Tembi

Berita-budaya»KARYA SASTRA DRAMA SEMAKIN LANGKA

26 Oct 2011 10:21:00

KARYA SASTRA DRAMA SEMAKIN LANGKAKarya sastra drama yang berbentuk buku semakin langka muncul di Yogyakarta, setidaknya 5 tahun terakhir ini. Ketiadaan karya sastra drama bisa disebabkan dua hal, yakni memang tidak ada pengarang yang berminat menulis karya sastra drama atau mungkin juga karena tidak ada penerbit yang mau menerbitkan karya sastra drama. Memang, dari sisi finansial, karya sastra drama yang diterbitkan dalam bentuk buku sulit sekali penjualannya. Apalagi jika karya sastra drama yang akan diterbitkan kurang berkualitas. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Balai Bahasa Yogyakarta, Drs. Tirto Suwondo, M.Hum. dalam sambutannya pada acara Penghargaan Bahasa dan Sastra Indonesia 2011 di hadapan para penerbit, sastrawan, dan tamu undangan lainnya bertempat di Gedung Balai Pamungkas (17/10) malam lalu. Penghargaan Bahasa dan Sastra Indonesia 2011 merupakan bagian rangkaian kegiatan rutin yang digelar Balai Bahasa Yogyakarta kaitannya dengan Bulan Bahasa, yang puncaknya diselenggarakan pada setiap 28 Oktober.

KARYA SASTRA DRAMA SEMAKIN LANGKAPadahal diadakannya acara Penghargaan Bahasa dan Sastra sejak 2007 lalu tersebut bertujuan untuk memberi rangsangan kreatif kepada para sastrawan untuk berkarya. Sementara karya sastra yang banyak diterbitkan oleh penerbit di Yogyakarta dalam bentuk buku, sejak 2007 adalah berupa puisi, novel, dan cerpen. Sementara pengarang-pengarang senior masih mendominasi lomba. Buku-buku yang dinilai adalah dengan pengarang dan penerbit dari Yogyakarta.

Pada tahun 2011 ini penghargaan diberikan kepada buku-buku berkategori bahasa dan sastra. Untuk kategori sastra, ada 27 judul karya sastra yang masuk ke panitia. Dari jumlah tersebut, 12 gugur sebelum penilaian. Sementara 15 lainnya lolos seleksi. Dari penilaian juri, sebuah karya layak menjadi juara, yakni karya sastra berjudul “Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia” kumpulan cerpen karya Agus Noor, penerbit Bentang Pustaka. Sementara 2 karya sastra lainnya hanya menjadi nominasi, yakni: 1) Mata Blater, karya Mahwi Air Tawar, penerbit Matapena (anak grup dari LkiS); 2) Dendam di Bumi Mangir, karya AntoniusKARYA SASTRA DRAMA SEMAKIN LANGKADarmasto, penerbit Narasi (Media Pressindo Group). Dewan juri terdiri dari: Prof. Dr. Suminto A. Sayuti (Guru Besar FBS UNY), Dr. Aprinus Salam, M.Hum. (FIB UGM), dan Drs. Tirto Suwondo, M.Hum. (Balai Bahasa Yogyakarta).

Pada kategori bahasa, tahun 2011 fokus pada buku pendukung/pengayaan bidang IPS tataran SMP. Penilaian meliputi 3 aspek, yakni kesesuaian dengan kurikulum, bahasa/penalaran, dan penyajian. Ada 36 buku yang masuk ke panitia. 20 buku dinyatakan gugur sebelum penilaian. Sementara ada 16 buku yang lolos seleksi. Dari 16 buku IPS SMP, ternyata tidak ada pemenangnya, hanya ada 3 nominasi, yakni: 1) Ensiklopedi Pengetahuan Sosial: Ulasan Gamblang Mengenai Istilah, Konsep, Tokoh, Peristiwa, dan Lembaga dalam Ranah Ilmu Sosial, karya Tarli Nugroho, dkk., penerbit Pustaka Insan Madani; 2) Global Warning (Pemanasan Global), Apa Dampaknya?, karya Bambang Ruwanto, penerbit Kanisius; 3) Panduan Praktis Menghadapi Bencana, karya S. Arie Priambodo, penerbit Kanisius. Dewan juri terdiri dari: Prof. Dr. Zamzani, M.Pd., Drs. Edy Heri Suasana, M.Pd., dan Dra. Sri Nardiati,KARYA SASTRA DRAMA SEMAKIN LANGKAM.Pd.

Acara Penghargaan Bahasa dan Sastra Indonesia 2011 juga dimeriahkan dengan penampilan Sanggar Sastra Indonesia Yogyakarta yang mempersembahkan Dramatisasi Puisi berjudul “Pada Suatu Malam” karya Sapardi Joko Damono dan Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta yang mempersembahkan Teatrikalisasi Cerkak berjudul “Wis Kebacut Mlebu”. Acara lain adalah Talkshow yang membahas perkembangan bahasa dan sastra. Sementara sambutan lain disampikan oleh ketua IKAPI Yogyakarta.

Hadir dalam acara malam penghargaan lebih dari 150 undangan, antara lain para sastrawan, budayawan, birokrat, pengarang, penerbit, dan media massa.

Suwandi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta