Kuburan Pitu: Kuburan Pengikut Pangeran Diponegoro
Keletakan
Kuburan Pitu secara administratif terletak di Dusun Cungkuk, Kalurahan Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY. Lokasi kuburan ini berada di sebelah barat kompleks Makam Kuncen, Wirobrajan pad jarak sekitar 800 meter.
Kondisi Fisik
Kuburan Pitu disebut demikian karena memang jumlah nisan atau gundukan yang menandakan kuburan atau makam berjumlah tujuh buah. Nisan makam ini dibuat relatif sederhana. Nisan dibuat dari cor semen. Pada masing-masing nisan tidak terdapat keterangan yang dapat menjadi pedoman atau tanda pengenal dari jasad yang dimakamkan di tempat itu.
Kuburan Pitu semula berada di bawah kerimbunan pohon bambu duri. Akan tetapi pohon bambu duri tersebut pada saat sekarang sudah tidak ada lagi. Sebagai gantinya di sekitar Kuburan Pitu telah banyak berdiri bangunan (rumah). Oleh karena itu pula Kuburan Pitu pada saat sekarang tampak seperti terjepit di antara bangunan-bangunan tersebut. Bahkan keletakan kuburan ini sekarang berimpit dengan tembok rumah warga setempat di bagian utaranya. Sementara tanah di bagian selatan kuburan digunakan untuk memarkir gerobak-gerobak warga. Kuburan ini juga tidak dilengkapi pagar, pintu, atau cungkup. Jadi keberadaannya sejak awalnya memang relatif terbuka.
Luas kompleks Kuburan Pitu kurang lebih 3m x 7m. Ukuran Dua nisan besarnya (sisi barat) sekitar 130 Cm x 60 Cm x 20 Cm. Sementara ukuran nisan kecilnya (bagian timur) sekitar 40 Cm x 25 Cm x 10 Cm.
Nisan-nisan kecil di sisi timur ini berjumlah empat buah. Sementara nisan besarnya 2 buah. Sedangkan satu nisan lainnya sudah tidak kelihatan lagi. Kemungkinan besar nisan lainnya berada di antara dua nisan besarnya yang dalam gambar tampak seperti sebidang kecil tanah kosong di sela-sela nisan.
Latar Belakang
Menurut sumber setempat Kuburan Pitu merupakan kuburan pengikut Pangeran Diponegoro yang tertangkap oleh Belanda dan kemudian dihukum mati serta dikuburkan di tempat ini. Pada masa lalu di kuburan ini pernah ditemukan barang-barang yang merupakan bagian utama dari ”pakaian” kuda. Entah itu berupa pelana, ladam, tali, dan sebagainya. Hal demikian kemudian menjadi semacam penguat bagi pendapat yang menyatakan bahwa tempat ini merupakan makam pengikut atau prajurit Pangeran Diponegoro. Hal demikian menjadi logis bila dikaitkan dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengikut atau prajurit Pangeran Diponegoro ini merupakan prajurit berkuda.
Versi lain menyatakan bahwa Kuburan Pitu merupakan kuburan para durjana di masa lalu. Akan predikat durjana ini diduga memang senagaja diterakan oleh Belanda karena Belanda membenci orang –orang yang melawannya. Belanda menganggap bahwa dirinya adalah penguasa Jawa, tuan atas Jawa sehingga para pribumi yang berani melawannya hampir selalu dikatakannya sebagai perusuh, durjana, kriminal, dan sebagainya. Demikian pun dengan tujuh pengikut Pangeran Diponegoro ini. Mereka pun tidak luput dari predikat seperti itu. Stigma semacam itu tampaknya memang menjadi salah cara untuk ”menekan” setiap gerakan yang akan melawan Belanda.
a.sartono
Artikel Lainnya :
- 6 April 2010, Bothekan - MENENG WIDARA ULEREN(06/04)
- 24 September 2010, Figur Wayang - Pandhawa Muksa(24/09)
- Dedongengan Bab Beksan (Materi Giaran Apresiasi Tari RRI Yogyakarta)(26/08)
- 27 Nopember 2010, Kursus Tembang Macapat - KURSUS TEMBANG MACAPAT (29/11)
- Rumah-Rumah Di Tepi Beteng Kraton Yogya(08/10)
- 25 Juni 2010, Figur Wayang - Perang hebat(25/06)
- 1 Juli 2010, Primbon - Mengenali Watak Dasar Si Bayi(01/07)
- Dolanan Wilwa-1 (Permainan Anak Tradisional-77)(21/02)
- Dolanan Dhempo-1 (Permainan Anak Tradisional-81)(16/05)
- EGGROLL UBI UNGU, OLEH-OLEH KHAS LAIN DARI JOGJA(06/07)