Kapi Menda, Kisah Pilu Orang Tak Berdosa

Author:editorTembi / Date:13-06-2014 / Kutukan air telaga masih memakan korban. Kedua cantrik yang tidak berdosa, Menda dan Jembawan, yang ingin melerai perkelahian Guwarsa Guwarsi tidak luput dari kutukan itu. Keduanya berubah wujud. Jembawan berubah menjadi kera, dan Menda berubah menjadi kera berkepala kambing dan disebut Kapi Menda

Kapi Menda dalam bentuk wayang kulit, buatan Kaligesing Purworejo, koleks Museum Tembi Rumah Budaya foto: Sartono

Di suatu padepokan dan pertapaan yang bernama Grastina, hiduplah seorang resi sakti berilmu sangat tinggi, namanya Resi Gotama. Ia beristrikan Dewi Indradi (Windradi). Dari pasangan mereka lahirlah anak laki-laki kembar yaitu Guwarsa dan Guwarsi, dan disusul adik perempuan, Anjani. Di lingkungan keluarga petapa itulah Guwarsa, Guwarsi dan Anjani tumbuh menjadi dewasa.

Walaupun kembar, Guwarsa dan Guwarsi mempunyai watak yang bertolak belakang. Guwarsa yang lebih tua mempunyai watak tenang, teguh, berwibawa dan perasaannya dalam. Sedangkan Guwarsi lebih ‘rucah’ tidak bisa tenang, ‘brasak’ bicaranya kasar dan keras, ‘grusah-grusuh’ alias bertindak tanpa perhitungan.

Oleh karena tingkahnya yang demikian ini, Guwarsi kerap jatuh dalam kesalahan. Kesalahan fatal dan memalukan yang dialami Guwarsi adalah ketika ia menghamili Endang Suwarsih, salah satu pelayan Dewi Indradi, ibunya. Dari hasil hubungan mereka lahirlah bayi laki-laki yang diberi nama Menda. Sejak kecil ia diberi status cantrik padepokan, dan bersama dengan Jembawan serta cantrik-cantrik yang lain, Menda berguru kepada Resi Gotama.

Kejadian yang memerosotkan keluhuran petapaan Grastina dan mencoreng nama Resi Gotama pun terulang kembali. Jika sebelumnya disebabkan oleh kenakalan Guwarsi, kali ini disebabkan oleh ‘kenakalan’ istrinya yang selingkuh dengan Dewa Surya. Kemarahan Gotama pun tak terbendung. Ia mengutuk Dewi Indradi menjadi tugu dan membuang tugu itu jauh-jauh. Selain itu Resi Gotama juga membuang Cupu Manik Astagina, benda pemberian Batara Surya yang menjadi rebutan anak-anaknya.

Dengan dibuangnya cupu tersebut, Resi Gotama berharap agar ketiga anaknya tidak saling berebut lagi. Namun harapan Sang Resi tinggal harapan. Sesaat setelah Cupu Manik Astagina dibuang, ketiga anaknya berlari meninggalkan pertapaan, menuju arah cupu jatuh. Resi Gotama terkejut. Ia segera memerintahkan kedua cantriknya, Menda dan Jembawan untuk menyusul ketiga anaknya dan melerainya saat terjadi pertengkaran ketiga anaknya.

Jauh dari pertapaan Grastina, ada sebuah telaga yang jernih airnya, Sumala nama telaga itu. Tiba-tiba air telaga yang kemilau tenang, pecah bergelombang. Ada benda bercahaya jatuh, tepat di tengah telaga. Tidak lama kemudian datanglah dua pemuda tampan, Guwarsa dan Guwarsi, mencebur di air telaga. Mereka berebut cupu.

Karena tak satu pun mendapatkan cupu itu, keduanya saling curiga. Terlebih lagi, mereka tidak menyadari bahwa keduanya sudah berubah wujud menjadi seekor kera. Maka yang terjadi adalah perkelahian sengit. Masing-masing dari mereka beranggapan bahwa manusia kera di depannya telah membawa cupu yang dicarinya. Anjani yang berada di pinggir telaga keheranan dengan apa yang dilihatnya. Perkelahian antara dua manusia kera tersebut membuat air telaga membuncah, menerpa muka Anjani yang merah merona.

Cupu Manik Astagina, benda pusaka yang dapat menampakkan keindahan belahan dunia, justru membuat air telaga yang semula bening berkilau indah menjadi air kutukan. Guwarsa – Guwarsi, terkena air kutukan itu. Setelah sekujur badannya basah oleh air telaga, mereka berubah menjadi manusia kera.

Demikian pula Anjani, mukanya berubah menjadi muka kera karena tersiram air telaga. Tidak berhenti di situ, kutukan air telaga masih memakan korban. Kedua cantrik yang tidak berdosa, Menda dan Jembawan, yang ingin melerai perkelahian Guwarsa Guwarsi tidak luput dari kutukan itu. Keduanya berubah wujud. Jembawan berubah menjadi kera, dan Menda berubah menjadi kera berkepala kambing dan disebut Kapi Menda.

Herjaka HS
 

Ensiklopedi Figur Wayang

Latest News

  • 14-06-14

    Hari Keberuntungan O

    Orang Wuku Julungpujud mempunyai tekad yang tinggi dalam meraih cita-cita, sehingga ia tidak suka ada orang lain yang melebihi dirinya. Ia juga... more »
  • 14-06-14

    Konser Rock And Roll

    Menandai perjalanan mereka 13 tahun bermusik, duo rock and roll ‘The Experience Brothers’ menggelar konser intim bertajuk ‘Our Deepest Growl’.... more »
  • 14-06-14

    Kedung Pengilon, Oby

    Menurut sumber setempat dulu bila dilihat dari atas permukaan airnya berkilauan saat kena terpaan sinar matahari. Kilau cahaya dari permukaan air... more »
  • 13-06-14

    Kapi Menda, Kisah Pi

    Kutukan air telaga masih memakan korban. Kedua cantrik yang tidak berdosa, Menda dan Jembawan, yang ingin melerai perkelahian Guwarsa Guwarsi tidak... more »
  • 13-06-14

    Wader Goreng Kali Oy

    Gurih-pedas brongkos, kenyal daging sapi, krispi wader goreng, dan tekstur kacang tholo yang lumer digigit dan nyaris seperti kacang merah itu... more »
  • 13-06-14

    Highfield Secondary

    Dalam perjalanannya toh akhirnya mereka menikmati juga petualangan naik bajak yang ditarik kerbau itu. Apalagi salah satu guru mereka, Miss Cindy,... more »
  • 12-06-14

    Festival Musik Tembi

    Musik Indonesia itu tidak ada, yang ada di Indonesia itu musik Jawa, musik Batak, musik Bali dan lainnya. Festival Musik Tembi merupakan jalan menuju... more »
  • 12-06-14

    Pekan Rakyat Jakarta

    Berbeda dengan Pekan Raya Jakarta di Kemayoran yang sifatnya lebih ke skala Internasional dan menembak kalangan menengah ke atas, PRJ kali ini... more »
  • 12-06-14

    Sebilah Keris Tanggu

    Daerah Pengging termasuk salah satu wilayah yang terkenal dan bahkan dalam Ensiklopedi Keris tahun 2004 karangan Bambang Harsrinuksmo (halaman 365)... more »
  • 11-06-14

    Guru-guru SD BIAS Kl

    Setelah anak-anak SD BIAS (Bina Anak Sholeh) Klaten melakukan kegiatan wisata budaya di Tembi, giliran guru-gurunya mengikuti kegiatan yang sama pada... more »