Tembi

Berita-budaya»MATUR NUWUN DAN PAMIT JENG RENI DAN MAS UBAY

09 Jan 2012 11:29:00

MATUR NUWUN DAN PAMIT JENG RENI DAN MAS UBAYBelum hilang benar ingatan masyarakat Yogya atas pernikahan agung putri bungsu Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Bendara (GRAj Nurastuti Wijareni) dengan Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara (Achmad Ubaidillah) pada 18 Oktober lalu. Pernikahan yang juga menjadi pesta rakyat karena dukungan luar biasa dari masyarakat Yogyakarta.

Sabtu malam lalu (7/1/12), di halaman parkir Dinas Pariwisata DIY di Malioboro, GKR Bendara dan KPH Yudanegara pamitan untuk melanjutkan studi di Edinburgh, Inggirs, selain utamanya menyampaikan rasa terima kasih keduanya kepada warga Yogyakarta. Dengan tema ‘Maturnuwun Yogyakarta’ dan subtema ‘Dari perkenalan, pacaran sampai mantenan’ , acaranya berlangsung santai. Dimeriahkan dengan pementasan musik Angklung Malioboro, serta pembawa acara Gareng Rakasiwi dan Jonet yang terus melemparkan guyonan yang memancing tawa, dari plesetan bahasa Jawakrama sampai guyonan penikahan.

MATUR NUWUN DAN PAMIT JENG RENI DAN MAS UBAYPada Kamis (12/1) mendatang Jeng Reni (panggilan akrab GKR Bendara) dan Ubay (panggilan akrab KPH Yudanegara) akan terbang ke Inggris untuk melanjutkan studi di Edinburgh, Inggris. Mereka akan belajar selama dua tahun. Rencananya Ubay akan belajar komunikasi politik, sedangkan Reni belajar cultural heritage management. Sebelumnya Reni telah menyelesaikan studi kesarjanaannya dalam bidang pairiwisata di Swiss. Jadi bidang studi yang diambilnya masih berkesinambungan, yang memang menjadi minatnya sejak lama.

Menurut Reni, dalam bidang wisata Yogya pernah meraih predikat terbaik untuk kategori budaya. Mengaku bangga dengan kekayaan budayaYogya, Reni juga mengungkapkan bahwa Yogya kaya dengan museum. Sayangnya, kata Reni, orang Indonesia lebih suka berwisata ke mal padahal di luar negeri museum merupakan tujuan wisata yang ramaiMATUR NUWUN DAN PAMIT JENG RENI DAN MAS UBAYdikunjungi. Karena itu ia akan memperdalam ilmunya agar dapat memberikan kontribusinya bagi pengembangan museum dan budayaYogya.

Acara talkshow ini diisi dengan perbincangan santai tentang proses asmara keduanya. Awalnya, tutur Ubay, sebagai orang pemerintahan ia diminta kawannya, mbak Ita, --panggilan akrab Gusti Kanjeng Ratu Candra Kirana yang juga kakak Reni-- untuk menemani Reni yang sedang melakukan penelitian skripsinya tentang proyek busway di Jakarta. Dari pertemuan awal di sebuah restoran pada bulan Januari 2007 itu, pertemuan mereka berlangsung intens. Sekitar tiga bulan kemudian, pada acara Java Jazz, Ubay “menembak” Reni, sambil mengatakan bahwa ia tidak mencari pacar tapi istri.

Apa jawaban Reni? Jalani saja dulu, kata Reni, karena ia harus balik ke Swiss lagi selama enam bulan. Setelah Reni selesai sekolah, proses pendekatan masih terus dilakukan hingga akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih. Yang membuat Ubay lega dan yakin untuk mempersunting Reni adalah pernyataan Ngarso Dalem yang tidak mempermasalahkan kesukuan Ubay yang berasal dari Lampung. Saudara Ngarso Dalem, kata Ubay, juga ada yang berasal dari Sumatera dan Kalimantan. Dalam acara tanya jawab, seorang pengunjung menyatakan bahwa sikap Sri Sultan ini menunjukan perspektif pluralismenya, sertaMATUR NUWUN DAN PAMIT JENG RENI DAN MAS UBAYmeminta agar Ubay menjaga Reni dengan sebaik-baiknya.

Para tamu dari berbagai kalangan menikmati hidangan khas angkringan berupa nasi kucing dan gorengan serta kopi, teh dan jahe. Di tengah dinginnya malam dalam guyuran hujan, wedang panas dan hangat berulang kali dipesan pengunjung.

Ada tiga angkringan yang melayani tanpa memungut bayaran milik Pasiyo (48 tahun), Ngatino (37) dan Juwanto (42). Ketiganya adalah angkringan yang sehari-harinya mangkal di depan Hotel Inna Garuda, yang bersisian dengan tempat pergelaran ini. Menurut Pasiyo dan Ngatino, mereka masing-masing dibayar panitia Rp 450.000. Ngatino mengaku mendapat sedikit keuntungan, yang penting ikut mangayubagyo. Mereka bertiga juga terlibat dalam acara 150 angkringan gratis pada saat pernikahan agung GKR Bendara dan KPH Yudanegara.

MATUR NUWUN DAN PAMIT JENG RENI DAN MAS UBAYAcara ini merupakan bagian dari acara Angkringan Keistimewaan yang diselenggarakan Sekretariat Bersama (Sekber) Keistimewaan. Ini adalah kali ke-4 setelah rangkaian yang diawali di Galang Press. Dalam sambutannya, Ketua Sekber Keistimewaan Widihasto Wasana Putra menyampaikan bahwa acara ini diadakan atas permintaan Jeng Reni dan Mas Ubay yang ingin menyampaikan rasa terima kasih mereka kepada warga Yogya sekaligus pamit sementara untuk melanjutkan studi di luar negeri.

Acara ini, menurut Widihasto, juga memberikan penghargaan kepada 8 pemenang Lomba Foto Pesta Rakyat & Kirab Pengantin GKR Bendoro & KPH Yudanegara yang diselenggarakan Sekber Keistimewaan pada 17-18 Oktober tahun lalu, yang diikuti 150 peserta

Dalam acara ini, Juru Kunci Pasarean Kuthagede Mataram Ngayogyakarta-Surakarta Mas Ngabehi Tatok Pujodiprojo menyematkan pin merah putih kepada kepada kedua tokoh Kraton Ngayogyakarta ini sebagai simbol nasionalisme keindonesiaan dengan tetap mempertahankan keistimewaan Yogya.

barata



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta