- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Yogyakarta-yogyamu»KEMUNING KEMUNING DI MALIOBORO
09 Sep 2009 11:05:00Yogyamu
KEMUNING-KEMUNING DI MALIOBORO
Beberapa bulan terakhir ini ada yang berubah di sepanjang Jalan Malioboro-Jalan Jendral Ahmad Yani Yogyakarta. Bukan perubahan fisik bangunan, bukan pula pada fisik jalannya. Akan tetapi pada tanaman yang selama ini menghiasi ruas jalan tersebut. Tanaman tersebut semula berupa tanaman perdu yang memunculkan bunga berwarna merah dalam ukuran kecil-kecil. Akan tetapi jenis tanaman ini agaknya tidak tahan banting. Tanaman ini setelah beberapa kali berbunga ternyata mengalami peranggasan. Daun-daunnya berguguran dan rantingnya mulai mengering. Selain itu jenis tanaman yang secara visual memang menarik ini diserang hama kutu daun yang realtif sulit diatasi.
Tanaman-tanaman yang ditanam di sepanjang Malioboro-A Yani ditempatkan pada pot yang dibuat berderet memanjang di kedua sisi jalan tersebut. Di sisi timur menjadi pembatas trotoar dengan jalan raya. Di sisi barat menjadi pemisah jalur kendaraan bermotor dan tidak bermotor.
Kini tanaman tersebut digantikan dengan jenis tanaman kemuning. Meskipun pertumbuhannya belum seragam dan merata, tanaman-tanaman kemuning ini sudah menampakkan kegairahan hidupnya. Tunas-tunas daunnya mulai tumbuh. Di beberapa tempat juga telah kelihatan ada yang rimbun.
Tanaman kemuning bagi masyarakat Jawa memiliki beberapa kegunaan. Di antaranya daun dan serutan kulitnya dapat digunakan untuk ramuan mandi lulur. Daun kemuning juga selalu digunakan dalam pembuatan tuwuhan untuk perayaan pengantin. Di masa lalu kayu kemuning juga banyak dicari untuk digunakan sebagai warangka keris maupun tangkai keris. Selain itu, tanaman kemuning juga digunakan sebagai simbol atau perlambangan akan suasana hati yang hening, wening, bening. Oleh karena itu pula kemuning juga sering ditanam di kuburan dengan suatu maksud agar arwah orang yang meninggal mendapatkan keheningan, ketenangan di alam akhirat. Demikian pun orang yang ditinggalkan juga akan berpikiran bening dan tenang sehingga dapat melanjutkan kehidupan yang dijalaninya dengan lebih tenteram.
Selain itu ada versi lain yang menyatakan bahwa kemuning sebagai lambang kejernihan berpikir. Untuk itu siapa pun yang melihat pohon kemuning diingatkan akan arti tersebut sehingga orang yang bersangkutan secara tidak langsung juga diingatkan untuk tidak berbuat buruk (jahat). Untuk selalu berbuat kebaikan. Kemuning juga dianggap sebagai lambang kesucian. Untuk itu tanaman ini memang cocok ditanam di sepanjang Malioboro-Ahmad Yani mengingat kawasan ini kawasan belanja dengan peredaran uang yang cukup tinggi. Umumnya kawasan-kawasan semacam itu memang rawan tindak kejahatan maupun pelanggaran moral.
Tanaman kemuning selain memang berdaun lebat, kayu atau percabangannya relatif kuat (liat). Bunga dari tanaman kemuning berwarna putih dan beraroma sangat harum. Lebih-lebih jika malam hari.
Jenis tanaman ini juga dapat menjadi media penyerap polutan dan dapat memberi kerindangan di tengah terik matahari. Penggantian kemuning atas jenis tanaman sebelumnya (jenis jarak ?) tampaknya cukup memberikan harapan akan sifat-sifat unggul (baik) dari kemuning seperti yang telah disebutkan di atas. Harapannya, selain Malioboro-Ahmad Yani kian sejuk secara fisik, juga kian menyejukkan jiwa bagi siapa pun yang tinggal atau berada di wilayah itu.
a sartono
Artikel Lainnya :
- 3 Januari 2011, Klangenan - DARI 2010 KE 2011: MEMAKNAI SELISIH ANGKA 1(03/01)
- Kliping (09/11)
- 1 April 2011, Kabar Anyar - KUNJUNGAN MENDADAK (LAGI) DI Tembi RUMAH BUDAYA(01/04)
- 8 Februari 2011, Ensiklopedi - DOLANAN TUMBARAN(08/02)
- 29 September 2010, Yogya-mu - INSTALASI AIR SIAP MINUM DI PASTY YOGYAKARTA(29/09)
- Kendhil Membuat Nasi Menjadi Terasa Pulen (Alat Dapur-7)(22/01)
- Daftar judul buku(18/10)
- Perpustakaan, JUDUL BUKU 78 (23/11)
- 30 Juni 2010, Perpustakaan - Peperangan Kerajaan di Nusantara. Penelusuran Kepustakaan Sejarah(30/06)
- Tugu Triangulasi di Jogja, Apa Pula Itu(16/05)