saat itu juga. Undanganpun bersambut, seorang ibu menelponnya. Sang pesulap meminta kepada penelpon itu untuk mengambil 5 buah benda. Melalui arahannya, penelpon diminta menyingkirkan kembali satu persatu benda yang tadi dikumpulkan sampai tersisa satu barang. Sang pesulap meminta si penelpon menyebutkan nomor teleponnya. Tak lama kemudian penelpon tadi diminta menyebutkan nama barang terakhir. Penelpon itu menyebutkan “kacamata” lalu sang pesulap meminta si ibu tadi membaca sms yang dikirim oleh sang pesulap, isinya membuat si penelpon histeris karena tertulis persis dengan apa yang ditebak oleh sang pesulap yaitu, “kacamata”.

Dari peristiwa ini, Dante mulai sering menghubungi dan bertemu sambil belajar ilmu sulap dari Paul Matapuz. Pelan tapi pasti ilmu sulap yang ia pelajari merubah sifat pemalunya 180 derajat hanya dalam tempo 3 bulan sejak ia belajar sulap. Dante tidak lagi malu tampil sendiri di depan umum. Ilmu sulap tidak hanya menyulap perhatian orang tapi juga dirinya.

Dante Black, Memanusiakan Manusia Dengan Sulapnya

Seorang teman setianya yang selalu mau melihat ilmu sulap yang Dante praktekan mengajaknya tampil di sebuah acara ulang tahun. Meski cukup bingung dengan apa yang akan ia lakukan, namun Dante tetap tampil di acara itu. Selesai acara, yang ulang tahun menyampaikan rasa terimakasihnya dengan ekspresi raut wajah yang sangat gembira sambil menyampaikan sepucuk amplop. Di toilet, Dante terpana ketika menghitung isi amplopnya berisi uang sebanyak 1,5 juta rupiah!. Tanpa bermaksud mengecilkan besarnya honor yang ia terima ketika itu sekitar 25 ribu rupiah perjamnya, Dante benar-benar merasa nilai yang ia terima adalah bentuk penghargaan yang sangat tinggi untuk profesi pesulap.

Sulap makin merasuk ke dalam jiwanya. Dante mulai sering berkostum serba hitam. Nama Dante yang ia ambil dari seorang pesulap abad 18 juga mulai ia gunakan sebagai nama dirinya. Nama Dante Black dikukuhkan oleh pimpinannya di radio sebagai “nama udara” untuk nama radio mereka yang akan berubah dari Ramako Magic menjadi LiteFM.

Bagai pendekar Shao-Lin yang selesai belajar kungfu, ilmu sulap Dante semakin berkembang karena ia juga berguru pada para master sulap lainnya seperti Mister Robin, Deddy Corbuzier, Rommy Rafael dan juga beberapa sekolah sulap lainnya dengan masing-masing spesialisasinya. Atas saran Rommy Rafael ia belajar khusus hypnosis di kota Malang, yang menurut Rommy adalah kota sarangnya para hipnotis.

Kejailan Dante sering kali muncul dengan menunjukkan sulapan-sulapan kepada siapapun bahkan kepada para klien radio tempat ia bekerja. Bos Dante melihat potensi besar yang dimiliki Dante karena banyak klien yang suka pada Dante hingga ia dipercaya untuk menduduki jabatan sebagai PR Manager. Tahun 2010 Dante pindah kerja ke Arka Music Indonesia (EMI Indonesia), kemudian pindah lagi di American Tour Services (ATS). Nasib memang bisa dirubah. Di perusahaan ATS ini Dante sering ditugasi untuk ke luar negeri , ke China, Australia sampai ke Negara-negara Eropa. Setiap kali bertugas, di waktu senggang ia manfaatkan untuk tampil unjuk keahlian sehingga di setiap tugas, uang sakunya justru selalu bertambah karena mendapat bayaran tiap unjuk kebolehan dalam bermain sulap.

Akhirnya, 2009 Dante mandiri dengan hypnollussion gabungan ilmu hypnosis dan illusi yang ia dalami. Ditambah visual art ia membangun citra dirinya sebagai corporate magician. Pesulap yang mengkhususkan dirinya untuk kebutuhan promosi dan pemasaran sebuah perusahaan.

Dengan cermat Dante berhasil mengisi celah bisnis di dunia persulapan. Ia berani tidak menghadirkan sosoknya karena ia tahu betul bahwa klien perusahaan pasti mengutamakan produknya dalam setiap acara gathering, launching atau promosi. Kelebihan produk dengan cerdas bisa ia sampaikan kepada target pasar dengan ide-ide yang menggunakan sulapnya.

Dante juga membuka Dante House of Hypnosis (DHH). Ia menggunakan ilmu hypnosis untuk memotivasi, membangun semangat kerja karyawan di beberapa perusahaan.

Dante Black, Dante si Hitam, Hitam cuma bajunya. Mungkin juga masa lalunya. Tapi Dante tidak membuang masalalu-nya. Semua ia sadari sebagai proses untuk menjadi. Ia sadar betul jika tidak ngamen di café, ia tidak akan jadi penyiar radio. Begitu juga ia tidak akan jadi pesulap jika ia tidak jadi penyiar radio. Karena di sinilah, ia bertemu dengan Paul Matapuz yang mengajarnya ilmu sulap.

Bagi Dante, Hidup itu “start to change and change to start” . Hitamnya kehidupan anak jalanan dan orang-orang di kelas bawah adalah warna yang ingin ia rubah. Tapi perubahan itu harus diusahakan oleh mereka yang mau berubah. Dante hanya menyediakan Ilmu sulap sebagai kail bagi mereka untuk merubah nasib. Hasilnya, sudah ada pengamen yang menjual ukulelenya untuk dibelikan alat sulap dan pendapatannya meningkat karena penumpang lebih tertarik melihat ia main sulap daripada nyanyi asal bunyi. Ada si Ares, penjaga toko laptop yang kini sudah jadi manajer karena dengan permainan sulapnya orang mudah tertarik sampai jadi pelanggan setia. Lain lagi cerita si Dedi, pengamen jalanan yang kini sudah “naik” jadi pesulap café. Tanpa diarahkan anak-anak binaan Dante society ternyata bisa memilih targetnya sendiri. Ada Didi yang menemukan marketnya sebagai kids show magician. Jadi pesulap langganan KFC, main sulap menghibur anak-anak di pesta ulang tahun yang diselenggarakan. Pendapatannya lumayan banget, sekali “manggung” 500ribu tarifnya, tapi anak itu dalam sehari bisa 3 kali “manggung” coba hitung berapa yang bisa ia dapat dalam satu bulan dibanding ngamen di jalanan. Bahkan keahliannya makin berkembang dengan keahliannya bisa jadi magic maker, pembuat alat sulap yang sudah beberapa kali bolak-balik ke negeri Jiran Malaysia untuk memenuhi undangan penyelenggara pameran sulap.

Dante Black, Memanusiakan Manusia Dengan Sulapnya

“start to change and change to start”, mulailah untuk berubah dan selalu berubah untuk memulai. Begitu prinsip hidup Irly Irwansyah, nama sebenarnya.

Temen nan yuk ..!


Ypkris



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta