Jejak Tradisi Nasional di Tembi
Alunan gending-gending “Sluku-Sluku Bathok” yang riang dan “Kebo Giro” yang begitu khidmat, membuai para peserta lain yang melihat latihan gamelan dari kelompok karawitan. Seolah-olah mereka sudah mahir memainkan gamelan. Padahal, sebenarnya ia baru saja berlatih karawitan setengah jam yang lalu. Namun karena begitu antusias, mereka bisa memainkan dengan apik alat musik tradisional Jawa, yang disebut gamelan ini. Apalagi mereka memainkannya dengan kompak sehingga terlihat suara yang merdu.
Itulah dua gending yang sempat dimainkan oleh anak-anak pelajar SMA se-nusantara yang tergabung dalam acara “Jejak Tradisi Nasional (Jetranas)” yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta dibuka oleh Prof. Dr. Windu Nuryanti, M. Arch, Ph.D, selaku Wakil Menteri P dan K Bidang Kebudayaan. Acara tersebut melibatkan siswa-siswi SMA se-nusantara dari Sabang hingga Merauke sekitar 100 peserta, yang dikoordinasi oleh 11 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) yang ada di seluruh Indonesia. Salah satu acara adalah mengenal Budaya Jawa di Tembi Rumah Budaya pada hari Minggu (15/7/12) lalu.
Acara pembukaan dilakukan pada pagi hari dengan menampilkan beberapa pertunjukan kesenian termasuk tari-tarian. Kemudian dilanjutkan dengan foto bersama Wakil Menteri P dan K Bidang Kebudayaan. Dalam sambutan sebelumnya, Windu Nuryanti mengatakan menyambut baik acara ini, apalagi pelaksanaannya di Yogyakarta yang sudah terkenal kebhinekaannya. Selain itu, Yogyakarta juga masih kuat tradisinya. Ia berharap, para pesertanya nanti ketika kembali ke tempat asalnya, memperoleh kesan-kesan yang mendalam dalam kegiatan ini dan berharap dapat membawa oleh-oleh khas Yogyakarta yang banyak. Pada kesempatan lain, ia juga memuji Tembi yang semakin cantik dan tetap mempertahankan dan memelihara ikon-ikon budaya lokal.
Para peserta berasal dari daerah Sumatra hingga Papua. Mereka dikelompokkan sesuai dengan minatnya. Di Tembi, mereka belajar budaya. Selain ada yang belajar karawitan, ada kelompok lain yang berminat dan belajar tentang arsitektur bangunan Jawa, memasak ala Jawa, menatah topeng, menatah wayang, membatik, tari Jawa, gerabah, dan sebagainya. Pada tahap awal, mereka langsung praktik. Ada yang membatik, ada yang memasak, ada yang menari, dan lainnya. Setelah makan siang, masing-masing kelompok melakukan diskusi dengan para nara sumber yang memberi pelatihan. Masing-masing menanyakan filosofinya, sejarah asal-usulnya, cara pembuatannya, bahan-bahan dan bentuk-bentuk hasil karyanya, dan sebagainya. Pada tahap selanjutnya, hasil diskusi mereka presentasikan di hadapan kelompok lainnya.
Selain belajar budaya di Tembi, mereka juga melakukan kunjungan ke berbagai tempat lainnya pada hari berikutnya, seperti Kraton Kasultanan Yogyakarta, Malioboro, dan Candi Borobudur.
Suwandi
Foto: Barata
Artikel Lainnya :
- Pasar Desa di Jawa Tahun 1930-an(18/12)
- 19 Nopember 2010, Figur Wayang - Tokoh Arjuna(19/11)
- LEMBAGA-LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR YANG MENGGUNAKAN UNSUR NAMA GAMA DI YOGYAKARTA(01/01)
- Stasiun-stasiun Kecil di Jogja(29/08)
- Sing Sabar Bakal Subur(31/07)
- BRANKAS KAYU TAHUN 1904(26/08)
- POS RONDA DAN SISTEM TANDA BUNYI KENTONGAN DI JOGJA(12/10)
- MINUMAN KHAS DARI IMOGIRI, BANTUL, YOGYAKARTA(01/01)
- Membincang 20 Puisi Karya Triman Laksana(16/02)
- 8 Juni 2010, Kabar Anyar - ANAK-ANAK MENARI DI Tembi(08/06)