- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Yogyakarta-yogyamu»PAK KASAN, 38 TAHUN SETIA PADA SATU PROFESI
01 Jan 2008 05:21:00Yogyamu
PAK KASAN, 38 TAHUN SETIA PADA SATU PROFESI
Apabila Anda melintas di Jl. Abubakar Ali persisnya di sisi utara Hotel Garuda, maka Anda akan melihat sosok laki-laki kurus duduk terbungkuk-bungkuk di bawah pohon tanjung yang barangkali umurnya sudah setua laki-laki tersebut. Laki-laki renta ini setiap harinya duduk di tempat tersebut menunggu pelanggan yang akan mencukurkan rambutnya. Laki-laki tua ini mengaku bernama Kasan dan usianya sudah 75 tahun. Pak Kasan sudah menjalani profesi sebagai tukang cukur selama 38 tahun. Sebelum itu ia adalah seorang jongos ‘pembantu umum’ di sebuah sekolah swasta di daerah Kranggan.
Di bawah pohon tanjung tua itulah Pak Kasan tua membuka kiosnya yang sesungguhnya tidak bisa disebut sebagai kios. Apa yang dinamakan sebagai kios Pak Kasan itu hanya terdiri atas satu bangku kecil, satu tas kulit butut berisi alat-alat cukur rambut, sebuah cermin kaca yang dicantolkan pada pagar Hotel Garuda, sehelai handuk kecil lusuh, dan selembar kain pelindung punggungdari rontokan rambut. Jadi sebenarnya bangunan kiosnya tidak ada sama sekali. Apabila hujan tiba, tempat usaha Pak Kasan ini pun tidak ada. Oleh karena itu pulalah kios Pak Kasan ini sering mendapat julukan Kios Cukur Ngisor Tanjung. Beratap langit berdinding udara.
Menurut Pak Kasan ia menjalani profesi sebagai tukang cukur sejak zaman pendudukan Jepang (1942). Sejak awal mula sampai sekarang Pak Kasan memang mengambil tempat di sisi utara Hotel Garuda yang terletak di ujung utara Jalan Malioboro. Alasannya adalah karena dia memang terlanjur menyukai tempat tersebut.
Pak Kasan yang asli penduduk Jogoyudan dan sudah demikian tua itu dalam menjalani profesinya tidak semata-mata demi uang. Ada yang lebih penting daripada materi. Dengan terus bekerja Pak Kasan merasa hidup ini menjadi lebih punya arti. Dengan bekerja pula sesungguhnya ia merasa mendapatkan semacam hiburan, mendapatkan dunianya. Hal ini penting untuk memupuk kesegaran suasana batinnya. Jadi pendapatan dari layanan jasa cukurnya, khususnya untuk sekarang ini tidak begitu diperhatikannya benar. Yang penting adalah terus melakukan kegiatan. Buktinya dengan semuanya itu ia mengaku tidak pernah merasa sakit yang demikian parah.
Oleh karena tidak terlalu memburu uang, maka setiap jam 12.00 WIB siang Pak Kasan sudah menutup usahanya yang biasanya dibukanya pada jam 09.00 WIB. Di samping karena tidak terlalu memburu uang, putra Pak Kasan juga melarang dirinya untuk berlama-lama membuka jasa layanan cukurnya. Cukup asal bisa refreshing saja, demikian usul putra Pak Kasan. Terlalu lama berada di ruang terbuka dan sepanjang hari terpanggang matahari tidak baik untuk kesehatan, terlebih-lebih bagi orang seusianya. Inilah alasan yang sering dikemukakan. Baginya membuka usaha itu bila ada rejeki ya disyukuri, tidak ya disyukuri. Demikian pedoman Pak Kasan. Katanya hidup ini hanya sekadar nglakoni peran. Hidup hanya mampir ngombe. Believe it or not, sumangga.
Foto dan Teks: Sartono Kusumaningrat
Artikel Lainnya :
- Kangen Sayur Kampung(03/09)
- KUJANG DAN TOMBAK PANCASULA DI MUSEUM Tembi(24/09)
- PUDARNYA POPULARITAS BAHAN BAKU MAKANAN LOKAL(26/05)
- KEMUNING-KEMUNING DI MALIOBORO(09/09)
- DOLANAN MUL-MULAN-1 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-55)(08/03)
- 23 Desember 2010, Primbon - Watak Dasar Bayi(23/12)
- Alison Victoria Thackray Bule Penggagas Edutainment(28/06)
- PENGRAJIN WAYANG KULIT DI YOGYAKARTA(01/01)
- 15 Oktober 2010, Figur Wayang - Dendam Menjadi Cinta(15/10)
- MELONGOK PENDEKAR PENGRAJIN MINUMAN JADUL YOGYAKARTA(01/01)