Penguburan Jenazah di Yogya Masa Lalu

15 Aug 2015

Keterangan foto ini menyebutkan bahwa perarakan tersebut dilakukan secara sederhana dan tidak melibatkan begitu banyak orang. Semua orang yang melakukan perarakan jenazah mengenakan pakaian “formal” khas Jawa, yakni baju surjan dan kain panjang serta memakai penutup kepala berupa iket (blangkon).

Tampaknya apa pun yang terjadi atau terdapat di Tanah Jawa dan Nusantara pada umumnya pada masa lalu telah menarik minat bangsa-bangsa lain, terutama Barat. Bukan hanya soal rempah-rempah dan kekayaan alamnya yang membuat mereka sering menyatakan bahwa Nusantara adalah semacam surga, tapi juga kekayaan kebudayaannya. Foto ini menampilkan hasil jepretan tentang peristiwa perarakan jenazah yang akan dikuburkan di pemakaman. Kemungkinan foto ini dibuat pada sekitar tahun 1914-1918.

Keterangan foto ini menyebutkan bahwa perarakan tersebut dilakukan secara sederhana dan tidak melibatkan begitu banyak orang. Semua orang yang melakukan perarakan jenazah mengenakan pakaian “formal” khas Jawa, yakni baju surjan dan kain panjang serta memakai penutup kepala berupa iket (blangkon).

Keranda yang ditutup kain putih juga menarik perhatian sang fotografer yang mungkin di negaranya sana memang tidak ada yang demikian. Warna putih sebagai tanda perkabungan (kesucian) dalam perarakan jenazah ini juga ditangkap oleh sang fotografer sebagai warna yang menjadi simbol dari hal tersebut. Latar belakang rumah yang dilewati merupakan toko karet (entah maksudnya ban atau karet yang lain) yang saat itu terbilang modern. Simbol kemodernan lainnya adalah tiang listrik yang tampak di bagian depan (kanan) dari foto ini.

Dengan melihat foto ini dapat diterka bahwa apa yang tidak pernah menjadi pengalaman dari sang fotografer akan menjadikan sang fotografer tertarik untuk mengabadikan dalam kameranya. Peristiwa penguburan jenazah dengan segala pernak-perniknya di Jawa mungkin merupakan sesuatu yang biasa saja bagi orang Jawa namun hal ini menjadi berbeda di mata orang Barat.

Jika dicermati prosesi penguburan jenazah di Yogya (Jawa) masa lalu hingga saat ini nyaris tidak ada perubahan yang berarti. Kerukub atau tutup keranda umumnya memang menggunakan kain berwarna putih atau hijau yang kemudian dihiasi dengan rangkaian bunga. Perbedaannya mungkin terletak pada mode pakaian yang dikenakan para pelaku penguburan. Jika dulu umumnya mereka mengenakan kain jarit dan surjan serta iket, pada saat sekarang hal itu sepertinya tidak dilakukan lagi. Celana panjang dan hem minus iket dan blangkon telah menjadi kelaziman.

Sumber: Graaf, H.J., 1970, De Javaansche Vorstenlanden in Oude Ansichten, Zaltbommel: Europese Bibliotheek

EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 15-08-15

    Ki Catur Benyek Meng

    Di dalam dunia pewayangan, tercatat ada 4 perang besar yang melibatkan negara-negara besar serta memakan banyak korban. Yang pertama adalah perang... more »
  • 15-08-15

    Magenta Orkestra Tri

    Rangkaian pembukaan Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, menyuguhkan berbagai hiburan, salah satunya konser Magenta... more »
  • 15-08-15

    Hari Baik dan Hari B

    Orang yang lahir pada Sabtu Pon, usia 0 s/d 12 tahun, adalah ‘PA’ Pandhita, baik. Usia 12 s/d 24 tahun, adalah ‘HA’ Hajar, tidak baik. Usia 24 s/d 36... more »
  • 15-08-15

    Penguburan Jenazah d

    Keterangan foto ini menyebutkan bahwa perarakan tersebut dilakukan secara sederhana dan tidak melibatkan begitu banyak orang. Semua orang yang... more »
  • 14-08-15

    Pemanasan Festival G

    Geneng Street Art Project (GSAP) adalah perhelatan seni rupa yang pantas disimak. Kegiatan ini dimotori mahasiswa dan alumni jurusan seni rupa... more »
  • 14-08-15

    Pameran Foto ‘Alkisa

    Menghidupkan kembali cerita rakyat Indonesia melalui seni fotografi, menjadi tujuan awal pembuatan karya foto ‘Alkisah’ oleh fotografer yang dikenal... more »
  • 13-08-15

    Mengupas Perjalanan

    Dalam membicarakan dramatari, buku ini dibagi menjadi empat bab. Pertama, dramatari bertopeng yang berkembang di Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur,... more »
  • 13-08-15

    Rafi dan Ria Girang

    Setidaknya ada 26 siswa-siswi yang merasa senang, karena menjadi juara dan nominator lomba macapat yang diselenggarakan oleh BPNB Yogyakarta tahun... more »
  • 12-08-15

    Gerakan Swadesi Luri

    Pada majalah itu dijelaskan bahwa gerakan itu semata-mata dilakukan oleh bangsa pribumi (khususnya orang Mataram: Yogyakarta dan Surakarta) untuk... more »
  • 12-08-15

    Indische Koffie Bert

    Suasana kafe bertabur puisi, baik yang dibacakan, dilagukan maupun ditembangkan. Ada pembaca puisi yang mengenakan pakaian Jawa, membacakan puisi... more »