Kaum Muda dan Musik

Kaum Muda dan Musik

Anak muda seperti tidak bisa dipisahakan dari musik. Setiap ada pertunjukan musik apalagi jenis musik yang lagi popular, kaum muda menghadiri pertunjukkan itu. Bahkan setiap ‘genre’ musik, anak muda tidak bisa pisah dari situ. Kehidupan musik seperti nafas dari kehidupan anak muda.

Tentu saja, setiap anak muda memiliki selera musik yang berbeda. Latar belakang sosial agaknya mempengaruhi selera musik. Atau juga, kepentingan ikut mempengaruhi kehadiran orang ditengah pertunjukan musik. Misalnya, orang yang sedang meneliti musik dangdut, untuk kepentungan skripsi atau kepentingan yang lain, pastilah dengan tekun akan mengikuti acara-acara musik dangdut. Kepentingan ini bisa mempengaruhui dalam membentuk selera musik.

Namun ada juga, anak muda yang senang melihat pertunjukkan musik, yang tidak konvensional, dan mencoba menikmati musik yang dikreasi oleh anak-anak muda sebaya. Pendek kata, kaum muda tidak menjauhi musik, apapun jenis musik itu. Sebab kita bisa melihat anak muda dekat dengan musik dang dut. Ada yang mesra dengan musik pop. Dan ada yang masih ‘tergila-gila’ dengan musik rock.

Di Yogya, setiap pertunjukan musik selalu dihadiri anak-anak muda. Bahkan, musik klasik yang sering pentas di Yogya, misalnya di auditorium Fakultas Kedokteran UGM, sebagian besar publiknya adalah anak-anak muda. Musik jazz juga tidak dijauhi oleh anak-anak muda. Dalam kata lain, kehadiran musik di Indonesia disangga oleh anak-anak muda.

Kaum Muda dan Musik

Rasanya, bukan hanya pertunjukkan musik di Yogya yang dihadiri oleh anak-anak muda, di daerah-daerah lain, pertunjukan musik kiranya juga anak muda yang menjadi publik penontonnya.

Kita tahu, musik jenis hip hop, atau yang dulu ada jenis musik rap, publiknya adalah anak-anak muda. Tahun 1960-an musik rock dan musik pop semacam Beatles, anak-anak mudalah yang menjadi penggemarnya.

Menunjuk waktu 30 tahun yang lalu misalnya, di Yogya tahun 1980-an bisa ditemukan group band yang anggotanya anak-anak muda. Pilihan jenisnya pun macam2, ada yang memilih heavy metal, atau ada yang suka slow rock. Namun ada juga group band yang memang memilih lagu-lagu pop.

Anak muda dan musik seperti dunia yang saling tidak bisa dipisahkan. Hanya saja, untuk sekarang usia lagu-lagu pop tidak bisa panjang. Karena biasanya akan disusul lagu yang lebih baru dan lagu sebelumnya dilupakan. Berbeda dengan group band tahun 1970-an yang usia lagunya bisa panjang, seperti lagu-lagu Koes Plus atau Bimbo, yang sampai hari ini masih enak untuk didengarkan.

Selama 3 hari, terhitung mulai 24-26 Mei 2012 di Tembi Rumah Budaya Yogyakarta diselenggarakan ‘Festival Musik Tradisi Baru’ dan dihadiri oleh anah-anak muda. Dominasi kaum muda pada pertunjukan musik sangat kuat. Dilihat dari sepeda motor yang memenuhi ruang parkir bisa menunjukkan, bahwa anak-anak muda, atau kaum muda sangat dekat dengan musik. Hal ini terjadi dibanyak lokasi di Yogyakarta. Jazz mben Senin di Bentara Budaya Yogyakarta juga dihadiri oleh anak-anak muda. Bukan hanya anak muda publiknya. Kreatornya, dalam hal ini kelompok musiknya juga anak-anak muda, yang dengan sungguh-sungguh berkreasi dibidang musik.

Kaum Muda dan Musik

Jadi, dalam sejarah pertumbuhan musik di Indonesia, sampai hari ini, anak muda menjadi penyangganya. Tanpa anak muda, agaknya, musik hanya akan menjadi masa lalu yang dilupakan.

Dan kita tahu, anak muda akan selalu berganti, musikpun akan digantikan oleh anak-anak muda berikutnya, demikian pula kelompok musiknya, akan hadir kelompok yang lebih muda lainnya. Yang berkreasi pada hari ini, pada 3-5 tahun kemudian perlu mencari formula yang bebeda, agar kreasinya terus berlanjut.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta