'GEMUK LUCU' DIAS PRABU

'GEMUK LUCU' DIAS PRABUSeringkali melihat karya seni rupa kita tidak bisa menghindari nuansa lucu. Tanpa pretensi. Meski pula, kita bisa ‘membaca’ secara lain dari karya seni rupa seperti itu. Karya-karya Dias Prabu, yang dipamerkan di Tembi Rumah Budaya, Senin (17/10) lalu, seperti dikatakan perupanya sendiri, figur gemuk pada karya lukisnya, sebenarnya hanya untuk menampilkan kelucuan. Bagi Dias Prabu, figur gemuk mengundang kelucuan.

Semua karya Dias Prabu, menampilkan figur gemuk, tetapi tanpa leher, sehingga sosok gemuk menjadi kelihatan pendek. Dias sengaja menggambar sosok tanpa leher, karena kisah masa kecil yang dialami. Karena, menurut nasehat ustadnya, kalau menggambar manusia jangan ada lehernya, karena nanti akan diberi leher di akhirat. Pengalaman masa kecil itu membekas dalam ingatan Dias Prabu, dan dia ekspresikan dalam karya lukisanya yang dipamerkan dengan tajuk ‘So fat so good’.

Kita bisa melihat dari sisi yang lain. Tidak harus menempatkan figur gemuk sebagai sesuatu yang lucu. Mungkin malah bisa dilihat dari sisi sebaliknya dan ditaruh pada konteks sosial, sehingga (ke-)gemuk(-an) ditengah kemiskinan akan mempunyai cerita lain. Orang sudah bisa membayangkan bagaimana satirnya orang gemuk ditengah penderitaan orang lain. Atau juga, dari serba gemuk karya Dias Prabu, kita'GEMUK LUCU' DIAS PRABUteringat akan rekening gendut.

Apa itu ‘So fat so good’ yang dipakai sebagai tema pameran?

“So fat so good sebenarnya jika diartikan ialah ‘semakin gendut semakin bagus’. Tetapi hal yang saya angkat disini tentang judul tersebut ialah ‘figur gendut yang semakin banyak memiliki variasi hidup akan semakin bagus’. Jika diartikan lebih kedalam ialah variasi hidup dalam sosok figur gendut jika ditelusuri (dengan berkarya seni) akan semakin bagus, karena dapat menemukan banyak hal yang tak terduga” kata Dias Prabu.

Tubuh gemuk, barangkali bagi Dias Prabu, sekaligus adalah seorang penidur. Maka dia membuat lukisan figur gemuk dan diberi judul ‘The Sleeper’. Tak ada intensi apapun selain sekedar untuk melucu, dan ‘The Sleeper’ pun upaya Dias Prabu untuk melucu. Berlawanan dengan tubuh gemuk penidur, Dias Prabu juga menampilkan karya, tubuh gemuk penuh energi. Judul lukisannya ‘The Runner’. Jadi, memang aspek lucu yang diambil'GEMUK LUCU' DIAS PRABUDias Prabu, sehingga ada gemuk penidur dan ada gemuk pelari.

Agaknya, melihat karya-karya Dias Prabu tidak perlu dikaitkan dengan persoalan yang lebih besar dan rumit. Karena pada dasarnya, karya-karya Dias Prabu adalah bentuk lain dari humor. Meski terasa karikaturis, tetapi karya-karya yang dipamerkan ini bukan bentuk lain dari karikatur.

Anggap saja, Dias Prabu sedang mengajak banyak orang, terutama penikmat karya seni rupa yang dipamerkan di Tembi Rumah Budaya dengan tajuk ‘So Fat So Good’, untuk santai sejenak. Tersenyum sejanak menghindari segala kerumitan kehidupan. Dias Prabu seperti sedang bersendau gurau melalui'GEMUK LUCU' DIAS PRABUkarya seni rupanya yang ‘gemuk-lucu’.

Yang menarik, tubuh Dias Prabu tidak gemuk. Bahkan bisa dibilang kurus. Tapi dia merasa lucu melihat konstruksi tubuh yang gemuk. Bukan karena Dias Prabu ingin gemuk, tetapi agaknya imajinasi Dias Prabu terhadap tubuh gemuk menghadirkan kelucuan.

Atau mungkin, ketika masih kecil, Dias Prabu sering melihat pelawak gemuk yang lucu. Sehingga setiap dia melihat tubuh gemuk, ingatannya tertuju pada pelawak gemuk yang seringkali ia lihat.

Memang, melihat karya-karya Dias Prabu yang sedang dipamerkan ini, kita akan mudah tersenyum menatapnya. Tidak harus tertawa lepas. Cukup tersenyum memperhatikan berbagai visual tubuh gemuk. Apalagi, setelah melihat tubuh gemuk pada karyanya kemudian memperhatikan tubuh Dias Prabu yang tidak gemuk. Jadi terasa kontras, karena itu menghadirkan kelucuan.

Melalui pameran ‘So Fat So Good” tampaknya Dias Prabu sedang berusaha untuk melucu.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta