Tumpahan Cat
Arin Dwihartanto

Lukisan yang terlihat seperti menumahkan cat dengan berbagai warna dalam medium resin ini terlihat indah dan memiliki nilai estetika tinggi ketika sudah selesai dan dipamerkan di SIGIarts Gallery, Jakarta pada pembukaan pameran Arin Dwihartanto, 7 April kemarin. Penggunaan unsur resin untuk membuat sebuah karya lukis memang masih jarang digunakan, Arin sendiri memutuskan menggunakan medium resin pada pertengahan 2008 lalu. Arin mengatakan tidak pernah terpikir sebelumnya menggunakan medium resin sebagai bahan utama seperti karyanya kali ini, beberapa waktu ia hanya menggunakan resin sebagai pelapis permukaan kanvas agar mendapatkan permukaan yang halus sehingga memberikan efek tertentu ketika melukis dengan cat minyak diatasnya.

Karya-karya lukisnya yang bertajuk Cyan/Magenta/Yelow/Black# 1 dan 2 memperlihatkan cipratan cat berbagai warna sesuai dengan judulnya, dan hasilnya sangat indah. Dalam membuat karya, pria asal Bandung ini mengeksplorasi karater material resin yang bersifat fluid, bereksperimen dengan dua atau lebih warna-warna dan memainkan beragam derajat fluiditas yang berbeda untuk menyampaikan maksudnya. Menurut Hendro Wiyanto, kurator dari karya-karya Arin, si pelukis menggunakan khayal, bahkan majas mengenai bagaimana karyanya ingin menggugah kita. Hendro menambahkan saat membuat karya-karyanya di studio milik Arin, kawasan Cigadung, Bandung terlihat Arin bekerja intensif diselapis kaca tebal, perlakuannya terhadap jenis permukaan ini jelas tak sama dengan kelenturan bidang kanvas. Ia menghela alat, menyogok, menggunakan papan luncur seperti pembersih lantai atau pengelap kaca di gedung-gedung tinggi.

Hendro mengatakan, Arin seperti seorang seniman lapar yang tak akan pernah menelan mentah-mentah apa yang diolahnya sendiri., yang merundingkan diri dengan merumitkan, berjungkir balik untuk menunjukkan praktik atau modus yang berbeda. Pokoknya kalau bisa bikin yang lain seperti misalnya bersepeda keliling kanvas (Polock), menyeret-nyeret tubuh perempuan bergelimang cat (Yves Klein), bergelantungan dari langit-langit (Matthew Barney), katanya. Seperti inilah cara kerja dan hasil karya Arin, kita akan memahaminya sebagai seniman yang mempersoalkan secara kritis metode atau cara kerjanya sendiri, yang pernah memantulkan tradisi disekitarnya sendiri juga. Ia melompat pagar bahkan menentangnya, dan seniman kita semua setuju seniman seperti Arin tak banyak jumlahnya, tambah Hendro.

Titin