Tembi

Berita-budaya»BERKAH KEHIDUPAN DARI ORANG TUA

02 Aug 2011 06:51:00

"BERKAH KEHIDUPAN" DARI ORANG TUA32 Orang tokoh yang cukup dikenal menulis buku mengenai orang tuanya. Belum pernah ada buku yang menyajikan tulisan perihal orang tuanya. Buku yang diedotori Baskara T. Wardaya ini diberi judul ‘Berkah Kehidupan’. Rabu (27/7) lalu buku ‘Berkah Kehidupan’ dilaunching di Karta Pustaka dengan narasumber George Aditjondro, P.M. Lakasana, Djoko Pekik, Imam Aziz dan Baskara T.Wardaya. Kelima narasumber ini termasuk dari 32 penulis dalam buku ini.

Baskara T.Wardaya, selaku editor memberi alasan, bahwa ide awal dari penulisan buku ini adalah untuk ‘memberi hadiah’ ulang tahun emas orang tuanya, tetapi kalau meminta teman-temannya menulis mengenai orang tuanya adalah hal yang biasa. Maka Baskara mempunyai gagasan, bukan menulis mengenai orang tuanya, melainkan masi"BERKAH KEHIDUPAN" DARI ORANG TUAng-masing menulis mengenai orang tuanya sendiri.

P.M. Lakosno, salah seorang penulis dalam buku ini, pada awalnya agak berat menulis mengenai orang tuanya, karena baginya hal yang sangat pribadi. Namun akhirnya Laksono menulis juga

“Barangkali memang ada manfaatnya, bahwa orang tahu melalui cara mana para orang tua kita cawe-cawe nggula wentah (turut serta membentuk) hidup saya” tulis Laksono.

Hal yang sampai hari ini masih diingat Laksono, diantaranya apa yang dikatakan ayahnya ialah ‘Jagalah mulutmu, apalagi tanganmu, jangan lebih cepat dari otakmu’.

Selain Laksono, George Aditjondro juga menulis dalam buku ‘Berkah Kehidupan’ ini. Kegigihan George untuk terus membongkar korupsi yang dilakukan para penguasa, setidaknya dipengeruhi oleh ayahnya yang anti suap.

“Setiap kali Papa sudah mengusir seorang penyelundup yang mencob"BERKAH KEHIDUPAN" DARI ORANG TUAa menyogok dia, dia ceritakan hal itu pada kami. Tapi kalau ada yang membawa ikan asin, dia terima, supaya kami bisa makan gereh” tulis George Aditjondro.

Syafii Maarif, tokoh yang dikenal luas, sangat terkesan kepada kebiasaan membaca ayahnya, meski berpendidikan SR, ayahnya memiliki pengetahuan yang luas.

“Hanya kebiasaan membaca sang Ayah yang sampai setua ini telah saya warisi. Dengan hanya berbekal SR, pengetahuan Ayah di atas rata-rata orang desa” kata Safii Maarif.

Romo Franz Magnis Suseno SJ, sangat terkesan pada orang tuanya, terutama pada kebebasan yang selalu dia terima. Rmo"BERKAH KEHIDUPAN" DARI ORANG TUAMagnis menulis kesannya seperti bisa disimak ini:

“Yang paling mengesankan pada saya adalah kebebasan yang selalu saya terima dari kedua orang tua saya. Saya tidak ingat pernah dilarang sesuatu (pasti pernah ada). Ibu saya mendidik saya supaya saya hanya minta apa yang pantas diminta”.

Djoko Pekik, seorang perupa mendapat inspirasi dari orang tuanya dalam mendidik anak-anaknya. Pekik menuliskan inspirasinya itu seperti berikut:

“Orang tua memisah anaknya dan memberikan rumah itu jadi inspirasi bagi saya. Saya sendiri punya anak delapan orang. Mereka semua sudah saya ‘pisah’, dengan cara masing-masing saya belikan rumah. Rumahnya saya beli dikompleks perumahan. Kenapa di kompleks perumahan? Karena kalau rumah di kompleks perumahan itu kan nada tipenya. Misalnya tipe 70. Semua saya belikan rumah dengan tipe yang sama, meskipun harganya berbeda-beda, karena waktu pembeliannya juga berbeda-beda. Rumah dengan tipe yang sama mungkin saja dulu harganya seratus, tetapi sekarang tiga ratus, dan sebagainya. Semuanya saya belikan dengan tipe yang sama, supaya saya tidak dimaki-maki, hahaha. Mereka"BERKAH KEHIDUPAN" DARI ORANG TUAjuga saya belikan mobil semua. Dan semua itu mengacu ke pemikiran orang tua saya itu…”

Memberi penjelasan mengenai buku ‘Berkah Kehidupan’ Baskara T .Wardaya menuliskannya dibagian akhir pada pengantar dengan mengutip apa yang dikatakan Syafii Maarif

“Ketika ditawari untuk ikut menulis dalam buku ini Buya Syafii dengan antusias mengatakan: ‘Mulia sekali gagasan (menulis tentang pengalaman ber-orang tua) ini. Saya sepenuhnya mendukung. Siapa tahu akan ada dimensi pendidikan dalam pengungkapan orang tua masing-masing. Tetapi ia lantas cepat-cepat menambahkan, ‘ini mungkin yang pertama kali dilakukan oleh manusia.

Apa yang dikatakan Buya Syafii tersebut, kemudian direspon Baskara dengan mengatakan: “ Jika benar bahwa buku jenis ini merupakan yang pertama dilakukan oleh manusia, tentu banyak kelemahan yang dikandungnya mengingat belum ada buku sejenis yang bisa dijadikan sebagai acuan atau pembanding”.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta