Kemalangan Orang Wuku Sinta Jatuh pada Usia Paruh Baya (9 Maret - 15 Maret 2014)

08 Mar 2014 Orang Wuku Sinta dapat dijadikan sebagai pelindung, tajam firasatnya, mengetahui sesuatu yang bakal terjadi, namun ia tidak sabaran dan pecemburu.

Kitab Primbon Betaljemur Adammakna adalah kumpulan pengetahuan berdasarkan ‘ilmu titen’ yang berlangsung turun-temurun dalam masyarakat Jawa. Kitab tersebut memuat 337 bab, salah satu diantaranya adalah pengetahuan untuk menghitung, memilah dan memilih hari.

Berdasarkan kitab itu dalam sepekan ini, ada 4 hari baik untuk upacara penting dalam keluarga, dengan perincian sebagai berikut:

Minggu Paing, 9 Maret 2014, kalender Jawa tanggal 7, bulan Jumadilawal tahun 1947 Alip, (terhitung mulai Sabtu sore pukul 18.00 s/d Minggu sore pukul 18.00),tidak baikuntuk menyelenggarakan upacara penting dan untuk bepergian.

Senin Pon, 10 Maret 2014, kalender Jawa tanggal 8, bulan Jumadilawal tahun 1947 Alip, (terhitung mulai Minggu sore pukul 18.00 s/d Senin sore pukul 18.00),baik untuk menyelenggarakan upacara penting dan untuk bepergian. Khusus orang Wuku Sinta merupakan hari nahas, tidak baik.

Selasa Wage, 11 Maret 2014, kalender Jawa tanggal 9, bulan Jumadilawal, tahun 1947 Alip, (terhitung mulai Senin sore pukul 18.00 s/d Selasa sore pukul 18.00),tidak baik untuk menyelenggarakan upacara penting, dan untuk bepergian.

Rabu Kliwon, 12 Maret 2014, kalendertanggal 10, bulan Jumadilawal, tahun 1947 Alip (terhitung mulai Selasa sore pukul 18.00 s/d Rabu Sore pukul 18.00)baik untuk menyelenggarakan upacara penting dan untuk bepergian.

Kamis Legi 13 Maret 2014, kalender Jawa tanggal 11, bulan Jumadilawal, tahun 1947 Alip (terhitung mulai Rabu sore pukul 18.00 s/d Kamis Sore pukul 18.00), tanggal nahas,tidak baik untuk menyelenggarakan upacara penting, dan untuk bepergian.

Jumat Paing, 14 Maret 2014, kalender Jawa tanggal 12 bulan Jumadilawal, tahun 1947 Alip (terhitung mulai Kamis sore pukul 18.00 s/d Senin Sore pukul 18.00),baik untuk menyelenggarakan upacara penting dan untuk bepergian.

Sabtu Pon, 15 Maret 2014, kalender Jawa tanggal 13, bulan Jumadilawal, tahun 1947 Alip (terhitung mulai Jumat sore pukul 18.00 s/d Sabtu sore pukul 18.00),baik untuk menyelenggarakan upacara penting dan untuk bepergian.

Orang yang dilahirkan pada kurun waktu 9 Maret sampai dengan 15 Maret, masuk dalam Wuku Sinta, wuku dengan nomor urut 1.

Kemalangan Orang Wuku Sinta Jatuh pada Usia Paruh Baya (9 Maret - 15 Maret 2014)

Dewa yang menaungi Wuku Sinta adalah Batara Yamadipati, Dewa Pencabut Nyawa.
Kayunya adalah kayu gendayakan, mempunyai daya penyembuh, sehingga menjadi tempat perlindungan dan sambat-sebut bagi orang-orang sakit dan sengsara.
Burungnya gagak menandakan tajam firasatnya, dapat mengetahui wangsit, atau kejadian penting yang masih tersembunyi, tetapi bakal terjadi.
Bersanding dengan gedhong, artinya senang memperlihatkan kekayaannya.
Membawa umbul-umbul, sebagai tanda bahwa yang bersangkutan akan mendapatkan kemuliaan.
Lambangnya Wulan Karahinan, atau bulan tersaput awan, artinya mempunyai tekad yang kuat, kenceng budine, tidak bisa sabar dan mudah cemburu.
Datangnya sambekala, atau kemalangan terjadi pada usia separuh-baya, kira-kira umur 40 tahun sampai dengan 50 tahun.

Hari nahas: Senin Pon

Untuk menangkal atau terhindar dari marabahaya orang Wuku Sinta perlu menyelenggarakan ‘slametan’ berupa: membuat nasi tumpeng dengan lauk rendang kerbau, serta donga tolak bilahi atau doa mohon dijauhkan dari marabahaya. Setelah slametan selama 7 hari, saat datangnya siklus wuku Sinta (9 Maret – 15 Maret 2014) yang bersangkutan sebaiknya jangan pergi ke arah timur laut.

Herjaka HS

PRIMBON

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 19-03-16

    Napi Perempuan Memba

    Kita sudah terbiasa melihat penyair membaca puisi. Tapi, rasanya, kita jarang, atau mungkin belum pernah, melihat napi –narapidana--, lebih-lebih... more »
  • 19-03-16

    Selasa Legi Hari Tid

    Pranatamangsa masuk mangsa Kasanga (9), umurnya 25 hari, mulai 1 s/d 25 Maret, curah hujan mulai berkurang. Masa birahi anjing dan sejenisnya.... more »
  • 19-03-16

    Wisrawa (2): Dewi Su

    Begawan Wisrawa yang kemudian menduduki tahta, karena menjadi suami Dewi Lokawati sang pewaris tahta, sangat menyadari posisinya. Bahwa dirinya... more »
  • 19-03-16

    Pameran Temporer Yog

    Yogyakarta pernah menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia selama kurang lebih 4 tahun (4 Januari 1946—27 Desember 1949). Selama itu pula,... more »
  • 18-03-16

    Warna-Warni Seribu T

    Ini memang bukan topeng tradisi, yang “pakemnya” sudah dikenali, misalnya topeng Cirebon dan seterusnya. Tapi merupakan topeng kreasi karya murid-... more »
  • 18-03-16

    Lakon Dewa Ruci Dipe

    Tidak kurang-kurang Kurawa memperdaya Pandawa agar mereka mati. Namun usahanya tidak pernah berhasil. Hingga akhirnya, Kurawa mempunyai cara untuk... more »
  • 18-03-16

    Lambang Kotapraja di

    Berikut ini adalah lambang dari sejumlah kotapraja di Hindia Belanda, yaitu Batavia, Soerabaja, Semarang, Makassar, Medan, Padang, Amboina, Manado,... more »
  • 17-03-16

    Tumenga Sepa Tumungk

    Peribahasa Jawa di atas secara harafiah berarti mendongak (melihat ke atas) hambar melihat ke bawah sepi. Pepatah ini ingin menggambarkan keadaan... more »
  • 17-03-16

    Pawai Ogoh-Ogoh Yogy

    Dalam rangka memperingati Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1938, serangkaian acara dilangsungkan. Bagi umat Hindu terdapat serangkaian perayaan Nyepi... more »
  • 17-03-16

    Membedah Semarang Za

    Judul             : Semarang Tempo Dulu. Teori Desain Kawasan Bersejarah Penulis  ... more »