'TJAP TOEGOE MONAS' PESAN CINTA HARSONO SAPUAN

'TJAP TOEGOE MONAS' PESAN CINTA HARSONO SAPUANTerhadap karya Harsono Sapuan, yang sedang dipamerkan di Tembi Rumah Budaya dengan tajuk ‘Pesan Cinta’, rasanya tidak cukup hanya dilihat, melainkan perlu untuk ‘dibaca’. Karena pada karya Harsono, yang mengungkap cinta, entah pada siapa, sebenarnya lebih berbicara mengenai masa lalu. Dan masa lalu itu, adalah masa kanak-kanak dia yang tinggal kenangan, yang seolah memanggilnya untuk dilihat kembali. Istilah cinta yang dipakai sebagai tajuk pameran, agaknya merupakan kata ganti dari kenangan. Karena itu, pesan cinta, tak lain adalah pesan dari kenangan masa lalu.

Tentu saja, karena sifatnya kenangan masa kecil sehingga sangat personal. Kenangan itu dialami pribadi oleh Harsono sendiri, kalaupun ada orang lain dalam situasi masa kanak Harsono, pastilah impresi kenangannya berbeda. Karena sifatnya personal, tidak bisa diletakkan pada konteks benar-salah dan baik-buruk.

Pada pesan cinta pameran Harsono ini, ada satu karya yang berjudul ‘Tjap Toegoe Monas’. Kalimat dalam judul sengaja ditulis degan ejaan lama, artinya ejaan yang belum disempurnakan, agaknya untuk mengingatkan akan masa lalu. Dalam kata lain, dari kalimat yang ditulis menggunakan ejaan lama, Harsono tidak sedang berkisah mengenai kekinian'TJAP TOEGOE MONAS' PESAN CINTA HARSONO SAPUAN, melainkan sedang mengenang masa lalu.

Pertanyaan yang mungkin muncul, apa hubungan antara Monas di Jakarta dan Gresik tempat lahir dan tinggal Harsono?

Tentu saja, Harsono sendiri yang tahu jawabnya. Kita tidak perlu menunggu jawaban darinya. Karena hal itu tidak penting. Yang perlu untuk dibaca pada ‘Tjap Toegoe Monas’ yang memvisulakn seorang perempuan (menor) sedang bersolek, kancing bajunya terbuka sehingga kelihatan kutangnya. Yang paling aneh, malah sekaligus surealis, di perut perempuan ini tergambar bangunan gedung DPR pusat. Di bawah kakinya ada seeokor kuncing dan disampingnya ada meja marmer yang diatasnya ada poci dan cangkir, yang berdekatan dengan peralatan make up perempuan itu.

Pada Karya itu, sebenarn'TJAP TOEGOE MONAS' PESAN CINTA HARSONO SAPUANya Harsono tidak sedang menyampaikan pesan cinta, melainkan sedang melakukan kritik terhadap perilaku politisi yang genit. Politisi kita, setidaknya dari karya Harsono yang ‘dipesankan’ adalah politisi yang ‘berpipi merah jambu’. Kata Monas pada judul karyanya, agaknya, untuk menunjuk pada pusat politik, dan perempuan bersolek adalah representasi dari politisi genit.

Barangkali Harsono tidak senang melakukan kritik, atau kata kritik diganti dengan istilah pesan. Agar tidak menyakitkan bagi yang menerima pesan, maka oleh Harsono disertakan kata cinta. Maka ‘Pesan Cinta’ pada Harsono, adalah kata lain dari sindiran. Oleh karena itu visual dari karya-karyanya tidak ‘sempurna’ secara anatomis, dan memang sengaja dihadirkan secara karikatural seperti itu.'TJAP TOEGOE MONAS' PESAN CINTA HARSONO SAPUAN

Dalam berkarya, Harsono memang tidak melepaskan dari narasi masa lalu yang menempel pada ingatannya. Bahkan dari sanalah, seringkali ‘tangannya mengisi kanvas’. Kehidupan keseharian yang dijalani, merupakan narasi pengalaman yang tak henti-hentinya memberi spirit. Dalam kata lain, narasi masa lalu dalam hidupnya, yang dia sebut sebagai kenangan, merupakan spirit Harsono dalam berkarya.

“Bagiku proses berkarya, proses melukis itu tidak saja ketika aku berhadapan dengan kanvas, tapi segala pengalaman dalam kehidupannku, dikeseharianku, dipergaulanku dan pengalaman-pengalaman ketika masa kecil sampai dewasa sampai berkeluarga hingga kini itu semua menjadi sumber inspirasi yang luar biasa ditambah kejadian diluar diriku yang aku tahu dan aku rasakan. Jadi ketika aku berhadapan dengan kanvas itu adalah proses visualisasi saja, dan tentu saja juga diperlukan pengalaman dan pengetahuan tersendiri dalam prosesnya. Tentu saja, pendidikan yang telah kudapatkan ketika semasa kuliah dulu sangatlah punya andil yang sangat besar sekali” kata Harsono.

Jadi, ‘Pesan Cinta’ karya Harsono Sapuan, berawal dari narasi masa lalunya, dalam berbagai macam visual dari karya seni rupanya, untuk mencoba menandai hidupnya kini. Sekaligus imajinasinya mengenai kehidupan kini.

“Tiada yang lebih indah, senindah cinta-mu” tulisnya dalam puisi ‘Pesan Cinta’

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta