Tembi

Berita-budaya»DARI TITIK NOL KILOMETER, SAUNINE PAMIT NGAMEN

15 Sep 2011 07:17:00

DARI TITIK NOL KILOMETER, SA'UNINE PAMIT NGAMENUntuk kali kedua. Sa’unine String Orchestra bersama Tembi Rumah Budaya menghadirkan album CD yang diberi tajuk ‘Buaian Sepanjang masa’. Dalam album ini terdapat 12 lagu, yang semuanya merupakan lagu ‘asli’ dari Indonesia, dan sudah dikenal secara luas, namun sering ‘dilupakan’. Beberapa judul lagu diantaranya ‘Tak Lelo Ledhung’, ‘Kanaya’, ‘Nina Bobo’, ‘Timang Si Buyung’, ‘Tidurlah Intan’ dan sejumlah lagu lain. Pada album sebelumnya diberi tajuk ‘Masa Lalu Selalu Aktual’ dengan menghadirkan 11 lagu, diantaranya berjudul ‘Padang Bulan’, ‘Ilir-ilir’, ‘Dibawah Sinar Bulan Purnama’ dan lainnya.

Untuk launching album kedua, Sa’unine akan melakukan ngamen di beberapa kota di Indonesia. Pamit ngamen dilakukan di Yogyakarta, Selasa (13/9) dengan pentas ditiga titik di Yogyakarta. Titik pertama mengambil titik nol kilometer, yakni perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Titik kedua, di lapangan parkir Abubakar Ali, Malioboro dan titik ketiga di Bunderan Kampus UGM. Di tiga titik ini, paling lama di titik BunderanDARI TITIK NOL KILOMETER, SA'UNINE PAMIT NGAMENkampus UGM, Sa’unine menyanyikan sejumlah lagu untuk publik secara terbuka.

Pada pertunjukan pamit ngamen ini, yang dilakukan di ruang-ruang terbuka, bahkan di tengah jalan seperti dititik nol kilometer, suara musik gesek dari Sa’unine berpadu dengan suara kendaraan bermotor yang lewat di titik nol. Suara musik yang mengalun berdasarkan not balok berpadu dengan deru kendaraan yang tidak seirama.

Orang-orang yang naik kendaraan, sepeda motor atau mobil, pada setiap titik memperhatikan ‘pertunjukan’ Sa’unine di ruang terbuka. Mereka didalam mobil sambil melihat permainan Sa’unine, yang mungkin dianggap aneh. Tidak jarang, pengendara sepeda motor menghentikan kendaraannya untuk melihat ‘pertunjukan Sa’unine.

Karena pertunjDARI TITIK NOL KILOMETER, SA'UNINE PAMIT NGAMENukan dilakukan ditengah atau ditepi jalan, pastilah lalu lintas agak terganggu, namun tidak membuat lalu lintas menjadi macet. Para pengendara memperlambat kendaraan yang dikendarai karena sekaligus melihat penampilan Sa’unine.

Upaya melakukan pamit dengan ‘pentas’ di ruang-ruang terbuka, atau ditengah jalan, seperti memberikan nuansa kultural pada Sa’unine, bahwa group ini ‘bertenu’ langsung pada masyarakat. Dari tiga titik yang dipakai untuk pentas, langkah berikutnya Sa’unine ngamen disejumlah kota. Tentu saja, ruangnya tidak di jalan raya, tetapi selain di ruang tertutup, pentas keliling ngamen Sa’nine masuk kampus-kampus.

Rabu pagi (14/9), rombongan Sa’unine dengan dua bus dari Yogya bertolak ke Jakarta. Ngamen pertama dilakukan Kamis (15/9) di Bentara Budaya Jakarta. Dari Jakarta ngamen dilanjutkan di Bandung (16/9), kemudian Semarang (17-18/9). Di Semarang ngamen akan dilakukan di dua tempat, yakni di Universitas Soegijapranata dan di Lawang Sewu. Dari Semarang diteruskaDARI TITIK NOL KILOMETER, SA'UNINE PAMIT NGAMENn ke Salatiga (18/9), dam kemudian ke Solo (19-20/9). Dari Solo perjalanan ngamen diteruskan ke timur, yaitu ke Malang (21-22/9) dan Surabaya 23-24/9).

Pada pentas pamit ngamen di UGM, Sa’unine mengambil di dua lokasi yang berdekatan. Pada pentas pertama dilakukan di depan tulisan ‘Kampus UGM’ yang ditutupi spanduk bertulisakan ‘Selamat datang Cendekiawan Muda Di Kampus UGM’. Pentas disini diambil karena di bunderan UGM masih panas, sehingga untuk menunggusedikit teduh masih agak lama, maka ‘diputuskan’ pentas di depan pintu masuk kampus UGM. Setelah cuaca agak teduh dan matahari sudah milai ke barat, pentas pamit ngamen dilanjutkan di bunderan UGM.

Produser Sa’unine dan direktur Tembi Rumah Budaya, N.Nuranto, pada kesempatan Jumpa pers sebelum pentas pamit ngamen mengatakan:

“Tembang masa lalu yang merupakan kekayaan budaya Indonesia kami sajikan untuk mengingatkan bahwa apa yang pernah kita miliki dan alami tetap pnya kaitan dengan masa sekarang. Mereka tetap aktual’.

Di tiga titik di Yogyakarta, diawali dari titik nol kilometer, Sa’unine pamit ngamen di beberapa kota di Indonesia.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta