- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Yogyakarta-tempo-doeloe»BERJUAL BELI ALA PINGGIR JALAN DI JOGJA MASA LALU
21 Oct 2008 08:28:00Djogdja Tempo Doeloe
BERJUAL BELI ALA PINGGIR JALAN DI JOGJA MASA LALU
Pasar dalam pengertian modern selalu diidentikkan dengan sebuah tempat tetap yang di dalamnya termuat kegiatan atau aktivitas jual beli. Akan tetapi konsepsi semacam ini pada masa lalu tidak bisa diterapkan sebagai konsep tetap atau baku. Proses jual beli dapat berlangsung di mana saja. Hal demikian juga lazim terjadi dalam masyarakat Jawa di masa lalu. Maklum, pada masa lalu transportasi belum begitu maju. Dengan demikian, jarak antara desa dan kota masih terasa begitu jauh dan nyaris tidak bisa dijangkau dalam waktu cepat.
Orang-orang desa pun dalam menjajakan hasil buminya banyak yang melakukannya dengan berjalan kaki. Oleh karena itu, banyak juga orang yang kemudian mencegatnya di pinggir jalan. Dengan demikian, terjadilah transaksi di pinggir jalan. Kadang-kadang transaksi ini terjadi tidak saja antara pedagang dan calon konsumen, tetapi juga terjadi antarpedagang.
Oleh karena transaksi yang terjadi itu timbul secara mendadak, maka tempat tidak lagi menjadi persoalan bagi orang yang melakukan transaksi. Di pinggir jalan, di teras rumah, atau di tempat mana pun tidak menjadi persoalan. Hal yang penting dari kejadian seperti itu adalah tercapainya kesepakatan antara kedua belah pihak.
Berikut ini ditampilkan foto suasana pasar dadakan atau pasar tiban yang terjadi atau terdapat di Jawa (Jogja) masa lalu. Peristiwa di dalam foto menampilkan sosok pembeli dan penjual dengan pakaian wanita Jawa di masa lalu. Tempat berjualannya pun kelihatan sangat sederhana. Tidak ada sarana lain dalam berjualan itu kecuali barang yang dijual dan tempat membawa atau menjajakan barang dagangan yang berupa keranjang bambu (tenggok). Tempatnya pun kelihatan tidak dipilih. Seolah semuanya begitu saja terjadi di pinggir sawah. Tempat dan peristiwanya terbentuk begitu saja tanpa direkayasa.
Kelihatan pula ekspresi para pedagang maupun calon pembelinya begitu damai, tenang, tidak kemrungsung dan tegang. Seolah semuanya mengalir begitu saja. Ketenangan dan kedamaian yang diekspresikan oleh wajah-wajah pedagang desa ini seperti menutup kesan hasrat pada kepemilikan yang berlebih seperti yang umum terjadi dalam jiwa kaum pedagang (pebisnis).
Transaksi jual beli ala pinggir jalan semodel foto ini mungkin masih saja terjadi di Jawa (Jogja). Hanya saja skalanya mungkin kian mengecil mengingat kemajuan di segala sektor telah merambah wilayah Jawa (Jogja). Mal, pasar, minimarket, hypermarket, dan sebagainya sudah demikian tersebar di mana-mana. Orang semakin dimudahkan untuk berjual-beli. Hubungan personal yang melibatkan perasaan dekat antara pembeli dan penjual ala transaksi pinggir jalan seperti di dalam foto tersebut tampaknya akan semakin melangka.
Sartono
Sumber: K.T. Satake, 1935, Camera Pictures of Sumatra, Java, and Bali-dipublikasikan di Surabaya, dicetak oleh Hood & Co. Ltd, Middlesbrough, Inggris.
Artikel Lainnya :
- 24 Maret 2011, Situs - KISAH JURUKUNCI 37 TAK ADA JURUKUNCI(24/03)
- Tata Cara Paes lan Pranatacara Gagrag Ngayogyakarta(04/01)
- RAGAM PINTU RUMAH(01/01)
- 24 Februari 2010, Yogjamu - MELONGOK ANCOLNYA JOGJA(24/02)
- Soto Ceker Gandaria Kaki Ayam Jadi Idola(26/09)
- GURAH,PENGOBATAN KHAS ALA GIRILAYA, IMAGIRI, BANTUL(01/01)
- SATE GEPUK DAN BISTIK SAPI(26/07)
- 2 Desember 2010, Kabar Anyar - BARANG BEKAS DIBUANG SAYANG(02/12)
- 7 Oktober 2010, Kabar Anyar - MUSIK CANGKEP DARI ACCAPELA PARDIMAN(07/10)
- Barno Surya Terus Membuat Wayang(12/03)