MASJID KAUMAN PIJENAN (3)

Tradisi yang dijalankan di Masjid Kauman Pijenan ini salah satunya adalah membagikan takjil berupa bubur dengan sayur tempe. Tradisi ini dipercaya berasal dari para wali di masa lalu. Tradisi takjil bubur ini mengandung ajaran atau pesan religius yang cukup dalam.

papan nama masjid kauman pijenan, wjirejo, pandak, bantul, difoto tanggal 13 agustus 2012, foto: a.sartono
papan nama Masjid Kauman Wijirejo, Pandak, Bantul

Atas bimbingan dan nasihat dari Panembahan Bodo dan putra-putranya maka Dusun Pijenan kemudian berkembang menjadi pusat santri. Santri-santri ini pada gilirannya banyak yang menjadi kaum, rois atau agamawan. Oleh karena itu pulalah Dusun Pijenan kemudian dikenal pula dengan nama Dusun Kauman Pijenan.

Ada tradisi yang menarik sehubungan dengan Masjid Kauman Pijenan ini berkaitan dengan bulan puasa atau bulan Ramadhan. Tradisi yang dijalankan di Masjid Kauman Pijenan ini salah satunya adalah membagikan takjil berupa bubur dengan sayur tempe. Tradisi ini dipercaya berasal dari para wali di masa lalu. Tradisi takjil bubur ini mengandung ajaran atau pesan religius yang cukup dalam.

bubur sering dimaknai sebagai lembut (sesuai tekstur makananbubur pada umumnya). Pada sisi ini ada ajaran bahwa agama Islam harus disampaikan atau diajarkan dengan lemah lembut sehingga akan mudah diterima oleh masyarakat awam. Seperti halnya bubur akan cocok bagi perut orang yang berbuka puasa, karena tidak memberikan efek menyentak atau mengagetkan perut atau usus.

bubur jika dituangkan juga akan segera melebar di permukaan wadahnya. Hal ini sering dimaknai sebagi mbeber. Oleh karena itu masyarakat yang menerima bubur Takjil secara tersirat diberikan ajaran-ajaran agama Islam. Oleh karenanya sebelum berbuka puasa diadakan pengajian sebagai wahana untuk menyampaikan ajaran dan syiar agama Islam.

sumur tua di masjid kauman pijenan, wijirejo, pandak, bantul, difoto tanggal 13 agustus 2012, foto: a.sartono
Mata air di halaman masjid yang diberi nama Sendang Si Jalak

bubur juga berarti babar atau merata. Dalam hal ini terkandung maksud agar ajaran agama Islam disampaikan kepada semua orang tanpa membeda-bedakan kelas sosial atau golongannya. Siapa pun bisa memeluk agama Islam.

Takjil bubur ini juga merupakan contoh bahwa memberi sedekah bagi yang berbuka puasa akan mendapatkan pahala yang sama dengan pahala orang yang menjalani puasa. Takjil bubur ini dilaksanakan di Masjid Kauman Pijenan selama sebulan penuh, mulai dari hari pertama bulan ramadhan sampai hari terakhir, kecuali pada tanggal 20 bulan Ramadhan atau sering disebut sebagai malem selikuran. Pada malem selikuran ini secra khusus disajikan Takjil Nasi.

Hal ini dilakukan sebagai pengingat untuk menghadapi sepuluh hari terakhir yang dipandang penuh berkah dan dianggap berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Demikian keterangan Drs. Hariyadi selaku Sekretaris Takmir Masjid Kauman Pijenan dan sekaligus sebagai Kaur Kesra Desa/Kalurahan Wijirejo serta sebagai Ketua I Pengurus Pasareyan atau Makam Sewu (Panembahan Bodo).

jam kuno di masjid kauman pijenan, wijirejo, pandakj, bantul, difoto tanggal 13 agustus 2012
Jam bencet

Sartono



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta