- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Berita-budaya»KERUSAKAN JEMBATAN DAN GORONG GORONG KARENA BANJIR DI JOGJA
04 Jan 2012 09:26:00Faktor alam pada satu sisi bisa memberikan keuntungan kepada manusia. Akan tetapi pada sisi yang lain juga dapat memberikan kerugian. Hujan pada salah satu sisi dapat memberikan suplai air yang dibutuhkan manusia serta makhluk hidup lain. Namun juga dapat memberikan dampak buruk berupa banjir, erosi, dan genangan yang mengundang nyamuk. Banjir seperti sudah diketahui sering memberikan dampak buruk pada infrastruktur atau bangunan yang dibuat oleh manusia. Jalan, jembatan, talud, dam, saluran irigasi/pengatusan, gorong-gorong, dan lain-lain sering rusak akibat terjangan banjir.
Hal yang sama juga terjadi di Jogja. Hujan dan banjir pada tahun 2011 setidaknya telah merusakkan beberapa jembatan di Jogja sekalipun pada jembatan-jembatan relatif besar hal itu tidak mengakibatkan ambrol atau putusnya jembatan tersebut. Akan tetapi pada jembatan-jembatan yang relatif kecil serta beberapa gorong-gorong hal itu menimbulkan dampak kerusakan yang cukup parah. Gorong-gorong yang rusak parah misalnya terjadi di Jl. Mas Suharto (Jambu) di sisi timur Hotel Melia Purosani. Kebetulan gorong-gorong ini keletakannya begitu dekat dengan Jembatan Jambu yang juga mengalami beberapa keretakan karena banjir. Baik banjir lahar dingin Desember 2010 yang kemudian disusul banjir Desember 2011.
Kecuali itu, banjir juga mengakibatkan beberapa tebing Sungai Code dan Sungai Gajah Wong ambrol. Ada pula jembatan di Kampung Pingit yang patah. Hal-hal seperti ini tentu saja merugikan warga sekitar. Akses terganggu, kelancaran hubungan sosial dan ekonomi juga terganggu. Pembangunan atau perbaikan kembali akan infrastruktur ini juga membutuhkan alokasi dana yang memadai.
Kerusakan-kerusakan aneka bangunan yang dibuat untuk kenyamanan hidup warga itu sudah semestinya mulai dipikirkan tentang kualitasnya. Dipikirkan tentang keawetan daya gunanya. Mungkin juga semua bangunan itu telah dibuat atau dibangun sesuai standar kualitas bangunan yang baik. Akan tetapi tidak ada salahnya jika pada pembuatan atau rehabilitasi berikutnya perihal kualitas itu lebih diperhatikan lagi. Sebab apalah artinya sanggup membangun jika bangunan yang dibuat kemudian tidak bisa bertahan lama. Lebih membuat malu bila tidak bisa bertahan lamanya bukan karena faktor bencana namun karena faktor pencarian space keuntungan yang besar dengan mengurangi berbagai ukuran dan bahan bangunannya. Tentu saja hal demikian tidak kita harapkan.
Kerusakan aneka bangunan yang menjadi fasilitas publik ini sepertinya juga menghentakkan kita semua untuk semakin peduli pada hal tersebut. Peduli pada pengawasannya, peduli pada perawatan atau pemeliharaannya. Kepedulian bersama ini akan membuat fasilitas publik menjadi lebih awet dan lebih bisa memberikan daya dukung maksimal bagi kehidupan manusia.
a.sartono
Artikel Lainnya :
- Tembi di Pekan Raya Jakarta(13/07)
- 2 Agustus 2010, Kabar Anyar - KISAH MUSA DALAM WAYANG WAHYU(02/08)
- Denni Pratomoaji, Aksinya Memecah Ketuban Penonton.(21/05)
Komunitas Difabel Gelar Lokakarya Dolanan Anak(02/01) - KREBET, PUSAT BATIK KAYU DI PAJANGAN, BANTUL (2)(01/01)
- Kuburan Pitu Kuburan Pengikut Pangeran Diponegoro(12/04)
- Dewa Bayu(20/01)
- Membaca Visual, Membaca Negara(30/08)
- LANGEN CARITA DAN KETOPRAK LESUNG, SENI TRADISI YANG HAMPIR TERLUPAKAN(21/09)
- Festival Film Solo 2011(14/02)