Nonton Cap Gomeh
Di Gedung Kesenian Jakarta
Perayaan Cap Gomeh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan imlek. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama. Cap= Sepuluh, Go= Lima dan Meh= Malam. Perayaan ini dirayakan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan, seperti festival lampion, atau di Asia Tenggara dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa. Perayaan ini juga berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta, beberapa waktu lalu, hiasan lampion dan barongsai meramaikan perayaan Cap Go Meh disana.
Perayaan cap gomeh di Gedung Kesenian kemarin hanya bagian dari setting dari pagelaran bertajuk “Nonton Cap Gome” dari terater Bejana. Karya dari Kwee Tek Hoay, seorang sastrawan Melayu Tionghoa dan tokoh ajaran Tridharma. Ia banyak menulis karya sastra terutama novel, drama, kehidupan sosial dan agama masyarakat Tionghoa peranakan. Karyanya yang terkenal diantaranya “Drama di Boven Digoel”, “Boenga Roos dari Tjikembang” dan salah satunya “Nonton Cap Gome” yang dituang dalam seni teater kemarin malam.
Pertunjukkan diawali dengan pertengkaran suami istri Thomas dan Lies di ruang tengah rumah Lies. Thomas ingin Lies pergi nonton cap gomeh bersama ia dan teman-temannya, sedangkan Lies dilarang orangtuanya pergi berdua dengan Thomas karena menurut budaya Tionghoa laki-laki dan perempuan tionghoa tidak boleh pergi berdua. Lies tetap pergi bersama keluarga dan Thomas tetap pergi menonton cap gomeh bersama temannya, Frans yang menyamar sebagai perempuan untuk membuat Lies cemburu.
Gedung Kesenian bertambah ramai dengan kemunculan Barongsai ditengah-tengah panggung, kemeriahan diatas panggung terasa seperti menonton cap gomeh betulan. Konflik antara dua keluarga modern dan kuno ini semakin ramai, ketika Lies membalas perlakuan Thomas dengan pergi menonton Cap Gomeh bersama Diana sepupunya yang juga menyamar sebagai laki-laki. Kondisi rumah Lies pun kacau balau. Kedua keluarga sama-sama mengatakan Lies dan Thomas pergi bersama laki-laki dan wanita lain. Cerita tak melulu konflik, ada juga kelakuan Nyonya Gemuk dan Asu pemilik warung yang akhirnya jatuh cinta setelah sering bertengkar. Akhir cerita keluarga Lies dan Thomas berbaikan dan keluarga Lies tidak lagi melarang Lies untuk pergi berdua dengan Thomas suaminya.
Teater Bejana yang sejak tahun 2002 sudah banyak mementaskan sastra Melayu Tionghoa, sukses mementaskan “Nonton Cap Gome” malam itu. Terlihat unsur tradisi Tionghoa tradisional yang mulai berbenturan dengan modernisasi, lengkap dengan balutan komedi situasi.
Natalia.S
Artikel Lainnya :
- Apresiasi Tari Tembi 2011 Kolaborasi Tarian Dan Teater(27/07)
- MATUR NUWUN DAN PAMIT JENG RENI DAN MAS UBAY(09/01)
- PAK KASAN, 38 TAHUN SETIA PADA SATU PROFESI(01/01)
- Tembi di Pekan Raya Jakarta(13/07)
- 8 Desember 2010, Perpustakaan - Kongres Perempuan Pertama. Tinjauan Ulang(08/12)
- 14 Desember 2010, Djogdja Tempo Doeloe - BANGSAL RAWAT INAP RUMAH SAKIT DI JOGJA TAHUN 1930-AN(14/12)
- Neno Baru Bisa Nembang Pocung dan Gambuh(08/12)
- Mikha Tambayong Jadi Pengacara Sekaligus Penyanyi(31/08)
- 24 Maret 2010, Perpustakaan - Pengobatan Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta(24/03)
- Markesot Bertutur Dari Emha Ainun Najib(13/11)