Tembi

Berita-budaya»NEGARAKU SEDANG DEMAM

16 Apr 2011 10:36:00

NEGARAKU SEDANG DEMAMYang sering kita dengar adalah pertunjukkan teater, atau monolog. Ini ada satu pertujukkan yang diberi nama monoplay. Sejenis teater, dan bukan monolog. Sebab, meski main secara sendirian, tetapi masing-masing aktor diikat oleh tema. Oleh sebab itu berbeda dengan monolog, yang dimainkan oleh seorang aktor dengan banyak karakter. Monoplay dimainkan oleh beberapa aktor secara sendiri dan masing-masing tidak saling bertemu, karena itu tidak ada dialog (langsung) antar pemain monoplay.

Lakon ‘Negaraku Sedang Demam’ naskah yang ditulis oleh Indra Tranggono aNEGARAKU SEDANG DEMAMkan dipentaskan dalam bentuk monoplay. Beberapa ackor kuat dari Yogya, seperti Joko Kamto, Novi Budianto dan Eko Winardi akan tampil pada monoplay yang bakal pentas di Taman Budaya Surakarta, Minggu malam(17/4) dan Senin malam(18/4).

Latihan-latihan dari monoplay terus dilakukan di Sanggar Alam Nitiprayan. Kamis sore (13/4) lalu, latihan kembali dilakukan dengan mengundang beberapa orang untuk melihat latihan terakhir sebelum pentas. Tentu saja, karena sifatnya masih latihan, ‘pertunjukkan’ belum menggunakan tata lampu, tetapi sudah ada setting, yang dibuat secara sederhana, serta ada iringan musik untuk lebih memberi makna pada pertujukkan.

NEGARAKU SEDANG DEMAM‘Negaraku Sedang Demam’ mengkisahkan seorang yang bernama Warga, yang menjalani hidupnya tanpa membuang idealisme yang dimiliki. Meski, idealismenya yang membuat dirinya menderita. Warga, karena perjuangannya untuk menegakkan demokrasi dan keadilan harus rela dipenjara oleh rezim yang sedang berkuasa selama 8 tahun. Keluar dari penjara, menikmati kehidupan bebas, tetapi kehidupannya tidak terlalu beruntung dan Warga memilih menjadi penjaga malam dari sebuah museum tua yang sering diziarahi oleh pendiri republuk ini, Bung Karno, Sjahrir, bahkan Pangeran Diponegoro dan Sultan Agung, pernah mengunjungi museum yang dijaga oleh Warga.

Pilihan sudah diambil oleh Warga dan dia sangat menikmatinya, sehingga para aktivis lainnya yang memilih masuk kekuasaan membuat mereka berlimpah harta, tidak membuat Warga iri pada mereka. Sebagai penjaga malam, Warga merasa lebih memiliki martabat.

NEGARAKU SEDANG DEMAMJoko Kamto, seorang aktor Yogya yang cukup kuat, memainkan tokoh Warga dengan imajinasi karakter yang, seolah teguh. Sepertinya, Joko Kamto mengenali tokoh Warga yang memiliki ketegaran akan keyakinan, bahkan hampir-hampir tidak bisa tergoyahkan. Penampilan Warga pada diri Joko Kamto, seperti memberi pesan, keyakinan yang teguh atau bonek sulit untuk dibedakan.

Lain lagi dengan Novi Budianto, yang memerankan sebagai Bung Karno. Simbol-simbol yang dikenali sebagai ciri Bung Karno, pecis, kaca mata hitam, tongkat komando dikenakan oleh Novi Budianto. Tetapi ketika dia berusaha tampil sebagai Bung Karno, justru tidak kelihatan bahwa itu penampilan Bung Karno. Upaya untuk ‘memiripkan’ Bung Karno, malah semakin terkesan bukan Bung Karno. Tapi karena secara verbal sudah dikatakan tamu yang datang Bung Karno, imajinasi orang ‘terpaksa’ menerima dia adalah Bung Karno.

Terlepas dari hal itu, pertunjukkan monoplay memberi warna terhadap jagat pertunjukkan, yang selama ini jarang diisi pertunjukkan teater. Bermacam kenyataan yang terjadi di negeri ini disampaikan melalui monoplay, dan, sama sekali, tidak ‘menghadirkan’ negara. Karena, seperti judul lakonnya, ‘Negaranya Sedang Demam’. Maka, dia tidak ‘hadir’ dihadapan publik, untuk mengurus persoalan yang menimpanya. Malah, yang ‘hadir’ adalah masa lalu yang sudah mulai dilupakan. Simbol-simbol masa lalu seperti Bung Karno, Sultan Agung, Sjahrir dan sebagainya.

Jadi, ‘Negara’ yang sedang demam, bukan saja tidak hadir, melainkan melupakan masa lalunya. Sebuah pertunjukkan yang kritis sekaligus getir. Dan penting untuk ditonton.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta