Omah Sandhuwuring Jaran

Omah Sandhuwuring Jaran

Pepatah Jawa di atas secara harfiah berarti rumah di atas (punggung) kuda.

Bisa dibayangkan bahwa rumah yang dibangun di atas punggung kuda akan membuat rumah tersebut menjadi bersifat sangat mudah pindah (mobile). Rumah yang demikian tentu saja merupakan rumah yang berukuran sangat kecil dan jauh dari segala macam fasilitas. Pendeknya, rumah darurat.

Pepatah ini sebenarnya ingin menggambarkan orang yang selalu duduk di atas punggung kuda. Ia akan bebas bergerak kemana pun sesuai keinginan hatinya. Artinya, orang tersebut memang “tinggal” di atas punggung kuda. Kuda tunggangannya adalah kendaraan sekaligus rumahnya. Hal semacam ini mungkin sesuai dengan gambaran para gerilyawan yang berjuang menegakkan visi dan misi hidupnya. Seperti diketahui, gerilyawan bisa dikatakan sebagai kaum yang tidak punya rumah atau lupa rumah. Demi cita-citanya ia terpaksa melakukan hidup berkelana di atas punggung kuda. Mungkin kalau zaman sekarang mereka melakukan pengelanaan di atas kendaraan.

Pepatah tersebut di atas sebenarnya ingin menggambarkan orang yang selalu mengendarai kuda kemana-mana untuk melakukan perlawanan terhadap kekuasaan (raja). Dalam mobilitasnya kemana-mana itu orang yang bersangkutan mungkin saja kemudian mendapatkan pengikut yang setujuan dengan dirinya. Untuk melakukan perlawanan itu orang yang bersangkutan terpaksa melakukannya dengan cara gerilya (naik kuda kemana-mana) sebab jika ia berumah pada rumah atau tinggal yang tetap ia akan dapat dengan mudah ditangkap dan dihabisi.

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta