Tiga Nama Jalan Diubah, tapi Nama Jalan Malioboro Tetap Dipertahankan

Author:editorTembi / Date:11-03-2014 / Tag: yogyakarta, travel, nama jalan, national geographic /

Yogyamu

Tiga Nama Jalan Diubah, tapi Nama Jalan Malioboro Tetap Dipertahankan

Jalan Malioboro tetap dipertahankan karena nama jalan ini sudah sesuai dengan konsepsi nama jalan lama ketika poros jalan itu dibangun pada awal berdirinya Keraton Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat.

Jl. Margautama atau Jl. P. Mangkubumi, ruas jalan dari Stasiun Tugu-Tugu Jogja, difoto: Kamis, 27 Februari 2014, foto: a.sartono
Jl Margautama menggantikan Jl P Mangkubumi

Nama ruas-ruas jalan dari Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta sampai Tugu Jogja diubah. Nama jalan baru itu adalah Jl Pangurakan, Jl Marga Mulya, dan Jl Margautama. Ketiga nama jalan baru tersebut menggantikan nama jalan sebelumnya. Jl Pangurakan menggantikan nama Jl Trikora, Jl Marga Mulya menggantikan nama Jl A Yani, dan Jl Margautama menggantikan nama Jl P Mangkubumi.

Jalan Malioboro tetap dipertahankan karena nama jalan ini sudah sesuai dengan konsepsi nama jalan lama ketika poros jalan itu dibangun pada awal berdirinya Keraton Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat.

Jl. Margautama dilihat dari Tugu Jogja, difoto: Kamis, 27 Februari 2014, foto: a.sartono
Jl Margautama dilihat dari Tugu Jogja

Sebenarnya poros jalan dari Jl Pangurakan hingga Jl Margautama (dari selatan ke utara) merupakan bagian utama dari sumbu atau poros imajiner yang menghubungkan Laut Selatan-Panggung Krapyak-Keraton-Tugu-Gunung Merapi. Poros ini bila dikupas lebih jauh berisikan filosofi tentang “sangkan paraning dumadi” (sebab akibat dari ketiadaan, ada, dan kembali tidak ada atau kembali ke Sang Khalik).

Jalan Pangurakan yang terdapat di sisi utara Alun-alun Utara (depan Kantor Pos Besar) dinamakan demikian karena berasal dari kata “urak” yang berarti surat perintah atau surat tugas menjalankan giliran jaga/caos/tungguk/piket. Surat tersebut biasanya ditempatkan pada sebuah bumbung (bambu) kecil yang diterimakan kepada orang yang mendapatkan giliran caos/piket. Jalan ini dinamakan Pangurakan karena dulu di dekat Kantor Pos Besar terdapat Bangunan Paseban (rumah jaga) guna menerimakan urak tersebut. Oleh karena itulah jalan ini dinamakan Jl Pangurakan.

Jl. Marga Mulya atau Jl. A. Yani (selatan Malioboro), difoto: Kamis, 27 Februari 2014, foto: a.sartono
Jl Marga Mulya menggantikan Jl A Yani (selatan Malioboro)

Sementara Jl Marga Mulya di sisi utara Jl Pangurakan dimaksudkan sebagai jalan menuju kemuliaan. Untuk itu orang harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan karena kehidupan itu penuh godaan, iming-iming yang menggelorakan nafsu kedagingan. Hal ini dilambangkan deretan toko dan pasar Beringharjo yang berisi aneka macam benda, makanan, dan lain-lain yang menggoda nafsu kedagingan.

Jalan Malioboro sendiri diartikan sebagai maliya saka bara (mulia dari pengembaraan), tetapi sering juga dimaknai berubahlah dari sebuah pengembaraan/perjalanan. Versi lain dimaknai sebagai nganggoa oboring para wali (pakaialah obor/terangnya para wali). Ada juga yang mengartikannya sebagai malika bara (berbaliklah segera). Versi lain lagi menyatakan bahwa nama Malioboro berasal dari bahasa Sansekerta, malyabhara yang berarti karangan bunga. Secara lebih luas malyabhara dapat dimaknai sebagai seruas rajamarga (jalan untuk sang raja) yang semarak berhiaskan untaian bunga-bunga.

Jalan Margautama yang membentang dari Stasiun Tugu hingga Tugu Jogja dimaknai sebagai jalan menuju atau pada keutamaan. Jadi, keseluruhan jalan tersebut memiliki makna filosofi yang mendalam berkaitan erat dengan berdirinya Keraton Yogyakarta. Makna filosofi itulah yang dimaksudkan supaya menjadi semacam ajaran atau pegangan bagi orang yang melintasinya untuk selalu mengedepankan sikap-sikap hidup mulia, utama, damai-tenteram dan indah hingga dapat menjadi jalan atau sarana untuk menuju kesempurnaan kepada Sang Khalik kelak.

