Baskoro, Pernah Kerja Ibarat WTS

Baskoro, Pernah Kerja Ibarat WTS

Bekerja itu perlu kesenangan, bukan cuma uang. Bekerja tanpa kesenangan ibarat seperti wanita tuna susila, meski dibayar tapi tersiksa.

Perumpamaan itu memang pernah dialami Baskoro Adi Wuryanto ketika bekerja sebagai karyawan. Meski lajang kelahiran 19 November 1982 ini tidak benar-benar tersiksa karena“tertolong” dengan suasana teman-teman di tempat kerjanya, namun bagaimanapun juga dunia film jauh lebih menarik bagi alumnus Magister Managemen Universitas Diponegoro, Semarang ini. Namun karena ia mengharuskan dirinya untuk bisa tinggal di Jakarta, satu-satunya cara yang bisa membuatnya tinggal di Jakarta adalah bekerja sebagai karyawan di Jakarta karena bagaimanapun juga ia butuh biaya.

Penggemar sepak bola ini sebelum bekerja di PT. Tempo Scan Pacific Jakarta, ia tinggal kota kelahirannya, Semarang. Di Semarang Baskoro sudah memiliki usaha “ Hungry Buzz Diner” semacam warung makan ala Amerika tapi dengan menu yang bahan makanannya dibeli dari pedagang kecil di pasar tradisional. Gayanya memang kapitalis tapi spiritnya sosialis. “Dengan membeli makan di “ Hungry Buzz Diner”, anda membantu petani dan tetap menjaga kelangsungan pasar tradisional agar tidak mati”, begitu promo Baskoro. Usaha ini sekarang dilanjutkan oleh adiknya.

Tarikan bekerja di dunia film yang begitu kuat karena kesukaannya pada film sejak kecil sempat membuat Baskoro kerja di dua bidang. Sebagai karyawan dan di dunia film. Saking cintanya Baskoro rela memulainya dari tukang angkat perlengkapan syuting, script continuity, sampai akhirnya produser. Bekerja sebagai orang kantoran semula adalah strateginya agar bisa menetap di Jakarta. Di kantornya ini ternyata Baskoro “terjebak” karena ternyata suasana lingkungan kantornya membuat Baskoro jatuh cinta.

Baskoro, Pernah Kerja Ibarat WTS

Minat yang besar di bidang film ia dalami dengan mengikuti kursus penulisan naskah film di Serunya Screen Writing. Bakat menulisnya memang baik, terbukti ia pernah memangkan kompetisi antar penulis di tempat kursus tersebut sampai akhirnya ia terpilih untuk menjadi pengajar di situ.

Karirnya di dunia film memang bisa dikatakan baru mulai. Terutama di film komersil. Sebelumnya ia banyak membuat film eksperimental yang ia buat bersama teman-teman se-hobby-nya. Keterlibatannya secara signifikan ketika ia menggarap film pendek “Dunia Sempit” sebagai penulis. Film ini disutradarai oleh Billy Christian. Melalui Billy Christian inilah Baskoro, jaringan pekerja film semakin luas. Billy Christian mengajak Baskoro untuk ikut dalam produksi film omibus, satu film yang terdiri dari 5 cerita horror dan thriller dengan Judul Hi5teria. Di film ini Baskoro kembali bekerja sama dengan Billy Christian untuk menulis cerita yang berjudul “Kotak Musik”. Film “Kotak Musik” bercerita tentang seorang seorang ilmuwan muda (diperankan oleh Luna Maya) yang menganggap tahyul sebagai lelucon dan ternyata ilmuwan tersebut terancam oleh sebuah kekuatan supranatural di apartemen tempat tinggalnya. Film ini diproduksi tahun 2011 dan berhasil terpilih untuk ditayangkan di Festival Film Puchon di Korea Selatan tanggal 21 dan 24 Juli 2012.

Hidup itu memang pilihan. Meski posisi Baskoro di tempat ia bekerja sebagai orang kantoran cukup bagus, Baskoro berani meninggalkan “zona nyaman”nya demi kejujuran pada kecintaannya dengan dunia perfileman. Targetnya tidak muluk, bikin film yang asik ditonton. Itu saja cukup. Seperti motto hidupnya, “Think Easy, Work Hard”.

Baskoro, Pernah Kerja Ibarat WTS

Temen nan yuk ..!

ypkris

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta