Harry Patra
Bawa Angklung Keliling Dunia
Usianya terbilang masih muda, tapi ‘passion’nya terhadap seni dan budaya sangat besar. Pria asal Bandung ini mengaku memang sudah memiliki keinginan yang besar terhadap seni dan budaya sejak kecil, sementara perkenalannya dengan Saung Angklung Mang Udjo berawal dari keikusertaannya menjadi salah satu murid tokoh angklung di Bandung tersebut. Lama menjadi murid dari Mang Udjo, Harry kini mengemban tugas memperkenalkan kepada masyarakat lebih luas juga mengembangkan apa yang sudah ada sekarang, tidak hanya di Indonesia, bahkan sampai mancanegara.
Saung Angklung Udjo sendiri merupakan tujuan wisata budaya yang lengkap, yang terletak di Jl.Padasuka No.118, Dago, Bandung. Selain memiliki arena pertunjukkan dan pusat kerajinan bambu, Saung Udjo juga sering mengadakan workshop alat musik bambu. Kehadiran tempat ini juga semakin bermakna karena kepeduliannya untuk terus melestarikan dan mengambangkan kebudayaan Sunda, khususnya angklung kepada masyarakat. Karena nama Saung Angklung Udjo yang sudah besar bahkan sudah dikenal dibeberapa negara Eropa, tugas Harry bukan semakin mudah, ia justru mengaku harus terus berpikir keras bagaimana alat musik dan kebudayaan ini akan terus ada dan terus berkembang seiring perkembangan jaman.
Setelah dianggap sudah memadai dalam mempelajari angklung dan apa dan bagaimana Saung Angklung Udjo, Harry mulai mengenalkan dan mengajak khususnya generasi muda untuk tau dan mencintai seni budayanya sendiri. “Sejak pertama bergabung dengan saung angklung mang udjo, dari hari ke hari saya semakin cinta sama angklung,” paparnya. Terbukti, sudah berapa banyak negara didatangi untuk mempresentasikan alat musik khas sunda ini. Metodenya menarik, para tamu undangan yang melihat pertunjukkan dipinjamkan alat musik angklung satu persatu kemudian diajarkan secara langsung mulai dari lagu yang mudah sampai lagu yang sedang hits. “Umumnya mereka yang belajar langsung terkesima, kok bisa ya alat musik yang terbuat dari bambu ini mengeluarkan bunyi sedemikian rupa dan bisa memainkan lagu pop sekalipun,” tambahnya.
Masih sangat jelas dalam ingatan Harry, abah sebutannya kepada mang Udjo, mengatakan agar angklung ini bisa regenerasi terus, jangan sampai terputus atau stagnan hanya dikenal di Jawa Barat saja. Salah satu perwujudanya dalam memasakinikan musik tradisional adalah, bentukan band bernama “Babenjo” yang terbentuk di Saung Angklung Udjo. “Ini kreasi baru ciptaan salah satu anak abah. Uniknya semua alat musik dalam band ini terbuat dari bambu. Mereka memainkan musik-musik yang disenangi anak muda, lalu pelan-pelan kita suntikkan unsur tradisionalnya, dengan begini saya yakin musik ini akan terus berkembang, bisa masuk dalam semua golongan dan berbagai usia. Yang terpenting lebih dikenal lagi oleh banyak orang,”.
Temen nan yuk ..!
Natalia S.
Foto-foto: Berbagai sumber.
Artikel Lainnya :
- MASJID KAUMAN PIJENAN (3)(13/12)
- BERJUAL BELI ALA PINGGIR JALAN DI JOGJA MASA LALU(21/10)
- Abimanyu(27/05)
- Pagelaran Tari Lintas Generasi 42 Tahun LKB Saraswati(12/06)
- 23 Februari 2011, Yogya-mu - MONUMEN DI JOGJA RIWAYATMU KINI(23/02)
- 31 Agustus 2010, Ensiklopedi - DOLANAN OBAR-ABIR(31/08)
- MOTIF BATIK PENTING TAPI TERNYATA TAK SEKADAR MOTIF(16/05)
- FESTIVAL MUSIK Tembi 2012(25/05)
- KAMPUNG DJOGONEGARAN 1920(17/10)
- Dolanan Layangan(10/04)