Nini Thowong-1
(Permainan Anak Tradisional-88)

Nini Thowong-1

Permainan yang satu ini memang benar-benar tradisional dan sudah sangat tua, setidaknya sebelum kemerdekaan dolanan ini sudah ada. Bahkan dolanan ini diyakini memang produk dari masyarakat Jawa dan tidak hanya dilakukan oleh anak-anak saja tetapi juga oleh remaja-remaja putri dewasa. Bahkan dalam pertunjukannya, dolanan ini harus mendatangkan roh halus dalam permainannya. Tanpa kemasukan roh halus, dolanan ini tidak dianggap menarik. Selain itu harus ada syarat-syarat tertentu agar dolanan ini berjalan semestinya, misalkan mengenai siwur, hari pelaksanaannya, dan sebagainya.

Dinamakan Nini Thowong, karena dolanan ini membutuhkan sebuah boneka peraga yang dibuat mirip seorang wanita atau yang dalam dolanan itu menunjuk pada kata nini. Sementara Thowong berarti bahwa boneka peraga permainan itu wajahnya dirias dengan bedak putih yang mencolok, demikian menurut sebuah sumber dari Sukirman Darmamulya (2004). Namun, bisa juga bahwa Thowong berarti “dientha-entha kaya wong” atau terjemahannya berarti ‘dibentuk menyerupai wajah manusia (perempuan)’, demikian menurut pelaku kesenian Nini Thowong dari Gurdo, Bantul, DIY yang pernah didengar oleh penulis. Bisa juga berarti lain. Namun yang jelas, dolanan Nini Thowong, membutuhkan alat peraga boneka wanita yang terbuat dari “siwur” atau gayung air yang terbuat dari tempurung kelapa.

Biasanya dolanan Nini Thowong dimainkan pada malam hari, dan umumnya pada bulan purnama. Harinya pun biasanya mengambil hari keramat, misalkan malam Jumat Kliwon. Yang biasa memainkan dolanan ini adalah para perempuan, bisa anak-anak, remaja, maupun bersama dengan orang-orang tua. Mengambil hari keramat, karena dolanan ini berhubungan dengan mendatangkan roh halus dalam setiap permainannya. Dolanan digelar di tanah lapang karena biasanya yang menonton sangat banyak.

Pada zaman dulu, dolanan ini tidak hanya sebagai hiburan belaka, tetapi juga untuk upacara ritual, misalkan dalam kaitannya dengan memanggil hujan, pengobatan, atau mencari barang yang hilang. Dalam prosesi permainan, dolanan ini sering disertai dengan membakar kemenyan. Bahkan hingga sekarang pun, ketika dolanan ini hanya sebagai hiburan pertunjukan, prosesi membakar kemenyan masih berlaku. Juga dilengkapi pula dengan ubarampe sesaji lainnya, seperti bunga telon, pisang raja dan lainnya.

Ada perubahan fungsi dolanan Nini Thowong. Jika pada zaman dulu, kadangkala untuk upacara ritual dan hiburan, maka pada saat ini lebih untuk hiburan saja. Hiburan saja sudah berkaitan dengan tanggapan. Artinya apabila ada orang yang membutuhkan untuk menanggap, baru dolanan ini bisa digelar. Kelompok yang memainkan dolanan Nini Thowong ini pun sekarang sudah tidak banyak lagi. Salah satu kelompok yang sekarang masih aktif memainkan dolanan Nini Thowong adalah Grup Nini Thowong yang berasal dari dusun Gurdo, Bantul, DIY. Bahkan dalam festival-festival kesenian tradisional, grup ini sering tampil, bukan hanya di dalam wilayah DI Yogyakarta saja, tetapi sampai luar kota, misalkan Jakarta.

bersambung

Suwandi
Foto: Sartono

Sumber: Sukirman Dharmamulya (2004), Permainan Tradisional Jawa, Yogyakarta: Kepel Press, Pengamatan serta Pengalaman Pribadi.




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta