Gathutkaca Tewas, Mendung Menggantung di Padang Kurusetra

Mendung di atas medan Kurusetra seolah-olah ikut bersedih atas tewasnya Raden Gathutkaca. Semuanya menangis dan sedih, termasuk sebagian penonton yang memadati pendopo Yudaningratan tempat pagelaran pentas wayang kulit itu.

Festival Dalang Anak-Remaja DIY 2012, di pendopo Yudaningratan, Selasa 13 November 2012, foto: suwandi Tembi
Salah satu dalang remaja sedang mementaskan wayang kulit lakon “Gathutkaca Gugur”

Betapa sedih Werkudara, ayah Gathutkaca, dan kubu Pandawa mendengar senapati perang mereka, Raden Gathutkaca, gugur di medan perang Kurusetra oleh senjata andalan Adipati Karna, yakni senjata Kunta Wijayadanu. Senjata itu dilesatkan oleh Adipati Karna (saudara Pandawa yang membela Kurawa) kemudian mengenai pusar Gathutkaca tatkala terbang di angkasa saat mengobrak-abrik bala pasukan Kurawa, musuh bebuyutan Pandawa. Senjata itu seolah-olah keris yang bersarang ke sarungnya. Kesedihan tiada tara bagi Pandawa.

Senapati andalan dari Pringgadani yang sangat tangguh dan perkasa itu akhirnya menemui ajalnya di perang Bharatayuda (perang antar keturunan Wangsa Bharata), menyusul saudaranya yang telah tewas sebelumnya, yakni Abimanyu. Mendung di atas medan Kurusetra seolah-olah ikut bersedih atas tewasnya Raden Gathutkaca. Semuanya menangis dan sedih, termasuk sebagian penonton yang memadati pendopo Yudaningratan tempat pagelaran pentas wayang kulit, Selasa siang, 13 November 2012. Apalagi gending dan suara sinden yang mengiringi kematian Raden Gathutkaca sungguh menyayat hati, sangat menyedihkan.

Festival Dalang Anak-Remaja DIY 2012, di pendopo Yudaningratan, Selasa 13 November 2012, foto: suwandi Tembi
Dari balik layar, Adipati Karno sedang mengarahkan senjata Kunta Wijayadanu
ke Raden Gathutkaca

Itulah sepanggal kisah lakon ”Gathutkaca Gugur” yang dimainkan oleh Ki Dalang Yunior Gilang Thomas Kumara, mewakili Kabupaten Gunung Kidul pada acara Festival Dalang Anak-Remaja Se-DIY Tahun 2012 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan DIY bekerjasama dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Yogyakarta. Acara tersebut digelar di pendopo Yudaningratan Jalan Ibu Ruswo 35 Yogyakarta pada Senin dan Selasa, 12-13 November 2012. Festival serupa pernah digelar tahun 2010.

Pada hari ke-2 juga menampilkan dalang-dalang yunior lainnya, yang mewakili masing-masing kota dan kabupaten di DIY. Mereka adalah Bimo Aris Purwandoko (Kabupaten Bantul) menggelar lakon ”Pandawa Kumpul”, Restu Hermawan (Kabupaten Kulon Progo) menggelar lakon ”Bima Bungkus”, Doni Nurjati Putra (Kabupaten Sleman) menggelar lakon ”Sang Sumantri”, dan Fani Rickyansyah (Kota Yogyakarta) menggelar lakon ”Narasoma Tundhung”.

Senin sebelumnya, 5 dalang anak-anak yang mewakili kota dan kabupaten di DIY juga telah tampil. Mereka adalah Ratnanto Adhi Putra Wicaksono (Kabupaten Sleman) menggelar lakon ”Brajadhenta Lena”; Pradipta Aditama (Kabupaten Bantul) dengan lakon ”Begawan Ciptaning”; Laurentinus Hanan Wisma (Kota Yogyakarta) dengan lakon ”Kangsa Lena”; Erlangga Betran Pashandaru (Kabupaten Gunung Kidul) menggelar lakon ”Sumantri Ngenger”; dan Bagas Aditya Prasetya (Kabupaten Kulon Progo) menggelar lakon ”Tumuruning Aji Narantaka”.

Festival Dalang Anak-Remaja DIY 2012, di pendopo Yudaningratan, Selasa 13 November 2012, foto: suwandi Tembi
Sebagian penonton sedang menyaksikan pementasan wayang kulit
di Pendopo Yudaningratan Yogyakarta

Kegiatan Festival Dalang Anak dan Remaja rutin dilakukan oleh Pemerintah DIY sebagai langkah untuk tetap melestarikan dan mempertahankan budaya bangsa, apalagi tradisi wayang sudah diakui oleh UNESCO sebagai budaya asal Indonesia yang diakui dunia. Selain itu, menurut Dra Y Eni Lestari Rahayu, Kepala Seksi Kesenian Dinas Kebudayaan DIY mengatakan, bahwa kegiatan ”Festival Dalang Anak dan Remaja” ini diharapkan dapat menumbuhkan minat dan memotivasi para dalang, khususnya anak dan remaja. Dengan seringnya pentas, mereka akan semakin matang mendalang dan lebih profesional.

Tradisi wayang tidak hanya mengandung tontonan kesenian yang menghibur, tetapi di dalamnya juga memuat tuntunan dan ajaran budi pekerti. Walaupun di dalam eksistensinya dewasa ini, tradisi wayang terus terdesak oleh kesenian modern yang hanya mengandalkan kepuasan ragawi belaka. Namun demikian regenerasi para dalang di DIY terus berlangsung dan banyak peminatnya.

Pada Festival Dalang Anak-Remaja kali ini penekanan penilaian pada sanggit (meliputi sabet, iringan, catur/dialog), penjiwaan (dramatik), dan penyajian (kreativitas). Selain itu, peserta juga harus menggunakan wayang kulit gaya Yogyakarta, pergelaran wayang dengan durasi maksimal 40 menit dengan menyajikan lakon lengkap, tidak boleh menggunakan iringan musik yang bukan perangkat gamelan dan bintang tamu pelawak.

Tim yuri dalang anak terdiri dari Dr. Junaidi, S.Kar. (ISI Yogyakarta); Drs. B. Siswanto PD (pemerhati seni); dan Ki Edi Suwondo (dalang). Untuk tim yuri dalang remaja, terdiri dari Drs. B. Djoko Suseno, M.Hum. (ISI Yogyakarta); Ki Udreka (dosen ISI dan dalang); serta Drs. Edi Pursubaryanto, M.Hum. (FIB UGM).

Festival Dalang Anak-Remaja DIY 2012, di pendopo Yudaningratan, Selasa 13 November 2012, foto: suwandi Tembi
Drs. Gusti Bendara Pangeran Harya (GBPH) Yudhaningrat, MM.,
selaku Kepala Dinas Kebudayaan DIY sedang menyerahkan trofi
kepada para pemenang Festival Dalang Anak-Remaja 2012 di Yogyakarta

Dari hasil festival, diperoleh peringkat juara, untuk dalang anak, urutannya adalah juara 1: Ratnanto Adhi PW (Sleman); juara 2: Pradipta Aditama (Bantul); juara 3: L. Hanan Wisma (Yogyakarta); juara harapan 1: Erlangga BP (Gunung Kidul); dan juara harapan 2: Bagas Aditya P. (Kulon Progo). Juara dalang remaja, berturut-turut juara 1 hingga harapan 2 adalah: 1. Fani Rickyansyah (Yogyakarta); 2. Gilang Thomas Kumara (Gunung Kidul); 3. Doni Nurjati Putra (Sleman); 4. Bimo Aris P. (Bantul); dan Restu Hermawan (Kulon Progo).

Semua penyaji (peserta) dalang anak dan remaja, masing-masing memperoleh penghargaan berupa uang pembinaan, sertifikat, dan trofi. Penyaji terbaik I-III mendapatkan uang pembinaan masing-masing sebesar Rp 3.500.000, Rp 2.500.000, dan Rp 2.000.000. Untuk juara harapan 1 dan 2, masing-masing memperoleh Rp 1.500.000. Bagi juara 1 dan 2 dari masing-masing kelompok, akan diikutkan dalam Festival Dalang Anak dan Remaja Tingkat Nasional di Jakarta, sekitar bulan Juni dan September 2013.

Suwandi

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta