Para Remaja Itu Tidak Membuat Manga, Tapi Melukis Wayang
Melalui belajar melukis wayang ini, para remaja itu tak hanya mendapatkan ketrampilan, tapi juga pengetahuan tentang tradisi, dan sifat-sifat manusia. Dari gambar wayang yang mereka coba jiplak, mereka juga mendapatkan pengetahuan tentang sifat ksatria, kejujuran, bela rasa, juga ketamakan.
Herjaka HS (berdiri) menularkan ilmu melukis wayang
Wajah remaja lelaki itu begitu serius mengamati gambar tokoh wayang Arjuna yang tergeletak di depannya. Sementara, di jemari tangan kanan bocah itu terselip pensil. Di pangkuannya ada selembar kanvas yang masih putih bersih. Dia tengah mencoba dengan keras untuk menciplak gambar Arjuna itu.
Di samping bocah itu, ada temannya yang sudah lebih dulu mencoretkan pensilnya di kanvas, mencoba untuk mewujudkan sosok Bima. Sudah berulang kali dia menghapus coretan yang dia buat. Ada rasa tidak puas dengan coretan sebelumnya. Ia berusaha untuk sebaik mungkin memindahkan gambar Bima di kanvasnya sendiri.
Para remaja lelaki tersebut, dari sekolah SMA Yohanes de Britto Yogyakarta, tengah menggambar wayang. Mereka tidak belajar membuat manga (komik khas Jepang), yang sedang ngetren di kalangan usia mereka. Para remaja itu justru tengah mencoba untuk membuat karya yang bagi mereka amat jauh dari keseharian hidup mereka.
Begitulah gambaran selintas suasana ketika para remaja tersebut belajar sesuatu yang tidak mereka dapatkan di dalam ruang kelas. Mereka mendapatkannya di pendapa Tembi Rumah Budaya, Bantul, akhir Januari lalu. Tidak harus ilmu baru itu mereka timba dengan duduk di bangku. Bersila di lantai bisa, sambil telungkup pun boleh.
Di lain hari, awal Februari lalu, giliran anak-anak usia SD sampai SMP melakukan kegiatan yang sama, di tempat yang sama. Mereka tergabung dalam Pusat Pengembangan Anak (PPA) GKI Ngampilan Yogyakarta. Mereka anak-anak dari keluarga tidak mampu, yang dibimbing PPA untuk diberi pengembangan diri sesuai dengan bakat dan minatnya.
Mereka tak hanya belajar membuat gambar tokoh wayang,
tapi juga belajar memvisualkan karakter
Mereka belajar melukis wayang dengan bimbingan dari Herjaka HS, staf Tembi Rumah Budaya, yang juga sudah dikenal sebagai pelukis wayang. Untuk peralatan melukis sudah disediakan Tembi. Herjaka tak hanya mengenalkan teknik dasar melukis wayang, tapi juga mengenalkan karakter atau kekhasan dari setiap tokoh wayang yang hendak dilukis. Pengenalan akan karakter tersebut menjadi amat penting, karena akan sangat membantu anak-anak itu dalam memvisualkan tokoh yang digambarnya.
Melalui belajar melukis wayang ini, para remaja itu tak hanya mendapatkan ketrampilan, tapi juga pengetahuan tentang tradisi, dan sifat-sifat manusia. Dari gambar wayang yang mereka coba jiplak, mereka juga mendapatkan pengetahuan tentang sifat ksatria, kejujuran, bela rasa, juga ketamakan.
Kegiatan para remaja, dan anak-anak tersebut bisa terwujud berkat arahan dari para pendamping atau guru mereka, yang tentu saja patut mendapat apresiasi tinggi. Para pendamping itu telah mengenalkan kepada para peserta didik tentang “ilmu” di luar buku teks wajib kurikulum: ilmu tentang penghargaan pada tradisi, dan kemanusiaan. Betapa pun kecil atau sebentar pengenalan para remaja itu pada pelajaran melukis wayang, namun para pendamping itu telah melakukan langkah yang tepat.
Suwandi
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Gandengan Tangan Tembi dan ISI, Jadilah Konser Musik Jawa(05/02)
- Karya-Karya Baru Karawitan Yang Selalu Dinanti(02/02)
- Mengupas Identitas Tionghoa di Indonesia(31/01)
- Empat Penyair Empat Angkatan di Bawah Remang Purnama(30/01)
- Pegelaran Ritual Wayang Wahyu Sekar Delima Sinarang(28/01)
- Saat Gamelan Sekaten Ditabuh(26/01)
- Grebeg Mulud, Tanda Rasa Syukur(23/01)
- Panggil Aku Fang Yin(22/01)
- Pesta Kuda Lumping, Semoga Penyelenggara Negara Tidak Njatil(21/01)
- Pameran Seni Rupa Menandai Pensiun Sebagai Birokrat(18/01)