Festival Musik Tembi 2014: Musik Indonesia Tidak Ada

Author:editorTembi / Date:12-06-2014 / Musik Indonesia itu tidak ada, yang ada di Indonesia itu musik Jawa, musik Batak, musik Bali dan lainnya. Festival Musik Tembi merupakan jalan menuju musik Nusantara yang tidak terbatas oleh batas-batas administrasi.

Diskusi Festival Musik Tembi 2014, Musik Indonesia Tidak Ada
Para pembicara diskusi dari Kiri Joko S Gombloh, Aji Wartono, Rizaldi Siagian

Kalimat ‘Musik Indonesia itu tidak ada’ meluncurkan dari mulut etnomusikolog yang alumnus San Diego State University, Rizaldi Siagian. “Yang ada itu musik Jawa, musik Sunda, dan lainnya, secara geografis dan letak memang sangat beragam, bayangkan saja ada 2.500 komunitas adat di seluruh Indonesia yang masing-masing memiliki musik sendiri-sendiri,” paparnya saat diskusi di Festival Musik  Tembi 2014, Mei lalu.

Ingatannya mengenai apa itu musik Indonesia muncul kembali saat ia diundang Kompas dalam rangka membuat pertunjukan untuk HUT Kompas yang ke-40. Waktu itu, Jakob Oetama meminta Rizaldi untuk memainkan musik Indonesia, yang menurut pendiri Kompas Gramedia itu adalah lagu-lagu seperti ‘Juwita Malam’, atau ‘Haryati’. “lalu saya bilang, maaf Pak, menurut saya itu bukan musik Indonesia, lagu-lagu tersebut musik barat yang banyak mempengaruhi penciptaan karya musisi Indonesia kala itu,” tutur Rizaldi menirukan ucapannya kala itu.

Diskusi Festival Musik Tembi 2014, Musik Indonesia Tidak Ada
Suasana diskusi yang diramaikan oleh penikmat dan pelaku musik

Kemudian akhir dari perbincangan itu adalah konser musik bertajuk Megalitikum Kuantum, sebuah konser yang merefleksikan perjalanan seni musik Nusantara dari zaman batu (megalitikum) ke zaman modern (kuantum). Musik tradisi dari mulai Nias, Kalimantan, Jawa Tengah hingga Bali dikombinasikan juga dengan musik modern.

Keberhasilan Megalitikum Kuantum pun menjadi pembicaraan, bagaimana musik tradisi mengalami percampuran atau saling mengadaptasi dan mempengaruhi, sehingga menghasilkan karya baru yang baik. Fenomena ini dalam etnomusikologi disebut sinkretisme atau hibridasi. Hal ini juga yang terjadi di Festival Musik  Tembi, bagaimana para musisi dalam proses membuat karya, mencampur, mengadopsi bunyi-bunyian lokal, tradisional sehingga tercipta bentuk-bentuk musik baru.

Sementara itu, Aji Wartono dari Warta Jazz yang turut hadir dalam diskusi mengatakan diantara banyaknya kekayaan musik tradisi ada baiknya kita tahu lebih dalam musik atau alat musik yang ingin dimainkan, kalau bisa dipahami filosofinya. “Dari apa yang kita ketahui itu, baru dikembangkan atau diperbaharui. Saya kira festival ini merupakah wadah untuk saling belajar dan saling mencari untuk menuju ‘musik Indonesia’, “ katanya.

Joko Gombloh dari Sono Seni Ensemble menambahkan, tradisi akan selalu dinamis dan multitafsir, kita terus mengisi tradisi dengan makna-makna yang baru. “Festival Musik  Tembi ini merupakan jalan menuju musik Nusantara yang tidak terbatas oleh batas-batas administrasi. Justru kreator organik yang berada di luar institusi pendidikan seni lebih merdeka dalam berkarya dan berpotensi membuat karya baru yang segar,” paparnya.

Diskusi Festival Musik Tembi 2014, Musik Indonesia Tidak Ada
Poster Festival Musik Tembi 2014

“Musik itu rasanya, bukan alatnya, nama itu bukan persoalan yang penting itu proses penciptaan untuk kemudian memunculkan sublimasi entah apa namanya, yang paling pokok adalah melakukan suatu proses dengan modal musik Nusantara,” kata Rizaldi.

Naskah dan foto: Natalia S.

Bale Karya Pertunjukan Seni

Latest News

  • 14-06-14

    Hari Keberuntungan O

    Orang Wuku Julungpujud mempunyai tekad yang tinggi dalam meraih cita-cita, sehingga ia tidak suka ada orang lain yang melebihi dirinya. Ia juga... more »
  • 14-06-14

    Konser Rock And Roll

    Menandai perjalanan mereka 13 tahun bermusik, duo rock and roll ‘The Experience Brothers’ menggelar konser intim bertajuk ‘Our Deepest Growl’.... more »
  • 14-06-14

    Kedung Pengilon, Oby

    Menurut sumber setempat dulu bila dilihat dari atas permukaan airnya berkilauan saat kena terpaan sinar matahari. Kilau cahaya dari permukaan air... more »
  • 13-06-14

    Kapi Menda, Kisah Pi

    Kutukan air telaga masih memakan korban. Kedua cantrik yang tidak berdosa, Menda dan Jembawan, yang ingin melerai perkelahian Guwarsa Guwarsi tidak... more »
  • 13-06-14

    Wader Goreng Kali Oy

    Gurih-pedas brongkos, kenyal daging sapi, krispi wader goreng, dan tekstur kacang tholo yang lumer digigit dan nyaris seperti kacang merah itu... more »
  • 13-06-14

    Highfield Secondary

    Dalam perjalanannya toh akhirnya mereka menikmati juga petualangan naik bajak yang ditarik kerbau itu. Apalagi salah satu guru mereka, Miss Cindy,... more »
  • 12-06-14

    Festival Musik Tembi

    Musik Indonesia itu tidak ada, yang ada di Indonesia itu musik Jawa, musik Batak, musik Bali dan lainnya. Festival Musik Tembi merupakan jalan menuju... more »
  • 12-06-14

    Pekan Rakyat Jakarta

    Berbeda dengan Pekan Raya Jakarta di Kemayoran yang sifatnya lebih ke skala Internasional dan menembak kalangan menengah ke atas, PRJ kali ini... more »
  • 12-06-14

    Sebilah Keris Tanggu

    Daerah Pengging termasuk salah satu wilayah yang terkenal dan bahkan dalam Ensiklopedi Keris tahun 2004 karangan Bambang Harsrinuksmo (halaman 365)... more »
  • 11-06-14

    Guru-guru SD BIAS Kl

    Setelah anak-anak SD BIAS (Bina Anak Sholeh) Klaten melakukan kegiatan wisata budaya di Tembi, giliran guru-gurunya mengikuti kegiatan yang sama pada... more »