Penggantian nama tiga jalan itu telah diresmikan Sri Sultan Hamengku Buwana X pada hari Jumat, tanggal 20 Desember 2013.

Jl. Pangurakan atau Jl. Trikora, ruas jalan mulai utara Alun-alun Utara hingga Titik Nol, difoto: Kamis, 27 Februari 2014, foto: a.sartono
Jl. Pangurakan atau Jl. Trikora, ruas jalan mulai
utara Alun-alun Utara hingga Titik Nol

Secara ketatabahasaan, penulisan nama jalan Margoutomo atau margo utomo sebenarnya tidak tepat. Namun penulisan itu sudah dianggap sebagai keumuman (kaprah) sehingga dianggap benar.

Penulisan margatama atau marga utama pun dituliskan Margoutomo. Demikian pun Margomulyo yang mestinya adalah Margamulya. Sebab jika dikembalikan kepada asal atau akar katanya, istilah utomo dalam bahasa Jawa tidak dapat diketahui maknanya, kecuali utama (yang dilafalkan utomo). Demikian pun dengan mulyo yang seharusnya dituliskan mulya. Malioboro pun jika dikembalikan kepada maknanya mestinya dituliskan Maliabara atau Malyabhara yang juga dibaca atau dilafalkan malioboro atau malyoboro.

Penulisan rangkap nama jalan pada papan di ketiga jalan tersebut, sebagaimana tertera pada foto, dimaksudkan agar penggantian nama jalan itu bisa berjalan evolutif. Untuk membiasakan masyarakat mengenal nama baru jalan yang menggantikan nama lama yang telah akrab di memori masyarakat.

Ke Yogya yuk ..!

Naskah & foto:A. Sartono
sumber:Suwarno, dkk., 1989/1990, Mengenal Bangunan Bersejarah dan Nama-nama Jalan di Kotamadya Yogyakarta, Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional. nationalgeographic.co.id

Yogyakarta Yogyamu

Latest News

  • 14-06-14

    Hari Keberuntungan O

    Orang Wuku Julungpujud mempunyai tekad yang tinggi dalam meraih cita-cita, sehingga ia tidak suka ada orang lain yang melebihi dirinya. Ia juga... more »
  • 14-06-14

    Konser Rock And Roll

    Menandai perjalanan mereka 13 tahun bermusik, duo rock and roll ‘The Experience Brothers’ menggelar konser intim bertajuk ‘Our Deepest Growl’.... more »
  • 14-06-14

    Kedung Pengilon, Oby

    Menurut sumber setempat dulu bila dilihat dari atas permukaan airnya berkilauan saat kena terpaan sinar matahari. Kilau cahaya dari permukaan air... more »
  • 13-06-14

    Kapi Menda, Kisah Pi

    Kutukan air telaga masih memakan korban. Kedua cantrik yang tidak berdosa, Menda dan Jembawan, yang ingin melerai perkelahian Guwarsa Guwarsi tidak... more »
  • 13-06-14

    Wader Goreng Kali Oy

    Gurih-pedas brongkos, kenyal daging sapi, krispi wader goreng, dan tekstur kacang tholo yang lumer digigit dan nyaris seperti kacang merah itu... more »
  • 13-06-14

    Highfield Secondary

    Dalam perjalanannya toh akhirnya mereka menikmati juga petualangan naik bajak yang ditarik kerbau itu. Apalagi salah satu guru mereka, Miss Cindy,... more »
  • 12-06-14

    Festival Musik Tembi

    Musik Indonesia itu tidak ada, yang ada di Indonesia itu musik Jawa, musik Batak, musik Bali dan lainnya. Festival Musik Tembi merupakan jalan menuju... more »
  • 12-06-14

    Pekan Rakyat Jakarta

    Berbeda dengan Pekan Raya Jakarta di Kemayoran yang sifatnya lebih ke skala Internasional dan menembak kalangan menengah ke atas, PRJ kali ini... more »
  • 12-06-14

    Sebilah Keris Tanggu

    Daerah Pengging termasuk salah satu wilayah yang terkenal dan bahkan dalam Ensiklopedi Keris tahun 2004 karangan Bambang Harsrinuksmo (halaman 365)... more »
  • 11-06-14

    Guru-guru SD BIAS Kl

    Setelah anak-anak SD BIAS (Bina Anak Sholeh) Klaten melakukan kegiatan wisata budaya di Tembi, giliran guru-gurunya mengikuti kegiatan yang sama pada... more »