Menunggu Bus (Yang Dirasa) Aman

Menunggu Bus (Yang Dirasa) Aman

Seringkali, kapan membaca berita mengenai kecelakaan bus, menemukan bus jurusan Surabaya yang dikenal cepat, dan bus itulah yang diberitakan tabrakan, terguling dan sebagainya. Pendeknya, bus mengalami kecelakaan. Orang menjadi tahu, bus dengan nama yang sudah ‘dikenal’ dengan tujuan Surabaya acapkali mengalami kecelakaan.

Kamis sore (14/6) lalu, di terminal Giwangan, Yogyakarta, ‘Tembi’ menunggu bus untuk menuju Surabaya. Ada banyak orang yang menunggu juga, dan hendak ke Surabaya, setidaknya kalau dilihat mereka pada duduk di kawasan jurusan Surabaya. Atau juga, ada bus jurusan selain ke Surabaya dan juga kearah timur, tetapi calon penumpang tidak memilihnya. Yang lebih menarik lagi, ada bus jurusan Surabaya, namun para penumpang yang menunggu tidak memilihnya. Beberapa kali bus jurusan Surabaya tersebut telah berganti parkir dan berangkat, tetapi para penuggu bus hanya sedikit, dua sampai lima orang yang baik bus tersebut.

“Bapak hendak pergi kemana?” tanya Tembi

“Ke Surabaya” jawabnya singkat

“Kenapa tidak naik bus yang berulangkali sudah berangkat itu” tanya Tembi lagi.

“Cari bus yang lain” jawabnya tanpa menjelaskan maksudnya.

Menunggu Bus (Yang Dirasa) Aman

Ada banyak calon penumpang yang menunggu bus jurusan Surabaya, tetapi sebagian besar tidak memilih bus yang berulangkali datang dan berangkat dan merupakan bus yang sama. Seorang koreografer tari kontemporer yang hendak berangkat ke Surabaya bersama ‘Tembi’ juga mencari bus lain, yang katanya kursinya dua pasang di atas bus.

Bus yang ditunggu tak juga datang. Bus yang lain, menuju jurusan yang sama, yaitu Surabaya, bergantian masuk dan berangkat, namun kebanyakan calon penumpang tidak memilihnya. Ada bus AC tarif biasa, tak juga dipilihnya. Bus eksekutif jurusan Banyuwangi melewati Surabaya, tak juga diambilnya.

Rupanya, kenikmatan dan keselamatan sangat penting untuk penumpang, Kehati-hatian dan kenyamanan dalam bus, merupakan hal yang diperhitungkan. Bus jurusan Surabaya, kebanyakan komposi kursinya 3 + 2. Artinya satu barus tiga kursi dan satu barus 2 kursi. Yang dicari, agaknya, masing-masing baris 2 kursi.

Sejak pukul 16.00 ‘Tembi’ bersama calon penumpang bus menuju Surabaya menunggu di terminal dan sekutar 17..30 ada bus ‘Eka’ masuk dan semua penumpang langsung menyerbu bus tersebut. Hanya dalam hitungan menit bus segera penuh. Ada dua tiga orang yang tidak ikut berebut masuk, dan ketika masuk di dalam sudah tidak kebagian tempat duduk. Calon penumpang itu turun lagi.

Rupanya, bus yang komposisi kursinya 2 + 2 dan tidak sering diberitakan mengalami kecelakaan, yang ditunggu oleh penumpang jurusan Surabaya. Tampaknya, calon penumpang jurusan Surabaya sudah hafal terhadap bus ini, sehingga ditunggu kehadirannya.

Menunggu Bus (Yang Dirasa) Aman

Penumpang kendaraan umum, apalagi dalam jarak tempuh yang cukup jauh, seperti di Surabaya, membutuhkan rasa nyaman dan aman terhadap bus yang ditumpangi. Hanya dengan membayar Rp 63.000 sekali berangkat menuju ke Surabaya, sudah termasuk makan malam pada saat bus istirahat, penumpang tidak merasa ongkosnya mahal. Setidaknya, ketika kondektur menarik ongkos di atas bus tak ada penumpang yang protes atas ongkos bus.

Penumpang bus jurusan Surabaya, rasanya sudah ‘niteni’ bus dengan nama apa yang memberikan rasa aman dan nyaman. Karena berulangkali naik bus, agaknya penumpang menjadi hafal terhadap nama bus, meskipun kecelakaan bus bukan ‘monopoli salah satu dari nama’ bus. Hanya saja, seringkali mengalami kecelakaan sehingga mengawatirkan bagi penumpang.

Sesungguhnya, sikap kritis dari penumpang, merupakan sikap budaya yang menggembirakan. Karena para penumpang mengerti bus mana yang memberi pelayanan nyaman dan aman untuk penumpang. Sekaligus, hal ini merupakan kritik untuk pengusaha transportasi agar bisa memberikan pelayanan yang nyaman dan aman untuk penumpang.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta