Pajimatan Imogiri: Makam Raja-raja Mataram
(2)

Penggagas makam raja-raja Mataram ini adalah Sultan Agung, yang konon berdasarkan lokasi jatuhnya tanah yang dilemparkan dari Mekah. Sultan Agung ”pula yang menjadi ”penghuni” pertama makam tersebut.

Kompleks Makam Raja-raja Mataram Imogiri atau Pajimatan Imogiri, Yogyakarta, foto: A Sartono
Sebagian dari dinding kompleks makam raja-raja Mataram dilihat dari sisi luar

Latar Belakang

Kompleks Makam Raja-raja Mataram Imogiri atau Pajimatan Imogiri dibangun oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma. Diceritakan bahwa pada suatu ketika Sultan Agung bersembahyang di Mekah. Di sana ia berkata kepada seorang ulama pemimpin masjid bahwa ia ingin dimakamkan di Mekah. Permintaan itu ditolak ulama tersebut. Ia disarankan untuk tetap dimakamkan di Jawa (Mataram) karena ia adalah panutan atau pimpinan masyarakat Jawa (Mataram). Akan tetapi Sultan Agung tetap bersikeras untuk dapat dimakamkan di Mekah.

Karena Sultan Agung tetap bersikeras dengan sikapnya, ulama itu kemudian meraup tanah dan melemparkannya hingga jatuh di Tanah Jawa. Tanah dari Mekah itu jatuh di sebuah bukit di Giriloyo yang tempatnya berada di sisi timur laut dari kompleks Pajimatan Imogiri yang sekarang.

Berdasarkan jatuhnya tanah dari Mekah itu, maka Sultan Agung berusaha mulai membangun kawasan Pegunungan Giriloyo untuk menjadi area pemakaman. Akan tetapi ketika pembangunan lokasi makam di Giriloyo itu tengah dikerjakan, salah satu paman Sultan Agung yang bernama Gusti Pangeran Juminah lebih dulu sudah mengajukan permintaan kepada Sultan Agung.

Kompleks Makam Raja-raja Mataram Imogiri atau Pajimatan Imogiri, Yogyakarta, foto: A Sartono
Jalan masuk menuju halaman dalam makam

Intinya bahwa jika telah sampai waktunya, Pangeran Juminah ingin dimakamkan di Giriloyo yang sedang dibangun oleh Sultan Agung itu. Atas permintaan tersebut Sultan Agung berkata bahwa sebaiknya sekarang sajalah ia meninggal dan segera dimakamkan di Giriloyo. Tak lama kemudian pamannya itu meninggal dan dimakamkan di Giriloyo.

Oleh karena lokasi makam yang tengah dibuatnya telah digunakan untuk memakamkan pamannya, maka Sultan Agung kemudian melemparkan sisa tanah atau pasir dari Mekah. Sisa tanah itu jatuh ke Bukit atau Gunung Merak di Imogiri.

Jarak antara Gunung Merak dan Pegunung Giriloyo atau tepatnya Gunung Makbul tidaklah terlalu jauh. Maka Sultan Agung pun memulai pembangunan lokasi makam di Gunung Merak. Arsitektur makam atau Pajimatan Imogiri ini diserahkan kepada Kyai Tumenggung Tjitrokoesoemo. Sayangnya, informasi tentang arsitek dan karyanya ini sedemikian minim.

Proses pembangunan makam Pajimatan Imogiri diperkirakan berlangsung selama 13 tahun, yang dimulai pada tahun 1632. Pada tahun 1645 makam ini digunakan untuk memakamkan raja besar Mataram, Sultan Agung, yang menjadi raja Mataram pertama yang dimakamkan di Pajimatan Imogiri.

Kompleks Makam Raja-raja Mataram Imogiri atau Pajimatan Imogiri, Yogyakarta, foto: A Sartono
Salah satu gerbang masuk bagian dalam makam

bersambung

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta