Menikmati Fun Race di Tembi Rumah Budaya

Author:editortembi / Date:05-03-2014 / Bersepeda, menangkap belut, membajak sawah di tengah hujan membuat mereka menikmati sensasi rangkap.


Memasak makanan tradisional dengan tungku

Pengalaman bersepeda ria bersama mungkin relatif jarang dialami orang zaman sekarang. Lebih-lebih bersepeda dengan menyusuri jalan-jalan tanah di sekitar areal persawahan, dusun, dan bulak-bulak (bentang sawah/ladang/kebun) dengan pemukiman penduduk yang berjarak relatif jauh. Kebanyakan orang sekarang lebih sering mengendarai kendaraan bermesin, baik sepeda motor maupun mobil. Pengalaman bersepeda ria bersama teman-teman atau ontheling bersama tentu merupakan pengalaman menyenangkan yang tidak mungkin didapatkan dengan berkendaraan bermesin.

Demikian pula dengan sensasi menangkap belut di sawah, yang menjadi pengalaman langka. Di samping lahan sawah semakin menyempit, pencemaran lingkungan semakin meluas, dan orang pun semakin jauh dari dunia pertanian dan alam pedesaan, orang pun semakin disibukkan dan disuntukkan oleh rutinitas urusan kerja yang barangkali memang membuat hidup menjadi jenuh.

Mengendarai garu atau bajak di sawah tentu juga bukan pengalaman yang mudah dirasakan orang zaman sekarang. Bahkan orang-orang desa pun untuk zaman ini mungkin juga tidak pernah lagi mengendarai atau mengendalikan bajak di sawah. Maklum orang-orang desa pun telah merambah hidup modern dengan aneka macam peralatan yang juga serba modern. Sawah telah menjadi perumahan. Kerbau dan sapi telah menjadi sepeda motor. Demikianlah kondisi yan terjadi di banyak pedesaan.

Pengalaman menangkap belut di sawah di tengah rintik hujan, difoto: Rabu, 24 Februari 2014, foto: a.sartono
Pengalaman menangkap belut di sawah di tengah rintik hujan

Di balik itu semua Tembi Rumah Budaya menyelenggarakan paket-paket budaya yang berkaitan dengan hal di atas. Artinya, di tengah kelangkaan pengalaman hidup ala pedesaan itu, Tembi justru menghadirkannya. Siapa pun bisa menikmati sensasi kehidupan ala pedesaan.

Rumah Inap Tembi yang ala desa dengan lingkungan alam desa (persawahan) melengkapi apa yang disebut sebagai “urip nang ndesa” lengkap dengan paket budayanya (ontheling, menangkap belut di sawah, membajak sawah, tandur/tanam padi, belanja di pasar tradisional, membuat makanan tradisional, dan sebagainya). Dari sekian pilihan itu orang pun bisa memilih salah satu, dua, tiga atau lebih.

Seperti yang dilakukan Link Tour and Travel hari Rabu tanggal 26 Februari 2014. Kecuali menikmati paket budaya berupa ontheling (mengendarai sepeda kayuh), memasak makanan tradisional dengan tungku kayu, menangkap belut, dan membajak/menggaru sawah, mereka juga menginap di Rumah Inap Tembi yang bernuansa dan bergaya ndesa namun dengan fasilitas hotel berbintang. Pada sisi inilah Tembi menyuguhkan sesuatu yang semaksimal mungkin dapat memberikan kepuasan, kesenangan, kenyamanan, keamanan, bahkan ketenteraman dan keramahan yang tidak ditemukan di tempat lain. Bukan mengada-ada, itu adalah komitmen utama Tembi dengan seluruh awaknya.

Membajak sawah dengan kerbau sungguh mengasyikkan, difoto: Rabu, 24 Februari 2014, foto: a.sartono
Membajak sawah dengan kerbau sungguh mengasyikkan

Tampak bahwa teman-teman yang datang dari Link Tour and Travel dengan jumlah peserta 60 orang ini begitu menikmati paket-paket budaya yang diambilnya. Memang bukan tanpa hambatan. Namun hambatan berupa hujan justru menjadi sensasi lain yang juga mereka nikmati. Bersepeda, menangkap belut, membajak sawah di tengah hujan membuat mereka menikmati sensasi rangkap. Sungguh pun ada beberapa keluh kesah, namun ekspresi kegembiraan dari mereka tidak dapat disembunyikan. Usai itu pun dengan leluasa mereka kungkum (berendam) di belik (kolam renang) Tembi yang dikelilingi tanaman gayam yang teduh.

Mereka pun menikmati makanan dan minuman (kuliner) dari Tembi yang juga berbasis pada menu-menu tradisional. Pada sisi semacam itulah sensasi kenikmatan dan kenyaman hidup ala ndesa yang disuguhkan Tembi sungguh lengkap.

Ontheling blusukan ke sudut-sudut desa, difoto: Rabu, 24 Februari 2014, foto: a.sartono
Ontheling blusukan ke sudut-sudut desa

Naskah & foto:A. Sartono

Peristiwa budaya

Post new comment

Latest News

  • 11-03-14

    Langgar Ijo Parangtr

    Situs-Situs Langgar Ijo Parangtritis, Sepi dalam Kesendirian Langgar Ijo merupakan bangunan milik pribadi. Menilik angka tahun yang dituliskan... more »
  • 11-03-14

    Tiga Nama Jalan Diub

    Yogyamu Tiga Nama Jalan Diubah, tapi Nama Jalan Malioboro Tetap Dipertahankan Jalan Malioboro tetap dipertahankan karena nama jalan ini sudah... more »
  • 11-03-14

    Bung Karno Kolektor

    Berita Budaya Bung Karno Kolektor dan Patron Seni Rupa Indonesia Sosok Soekarno sebagai "seniman" tersebut tergambar dalam buku "... more »
  • 10-03-14

    Membuka Jejaring Kom

    Berita Budaya Membuka Jejaring Komunitas Musik Tradisi di Pulau Dewata Di halaman rumah yang berada tepat di samping sungai itulah... more »
  • 10-03-14

    Merasakan Kesejukan

    Berita Budaya Merasakan Kesejukan Hati pada Macapatan Malam Rabu Pon ke-126 Materi tembang diambil dari serat Centhini yang... more »
  • 10-03-14

    Sukarni dalam Kenang

    Resensi Buku Judul : Sukarni dalam Kenangan Teman-temannya Penulis : Sumono Mustoffa (penyunting) Penerbit : Sinar Harapan, 1986, Jakarta... more »
  • 08-03-14

    Kemalangan Orang Wuk

    Primbon Kemalangan Orang Wuku Sinta Jatuh pada Usia Paruh Baya (9 Maret - 15 Maret 2014) Orang Wuku Sinta dapat dijadikan sebagai pelindung,... more »
  • 08-03-14

    Loji Kebon Yogyakart

    Pada tahun 1912 Loji Kebon ini dilengkapi juga dengan apa yang disebut sebagai Societet de Vereniging (Balai Pertemuan) yang menjadi tempat berdansa... more »
  • 07-03-14

    Peresmian Website Te

    Terima kasih berkat doa bapak/ibu website Tembi.net ini berhasil launching. more »
  • 07-03-14

    Dudutan lan Anculan

    Dalam bahasa Indonesia mungkin pepatah ini relatif setara artinya dengan persengkongkolan atau kongkalikong atau patgulipat.   Peribahasa... more »